Kara-kara
Kara-kara | |
---|---|
![]() | |
Kacang kara di pekarangan rumah warga Jatibarang, Indramayu | |
Pengelasan saintifik | |
Alam: | |
(tanpa pangkat): | |
(tanpa pangkat): | |
Order: | |
Keluarga: | |
Genus: | Lablab
|
Spesies: | purpureus
|
Sinonim | |
Cupania sapida Voigt |
Kara-kara, kara, kacang kara, kekara, kacang sepat, kacang biduk, kacang bado atau kacang komak adalah sejenis kacang dari famili Fabaceae (Leguminosae). Tanaman ini terutama dikembangkan sebagai penghasil bahan makanan bijiran dan sayuran; namun juga baik sebagai bahan makanan ternakan, pupuk hijau, tanaman penutup tanah, dan tanaman hias. Nama botaninya Lablab purpureus.[1] Spesies ini adalah satu-satunya anggota genus monotipik Lablab.[2]
Peristilahan[sunting | sunting sumber]
Tumbuhan ini memiliki banyak nama setempat lain antaranya:[1]
- kacang jěriji, kacang pěda, roay katopès (bahasa Sunda);
- kårå, kekårå, kårå andhong, kårå usěng, kårå wědhus (bahasa Jawa);
- komak (bahasa Madura);
- ndoto, loto, roto (Rote).
Botani[sunting | sunting sumber]

Tumbuhan tahunan ini membelit; merumpun rendah atau memanjat hingga 6 m tingginya; akarnya dalam. Dedaunnya lebat majmuk beranak daun tiga, dengan anak daun bundar telur melebar, 5—15 sm x 4–15 sm, bertepi rata, hampir gundul atau berambut halus; duduk daun berseling.[3]
Jambak bunganya tandan yang kaku di ketiak, panjang tangkainya 4–23 sm dan panjang rakis 2–24 cm, dengan banyak buku berisi 1-5 kuntum bunga. Bunga dengan mahkota putih, jambon, merah, atau ungu; bertangkai pendek yang bersegi-empat dan berbulu jarang; benang sari 10 helai dalam dua tukal. Buah lenggainya bervariasi bentuk dan warnanya; pipih atau menggembung; 5–20 cm x 1–5 sm; lurus atau melengkung; biasanya dengan 3-6 biji bundar telur yang beraneka dalam ukuran dan warna.[3]
Asal usul dan kegunaan[sunting | sunting sumber]
Nilai pemakanan per 100 g (3.5 oz) | |
---|---|
Tenaga | 209 kJ (50 kcal) |
Karbohidrat | 9.2 g |
Lemak | 0.27 g |
Protein | 2.95 g |
Tiamina (vit. B1) | 0.056 mg (5%) |
Riboflavin (vit. B2) | 0.088 mg (7%) |
Niasin (vit. B3) | 0.48 mg (3%) |
Folat (vit. B9) | 47 μg (12%) |
Vitamin C | 5.1 mg (6%) |
Kalsium | 41 mg (4%) |
Besi | 0.76 mg (6%) |
Magnesium | 42 mg (12%) |
Mangan | 0.21 mg (10%) |
Fosforus | 49 mg (7%) |
Kalium | 262 mg (6%) |
Zink | 0.38 mg (4%) |
Link to USDA Database entry Dikukus, dimasak tanpa garam, ditiriskan Peratusan dianggarkan menggunakan syor A.S. untuk orang dewasa. Sumber: USDA Nutrient Database |
Asal usul kacang ini diperkirakan dari India, Asia Tenggara, atau Afrika. Tanaman ini mula ditanam dan dikembangkan terutama di India, Asia Tenggara, Mesir, dan Sudan.[3]
Di pelbagai wilayah kepulauan Indonesia, polong yang muda digemari sebagai sayuran[1] dimasak rebus seperti kacang buncis, dicampurkan ke dalam kari,[3] atau –di wilayah Jawa Timur– dimasak sebagai sayur asam. Biji yang muda, begitu pun daun-daun yang muda, pucuk, dan karangan bunganya, kerap direbus dan dilalap.[3] Bijinya yang tua dan kering dimanfaatkan serupa kacang[3] yang mana dapat diproses menjadi tempe,[4] diolah menjadi tepung kaya protein (PRF, Protein Rich Flour),[5] atau bahkan dikembangkan lebih lanjut sebagai bahan daging tiruan.[6]
Pada musim kering yang panjang ketika rumput sukar tumbuh, kekara sering dibudidayakan sebagai sumber makanan ternakan.[1] Hijauan ini tidak dilahap serta-merta tetapi kadangkala memerlukab tempoh pembiasaan hingga beberapa hari sebelum ternak mahu memakannya. Komak juga perlu dicampur dengan hijauan lain, seperti dedaunan atau kacang-kacangan lain, agar ternak tidak mengalami kembung. Pemberian komak dapat meningkatkan dengan segera isi badan lembu dan isipadu susu yang dapat dihasilkan.[7]
Akar pokok kacang kekera berbintilan merumahkan bakteria Rhizobium yang simbiotik mengikat nitrogen; meskipun hal ini tidak selalu mudah terjadi dengan galur-galur Rhizobium lokal. Di samping itu, pokok kekera memperkaya kandungan nitrogen tanah melalui dekomposisi daun-daun dan rantingnya yang berguguran.[7]
Bila tanah kebun dipersiapkan dengan baik, kekera dapat tumbuh dengan cepat menutup tanah terbuka. Pokok yang tumbuh mantap mampu menghadapi persaingan dengan aneka gulma di kebun.[7] Kultivar kekera tertentu menghasilkan bunga dan polong yang berwarna indah, sehingga acap dijadikan tanaman hias.
Kultivar[sunting | sunting sumber]
Kekara sejak lama diketahui memiliki banyak kultivar Rumphius pada 1690-an telah menyebutkan adanya dua bentuk yang disebutnya sebagai Cacara (=kekara) perennis dan Cacara alba atau Cacara puty (=kekara putih)[8] Kini bentuk-bentuk itu umumnya digolongkan ke dalam tiga kelompok kultivar:[3]
- Kelompok kv. Lablab (tersebar luas)
- Kelompok kv. Ensiformis (Asia Tenggara, Afrika Timur)
- Kelompok kv. Bengalensis (Asia Selatan, Afrika Timur)
Galeri[sunting | sunting sumber]
-
Biji-biji
-
Bunga dan buah kacang kara
-
Bunga
-
Polongan yang berwarna lembayung
Rujukan[sunting | sunting sumber]
- ^ a b c d Heyne, Karel (1987). Tumbuhan Berguna Indonesia. 2 (ed. 1916). Bogor: Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. m/s. 1067–68.
- ^ Lablablab: Lablab purpureus, general information. Diarkibkan 2020-07-15 di Wayback Machine University of Agricultural Sciences, Bangalore, India.
- ^ a b c d e f g Shivashankar, G.; Kulkarni, R.S. (1989). L.J.G. van der Maesen; S. Somaatmadja (penyunting). Plant Resources of South-East Asia. 1: Pulses. Bogor, Indonesia: PROSEA (Plant Resources of South-East Asia) Foundation. Diarkibkan daripada yang asal pada 11 Apr 2021. Dicapai pada 3 Sep 2013 – melalui Proseabase.
- ^ Harnani, S. 2009. Studi Karakteristik Fisikokimia Dan Kapasitas Antioksidan Tepung Tempe Kacang Komak (Lablab Purpureus (L.) Sweet)
- ^ Nafi, A., T. Susanto, A. Subagio. 2006. Development of Protein Rich Flour (PRF) from Hyacinth Bean (Lablab purpureus (L) Sweet) and Lima bean (Phaseolus lunatus) Diarkibkan 2015-06-10 di Wayback Machine. Jurnal Teknologi Dan Industri Pangan, Vol 17, No 3.
- ^ Bisnis OL: AGROBISNIS: Daging Tiruan Dari Kecambah Kacang KomakTemplat:Pranala mati. Rabu, 31 Julai 2013
- ^ a b c FAO: Lablab purpureus (L.) Sweet Diarkibkan 2005-01-30 di Wayback Machine
- ^ Rumpf, G.E. 1741-50. Herbarium Amboinense:plurimas conplectens arbores, frutices, herbas, plantas terrestres ... Pars 5: 378, 380, Tab. 136. Amstelaedami: Apud Fransicum Changuion, Hermannum Uytwerf.
Pautan luar[sunting | sunting sumber]
![]() |
Wikimedia Commons mempunyai media berkaitan Kara-kara |
- Profil spesies di Flora and Fauna Web Lembaga Taman Negara Singapura
- (Inggeris) ILDIS: Lablab purpureus (L.) Sweet
- (Inggeris) Plant List: Lablab purpureus (L.) Sweet
- (Inggeris) PROTA: Lablab purpureus (L.) SweetTemplat:Pranala mati
- (Inggeris) Prota4u: Lablab purpureus (L.) Sweet Diarkibkan 2016-03-04 di Wayback Machine
- (Inggeris) Tropical Forages: Lablab purpureus
- (Inggeris) Pastures Australia: Lablab Diarkibkan 2013-10-16 di Wayback Machine
- (Inggeris) Poisonous Plants of North Carolina: Dolichos lablab (Lablab purpureus) Diarkibkan 2007-04-10 di Wayback Machine
- (Inggeris) Dave's Garden: PlantFiles: Hyacinth Bean, Lablab purpureus (foto2)
- ANTARA News: Kacang komak bisa gantikan kedelai. Selasa, 31 Julai 2012.
- Tempo.co: Peneliti Kembangkan Tempe dari Kacang KoroTemplat:Pranala mati. Sabtu, 11 Agustus 2012
- Tribunnews.com: Tempe Kacang Komak Turunkan Kolesterol. Rabu, 1 Agustus 2012
- BioEnergi: Kacang komak pengganti kedelai. 25 Julai 2012.