Hasta Mitra

Daripada Wikipedia, ensiklopedia bebas.

Hasta Mitra ialah nama sebuah penerbit buku di Indonesia yang didirikan oleh Hasjim Rahman, Joesoef Isak, dan Pramoedya Ananta Toer, tiga orang tahanan politik Indonesia yang diasingkan di Pulau Buru.

Setelah ketiganya dibebaskan dari Buru pada tahun 1979, mereka membentuk Hasta Mitra pada April 1980. Jalan ini ditempuh ketiga orang tersebut agar masih dapat bekerja dalam bidang yang dekat dengan pekerjaan lama mereka: wartawan dan sastra. Hasjim, Joesoef, dan Pramoedya sebelumnya telah dilarang oleh pemerintah untuk kembali ke pekerjaan lama tersebut, dan dengan mendirikan Hasta Mitra mereka juga dapat menampung sekitar 20 bekas tahanan politik lain.

Buku pertama yang diterbitkan Hasta Mitra adalah Bumi Manusia (1980) jilid pertama dari Tetralogi Buru, karya Pramoedya. Buku ini kemudian dilanjutkan Anak Semua Bangsa (1981). Keduanya laris di pasaran—Bumi berhasil terjual sebanyak 60,000 jilid hanya dalam waktu enam bulan dan Anak dicetak ulang tiga kali dalam waktu enam bulan. Keduanya kemudian diharamkan oleh pemerintah secara rasmi pada 29 Mei 1981, karena "membahayakan kestabilan nasional". Pengharaman ini dilakukan hanya setelah jaksa agung yang lama diganti dan wakil presiden Adam Malik, yang sebelumnya telah memuji kedua novel tersebut, berada di luar negeri.

Sejak awal para pendiri tidak terlalu peduli masalah pentadbiran. Dunia penerbitan bagi mereka adalah bagian dari perjuangan. Di tahun pertama-tama pernah juga seorang pejabat BNI menawarkan kredit ringan karena melihat prospek usaha yang cerah. Yayasan Toyota pun berjanji akan membantu hakcipta untuk menerbitkan karya Pramoedya di Jepun. Tapi semuanya mundur teratur setelah larangan pertama dijatuhkan oleh Jaksa Agung.

Setelah larangan[sunting | sunting sumber]

Setelah dilarang, semua agen dan toko buku didatangi oleh Kejaksaan Agung yang menyita semua jilid Bumi Manusia dan Anak Semua Bangsa. Beberapa di antaranya malah mengambil inisiatif menyerahkannya secara sukarela. Sehingga Ogos 1981, hanya ada 972 judul yang diterima oleh Kejaksaan Agung, dari sekitar 20,000 judul yang beredar.

Rupanya banyak ejen dan kedai buku yang malah memilih menjual judul yang berbaki di bawah tangan. Masalahnya tak satu pun ejen dan kedai itu membayarnya kembali kepada Hasta Mitra, sehingga pendapatan Hasta Mitra terus merosot. Pada pertengahan tahun 1980-an toko buku Hasta Mitra di Senen praktis menjadi satu-satunya tempat menjual terbitan mereka secara terbuka. Tapi karena hutang bertumpuk, akhirnya kedai itu kemudian terpaksa ditutup. Niat menerbitkan karya eks-tapol yang lain pun dihentikan.

Setelah kedua buku itu dilarang, Hasjim mulai berusaha menjual judul yang masih berbaki di gudang ke luar negeri. Dia menghubungi sejumlah perpustakaan, pusat penelitian dan kedai buku, tapi tidak selalu mendapat tanggapan positif.

Karya-karya Pramoedya yang selanjutnya terpaksa diterbitkan dengan hanya mengumpulkan dana-dana dari kerabat dekat yang mengumpulkan 50,000 gulden untuk mendirikan cabang perusahaan di Amsterdam dengan nama terjemahan dalam bahasa Latin, Manus Amici. Penerbit dan kedai buku itu terletak di pusat bandar Amsterdam dan dikelola oleh Edi Tahsin, eksil Indonesia dari China yang sejak 1977 tinggal di Belanda. Bulan September 1981 dia menerbitkan terjemahan Bumi Manusia (Aarde Der Mensen) dalam bahasa Belanda, disusul oleh Anak Semua Bangsa.

Ada juga beberapa penerbit yang menerbitkan karya Pramoedya tanpa membayar royalti sesen pun. Di Malaysia misalnya penerbit Abbas Bandung mengeruk untung cukup besar dari penjualan karya Pramoedya, termasuk Keluarga Gerilya yang sejak tahun 1970-an menjadi bacaan wajib di sekolah menengah. Pertengahan 1987 Pramoedya pernah menuntut penerbit Pustaka Antara pimpinan Datuk Aziz Ahmad karena dianggap tidak membayar royalti.

Perkembangan Hasta Mitra[sunting | sunting sumber]

Fail:Arokdedes.jpg
Arok Dedes

Tanpa direncanakan sebelumnya, dalam waktu beberapa tahun jaringan pengagihan dan komuniti pembaca buku terbitan Hasta Mitra terbentuk. Bagi aktivis mahasiswa di zaman itu membaca terbitan Hasta Mitra menjadi semacam bacaan wajib untuk mereka yang tertarik pada nasib negerinya. Itulah sumbangan Hasta Mitra bagi perjuangan gerakan demokrasi, di samping menyumbang gagasan tentang sejarah bangsa.

Setelah era Reformasi, baru akhir 1999 mereka mulai bangkit dengan menerbitkan Arok Dedes, bekerjasama dengan sebuah perusahaan percetakan di Yogyakarta. Dengan kerjasama ini untuk pertama kalinya Hasta Mitra bisa membayar royalti Pramoedya sebesar 17.5% di muka.

Bulan Oktober 1999 Hasjim Rachman meninggal dunia setelah bertarung melawan barah di tenggorokannya selama beberapa tahun. Setelah itu semua kegiatan penerbitan, mulai dari penyuntingan naskah, lay-out, mengurus percetakan dan pengedaran ditangani sendiri oleh Joesoef Isak.

Beberapa kerjasama pun dijajaki, antara lain dengan QB Books dan Equinox Publishing, walau masih terbantu-bantut. Perjalanan keliling ke Amerika Syarikat dan beberapa negara Europah juga membuahkan hasil, antara lain bantuan modal. Di usia 73 tahun Joesoef Isak masih bersemangat dan terus memikirkan cara mengembangkan Hasta Mitra sebagai penerbit bagi gerakan demokrasi.

Fail:Daskapital hm.jpg
Das Kapital

Saat ini, Hasta Mitra juga menerbitkan karya-karya selain Pramoedya, misalnya terjemahan lengkap dokumen Departemen Negara AS tentang pengambil alihan kekuasaan Indonesia oleh Soharto pada tahun 1965 dalam bahasa Indonesia dan terjemahan pertama Das Kapital tulisan Karl Marx.

Kini karya-karya Pramoedya yang identik dengan Hasta Mitra, diterbitkan oleh Lentera Dipantara, sebuah penerbit yang dikelola sendiri oleh salah seorang putri Pramoedya bersama-sama dengan beberapa orang muda yang menyatakan diri pengagum karya-karya Pram. Meskipun demikian, sejarah karya-karya Pramoedya tidak lepas dengan sejarah Hasta Mitra.

Lihat juga[sunting | sunting sumber]

Pautan luar[sunting | sunting sumber]