Bumi Manusia (novel)

Daripada Wikipedia, ensiklopedia bebas.
Bumi Manusia
Bumi Manusia terbitan Hasta Mitra
Umum
PengarangPramoedya Ananta Toer
Tajuk asal
Bumi Manusia
NegaraIndonesia
BahasaIndonesia
SiriKuartet Buru
GenreNovel sejarah
Penerbitan
PenterjemahMaxwell Lane (Inggeris)
PenerbitHasta Mitra
Tarikh penerbitan
1980
Kronologi
Child of All Nations

Bumi Manusia adalah buku pertama dari Tetralogi Buru karya Pramoedya Ananta Toer yang pertama kali diterbitkan oleh Hasta Mitra pada tahun 1980.

Buku ini ditulis Pramoedya Ananta Toer ketika masih ditahan Pulau Buru. Sebelum ditulis pada tahun 1975, sejak tahun 1973 terlebih dahulu telah diceritakan berulang kali kepada teman-temannya.

Setelah diterbitkan, Bumi Manusia kemudian dilarang edaran selama setahun kemudian atas perintah Jaksa Agung. Sebelum dilarang, buku ini berjaya dengan 10 kali ulang cetak pada tahun 1980-1981. Sehingga tahun 2005, buku ini telah diterbitkan ke dalam 33 bahasa. Pada September 2005, buku ini diterbitkan kembali di Indonesia oleh Lentera Dipantara.

Buku ini merangkumi masa kejadian antara tahun 1898 hingga tahun 1918, masa ini adalah masa munculnya pemikiran politik balas budi dan waktu awal zaman Kebangkitan kebangsaan. Tempoh ini juga menjadi awal kemasukan pemikiran rasional ke Hindia Belanda, masa awal pertumbuhan pertubuhan-pertubuhan moden yang juga merupakan awal kelahiran demokrasi pola Revolusi Perancis.

Sinopsis[sunting | sunting sumber]

Templat:Spoiler Buku ini menceritakan tentang perjalanan seorang tokoh bernama Minke. Minke adalah salah satu anak pribumi yang sekolah di HBS. Pada masa itu, yang dapat masuk ke sekolah HBS adalah orang-orang keturunan Eropah. Minke adalah seorang pribumi yang pandai, dia sangat pandai menulis. Tulisannya berhasil membuat orang sampai kagum dan dimuat di berbagai Surat khabar Belanda pada saat itu. Sebagai seorang pribumi, dia kurang disukai oleh siswa-siswi Eropah lainnya. Minke digambarkan sebagai seorang revolusioner di buku ini. Dia berani melawan ketidakadilan yang terjadi pada bangsanya. Dia juga berani memberontak terhadap kebudayaan Jawa, yang membuatnya selalu di bawah.

Selain tokoh Minke, buku ini juga menggambarkan seorang "Nyai" yang bernama Nyai Ontosoroh. Nyai pada saat itu dianggap sebagai perempuan yang tidak memiliki norma kesusilaan karena statusnya sebagai wanita simpanan. Statusnya sebagai seorang Nyai telah membuatnya sangat menderita, karena ia tidak memiliki hak asasi manusia yang sepantasnya. Tetapi, yang menariknya adalah Nyai Ontosoroh sadar akan keadaan tersebut sehingga dia berusaha keras dengan terus-menerus belajar, agar dapat diakui diakui sebagai seorang manusia. Nyai Ontosoroh berpendapat, untuk melawan penghinaan, kebodohan, kemiskinan, dan sebagainya hanyalah dengan belajar. Mingke juga menjalin asmara dan akhirnya menikah dengan Anneliesse, anak dari Nyai Ontosoroh dan tuan Millema.

Melalui buku ini, Pram menggambarkan bagaimana keadaan pemerintahan kolonialisme Belanda pada saat itu secara hidup. Pram, menunjukan betapa pentingnya belajar. Dengan belajar, dapat mengubah nasib. Seperti di dalam buku ini, Nyai yang tidak bersekolah, dapat menjadi seorang guru yang hebat bagi siswa HBS, Minke. Bahkan pengetahuan si nyai itu, yang didapat dari pengalaman, dari buku-buku, dan dari kehidupan sehari-hari, ternyata lebih luas dari guru-guru sekolah HBS.

Menerbitkan karya eks-tapol[sunting | sunting sumber]

Bulan April 1980 selepas dibebaskan dari tahanan, Hasjim Rachman, sebagai pemimpin redaksi Bintang Timur, dan Pramoedya menemui Joesoef Isak, sebagai wartawan Merdeka yang belasan tahun ditahan di Rutan Salemba. Perbincangan berkembang, dan kesepakatan dicapai untuk menerbitkan karya eks-tapol yang selama ini tidak mendapat sambutan dari penerbit lain.

Naskah pertama terpilih untuk diterbitkan adalah Bumi Manusia. Pramoedya kembali bekerja keras memilah tumpukan kertas doorslag yang berhasil diselamatkannya dari Pulau Buru. Hampir semua naskah aslinya ditahan oleh petugas penjara dan tidak pernah dikembalikan. Dalam waktu tiga bulan ia berhasil menyalin kembali dan menjilid tumpukan kertas lusuh yang dimakan cuaca menjadi naskah buku. Sementara itu, Hasjim dan Joesoef berkeliling menemui beberapa pejabat pemerintah, termasuk wakil presiden Adam Malik, yang ternyata memberikan sambutan baik.

left Awal Julai 1980 naskah Bumi Manusia dikirim ke percetakan Aga Press dengan harapan terbit menjelang peringatan Proklamasi. Cetakan pertama keluar tanggal 25 Ogos, meleset dari rencana semula. Sampul cetakan pertama ini masih sangat sederhana, hanya berupa tulisan saja. Bagi Pramoedya penerbitan Bumi Manusia, seperti yang dicatatnya, bererti "suatu kebulatan tekad, keikhlasan, dan sekaligus ketabahan untuk memberikan saham pada perkembangan demokrasi di Indonesia – dan bukan demokrasi warisan sah kolonial, demokrasi hasil keringat sendiri".

Dalam waktu 12 hari sekitar 5.000 jilid habis terjual. Hanya beberapa sahaja bulan setelah Bumi Manusia keluar, sejumlah penerbit di Hongkong, Malaysia, Belanda dan Australia mendekati Hasta Mitra untuk mendapat hak terjemahan. Pramoedya sebagai penulis tetap mendapat royalti sementara Hasta Mitra hanya bertindak sebagai perantara. Penerbit Wira Karya di Malaysia membayar royalti sebanyak 12% langsung kepada Pramoedya.

Dalam bulan November Hasta Mitra sudah membuat cetakan ketiga, dan berhasil menjual sekurangnya 10,000 jilid. Dan sambutan pun semakin ramai, mulai dari kritikus Jakob Soemardjo dan Parakitri Simbolon sampai artis remaja Yessy Gusman yang menyebutnya "karya sastra yang terbagus ketika ini." Harian Angkatan Bersenjata yang dikelola Markas besar ABRI pun sempat menyebutnya sebagai "sumbangan baru untuk khasanah sastra Indonesia".

Larangan[sunting | sunting sumber]

Buku ini dilarang oleh Kejaksaan Agung tahun 1981, dengan tuduhan mempropagandakan ajaran-ajaran Marxisme-Leninisme dan Komunisme, walaupun dalam buku ini tidak disebut-sebut sedikit pun tentang ajaran-ajaran Marxisme-Leninisme atau komunisme, yang disebut hanya Nasionalisme.

Awalnya Percetakan Ampat Lima yang memproduksi Bumi Manusia diminta agar tidak mencetak terbitan Hasta Mitra. Redaktur media massa ditelepon agar tidak memuat ulasan apalagi pujian bagi karya Pramoedya ini.

Pada April 1981 beberapa organisasi pemuda bentukan Orde Baru menggelar perbincangan yang isinya mengecam karya Pramoedya. Hasil perbincangan ini kemudian disiarkan melalui media massa sebagai bukti keresahan masyarakat, modal penting bagi Kejaksaan Agung untuk menetapkan larangan. Suratkabar pendukung Orde Baru seperti Suara Karya, Pelita dan Karya Dharma mulai menerbitkan kecaman terhadap Bumi Manusia dan pengarangnya.

Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI) yang akan menyelenggarakan pameran buku tahunan, tiba-tiba mengirim surat pembatalan ke alamat Hasta Mitra. Padahal sebelumnya panitia kelihatan sangat bergairah mengajak penerbit itu menjadi anggota dan turut serta dalam kegiatan-kegiatannya. Suratkabar yang semula simpati semakin jarang memberi tempat dan bahkan beberapa tulisan yang siap naik cetak tiba-tiba dibatalkan, hanya karena penulisnya memuji kedua karya Pramoedya.

Akhirnya, 29 Mei 1981, Jaksa Agung mengeluarkan SK-052/JA/5/1981 tentang pelarangan Bumi Manusia dan Anak Semua Bangsa. Dalam surat itu antara lain disebutkan sepucuk surat dari Kopkamtib yang keluar seminggu sebelumnya, dan Rapat koordinasi Polkam tarikh 18 Mei 1981. Pelarangan itu sepenuhnya adalah keputusan politik dan tidak ada kaitannya dengan nilai sastra, argumentasi ilmiah serta alasan-alasan yang dikemukakan sebelumnya.

Semua agen dan toko buku didatangi oleh Kejaksaan Agung yang menyita semua jilid Bumi Manusia dan Anak Semua Bangsa. Beberapa di antaranya malah mengambil inisiatif menyerahkannya secara sukarela. Tapi sampai Ogos 1981, hanya ada 972 jilid yang diterima oleh Kejaksaan Agung, dari sekitar 20,000 jilid yang beredar.

Bulan September 1981, penterjemah Bumi Manusia ke dalam bahasa Inggris, Maxwell Lane, yang juga staf kedutaan besar Australia di Jakarta, dipulangkan oleh pemerintahnya. Perusahaan Ampat Lima yang mencetak kedua karya pertama juga akhirnya mundur karena tekanan dari Kejaksaan dan aparat keamanan.

Terbitan dalam berbagai bahasa[sunting | sunting sumber]

thumb|This Earth of Mankind

  • Bumi Manusia, Hasta Mitra, 1980 (edisi Indonesia)
  • Aarde Der Mensen, Manus Amici, 1981 (edisi Amsterdam)
  • Ren Shi Jian, Beijing Da Xue, 1982 (edisi Beijing, bahasa Cina)
  • Ren Shi Jian, Dou Shi Chu Ban Selangor, 1983 (edisi Malaysia, bahasa Cina)
  • Bumi Manusia, Wira Karya, 1983, (edisi Kuala Lumpur)
  • This Earth of Mankind, Penguin Book, 1983 (edisi Australia)
  • Garten Der Menschheit, Express Editio, 1984 (edisi Berlin)
  • Im Gartender Menschheit, Albert Klutsch-Verlags-Vertrag, 1984 (edisi Belanda)
  • Människans Jord, Fölaget Hjulet, 1986 (edisi Stockholm, Swedia)
  • Ningen No Datchi, Shinkuwara Mekong Published, 1986 (edisi Jepang)
  • MNP ЦEЛOBEЦECKNЙ, Radooga Moskwo 1986 (edisi Rusia)
  • CBIT ЛЮДCbKЙ , In Ukrainain, 1986 (edisi Ukraina)
  • Garten Der Menschheit, Rowohlt Taschenbuch Verlag, 1987 (edisi Jerman)
  • Aarde Der Mensen, Unieboek, 1987 (edisi Amsterdam)
  • Questa Terra Dell'Uomo, Il Saggiatore, 1990 (edisi Milan)
  • ?, O Neul Publishing, 1990 (edisi Korea)
  • This Earth of Mankind, Penguin Book, 1990 (edisi New York)
  • This Earth of Mankind, William Morrow & Co., Inc, 1991 (edisi New York)
  • Människans Jord, Norstedts Förlag AB, 1992 (edisi Stockholm, Swedia)
  • Tierra Humana, Txalaparta, 1995 (edisi Nafarroa, Spanyol)
  • Erbe Einer Versunkenen Welt, Verlag Volt und Welt, 1996 (edisi Jerman)
  • Aarde Der Mensen, Uit Geverij De Geus, 1999 (edisi Breda)
  • This Earth of Mankind, Penguin Book, 2000 (edisi Italia)
  • Le Monde des Hommes, Payot & Rivages, 2001 (edisi Paris)
  • Menneskenes Jord, Pax Forlag A/S, 2001 (edisi Oslo)
  • Tiera Humana, Edisiones Destino, S.A., 2001 (edisi Barcelona)
  • ?, Livros Quetzal, 2002 (edisi Portugal)
  • This Earth of Mankind, Bertrand Editorial, 2002 (edisi Portugal)
  • This Earth of Mankind, Leopard Förlag, 2002 (edisi Swedia)
  • Bumi Manusia, Radio 68H, 2002 (cerita bersambung di radio)
  • Människornas Jord, Leopard Förlag, 2003 (edisi Stockholm)
  • ?, Alfa-Narodna Knjiga, 2003 (edisi Serbian)
  • ?, Kobfai Publishing, 2003 (edisi Thai)
  • ?, S.A. Qudsi, 2005 (edisi Malayalam)
  • Bumi Manusia, Lentera Dipantara, 2005 (edisi Indonesia)


Pementasan Teater[sunting | sunting sumber]

Bumi Manusia dengan tokoh utamanya Nyai Ontosoroh akan dipentaskan dalam bentuk teater pada bulan Disember 2006 di 12 kota secara serentak (Padang, Lampung, Bandung, Semarang, Solo, Jogja, Surabaya, Denpasar, Mataram, Makassar, Kendari, Pontianak). Naskah adaptasi ditulis oleh Faiza Mardzoeki dan akan disesuaikan dengan budaya lokal di kota-kota tersebut. Khusus untuk pementasan di Jakarta akan dilakukan pada bulan Ogos 2007 dengan karyawan Wawan Sofwan.

Pementasan Nyai Ontosoroh ini sekaligus merupakan satu ajang berkesenian untuk memperingati perayaan Hari Hak Asasi Manusia dan Hari Perempuan Indonesia yang kedua-duanya jatuh pada bulan Disember. Gerakan Perempuan dan HAM merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dalam sejarah perjuangan di mana pun termasuk di Indonesia. Di sinilah Perguruan Rakyat Merdeka percaya bahwa pementasan ini meruapakan salah satu cara untuk memperingati sekaligus melakukan penyadaran lewat dunia teater tentang pentingnya penghargaan terhadap HAM di Indonesia.

Nyai Ontosoroh adalah figur yang mempunyai pendirian kuat, ulet dan pantang menyerah dalam berjuang, rasional dan mempunyai visi kebangsaan. Nyai Ontosoroh adalah simbol perlawanan terhadap kesewenang-wenangan kekuasaan, terhadap harga diri sebuah bangsa. Yang cukup menonjol pada naskah Nyai Ontosoroh adalah proses pembangunan karakter berdaulat yang mampu menghadapi dan melawan kekuasaan dengan tanpa mencabik-cabik integritas perorangan maupun kelas. Apalagi proses pembangunan karakter tersebut dikenakan pada konteks sejarah penjajahan, yang masih relevan dalam kajian sosial-budaya masa kini sekalipun.

Pementasan ini merupakan hasil produksi dari Perguruan Rakyat Merdeka bekerjasama dengan banyak lembaga ataupun individu yaitu Elsam, Institut Ungu, Jaringan Nasional Perempuan Mahardhika, JARI, Kalyanamitra, Komunitas Ciliwung, Pramoedya Institute, Pantau, Perkumpulan Praxis, Perkumpulan Seni Indonesia dan Solidaritas Perempuan.

Sutradara: Wawan Sofwan Naskah: Faiza Mardzoeki Eksekutif Produser: Myra Diarsi, Warsito Ellwein, Ayi Bunyamin, Agung Yudha, Yeni Rosa Damayanti Produser: Faiza Mardzoeki dan Andi K. Yuwono Pemain: Ine Febriyanti, David Chalid, Maryam Supraba, Happy Salma, Zainal Abidin Domba, Jajang C. Noer, dll.

Filem[sunting | sunting sumber]

Bumi Manusia ini juga akan difilemkan. Sejak pertengahan tahun 2004 proses pembuatannya sudah mulai dilakukan. Hatoek Soebroto, seorang produser film, bersama PT. Elang Perkasa telah menandatangani kontrak pembuatan filem itu bersama dengan pihak keluarga Pramoedya, pada 3 September 2004. PT. Elang Perkasa bekerja sama dengan Sinemart dalam proses pembuatannya. [1][pautan mati kekal]

Pencarian lokasi sudah dimulai sejak akhir 2005. Awal 2006 proses produksi dimulai dengan penulisan skenario oleh Jujur Prananto, penulis skenario Ada Apa dengan Cinta?. Garin Nugroho disebut-sebut akan menyutradarai film ini. Tokoh Annelies Millema kemungkinan akan dilakonkan oleh Mariana Renata.

Pautan luar[sunting | sunting sumber]

Templat:TetraBuru