Kerinci: Perbezaan antara semakan

Daripada Wikipedia, ensiklopedia bebas.
Kandungan dihapus Kandungan ditambah
HRharizalrhomi (bincang | sumb.)
Tiada ringkasan suntingan
HRharizalrhomi (bincang | sumb.)
Tiada ringkasan suntingan
Baris 97: Baris 97:
[[fr:Kabupaten de Kerinci]]
[[fr:Kabupaten de Kerinci]]
[[nl:Kerinci (regentschap)]]
[[nl:Kerinci (regentschap)]]
--[[Pengguna:HRharizalrhomi|HRharizalrhomi]] ([[Perbincangan pengguna:HRharizalrhomi|bincang]]) 13:05, 13 Oktober 2012 (UTC)

Semakan pada 13:05, 13 Oktober 2012

Kerinci
Lambang Kerinci
Lambang Kerinci
Moto: "..."

(Bahasa ...): "..."

Lokasi Jambi Kabupaten Kerinci
Penubuhan: -
Ibukota: Sungai Penuh
Keluasan
 - Total:

4,200 km²
Penduduk
 - Jumlah:
 - Kepadatan:

+/- 300,000
…/km²
Provinsi: Jambi.
Agama: Islam, Kristian, Animisme
Bahasa: Bahasa Indonesia, dll.
Zon Waktu: (WIB)

Kerinci atau juga dikenali sebagai Kerinchi, Kerintji, Kinchai [KVR] 300,000 (1989). terletak di pergunungan barat sekitar Sungaipenuh dan utara dan barat. Penduduknya terdiri dari Austronesia, Malayo-Polynesia, Western Malayo-Polynesia, Sundic, Malayic, Malayan, Melayu. Penduduknya bertutur dalam loghat dialek: Ulu, Mamaq, Akit, Talang, Sakei. Daerah dari dialek Kerinci-Minangkabau di Minangkabau.

Kabupaten Kerinci adalah salah satu kabupaten di Provinsi Jambi. Luas wilayahnya 4.200 km² dengan populasi 300,000 penduduk. Ibu kotanya ialah Sungai Penuh.

Nama Kerinci

Nama ‘Kerinci’ berasal dari bahasa Tamil “Kurinci”. Tanah Tamil dapat dibagi menjadi empat kawasan yang dinamakan menurut bunga yang khas untuk masing-masing daerah. Bunga yang khas untuk daerah pegunungan ialah bunga Kurinci (Latin Strobilanthus. Dengan demikian Kurinci juga bererti 'kawasan pegunungan'.

Di zaman dahulu Sumatra dikenal dengan istilah Swarnadwipa atau Swarnabhumi (tanah atau pulau emas). Kala itu Kerinci, Lebong dan Minangkabau menjadi wilayah penghasil emas utama di Indonesia (walaupun kebanyakan sumber emas terdapat di luar Kabupaten Kerinci di daerah Pangkalan Jambu, Kabupaten Merangin). Di daerah Kerinci banyak ditemukan batu-batuan Megalithicum dari zaman Gangsa (Bronze Age) dengan pengaruh Buddha termasuk keramik Tiongkok. Hal ini menunjukkan wilayah ini telah banyak berhubungan dengan dunia luar.

Awalnya ‘Kerinci’ adalah nama sebuah gunung dan danau (tasik), tetapi kemudian wilayah yang berada di sekitarnya disebut dengan nama yang sama. Dengan begitu daerahnya disebut sebagai Kerinci (“Kurinchai” atau “Kunchai” atau “Kinchai” dalam bahasa setempat), dan penduduknya pun disebut sebagai orang Kerinci.

Sejarah Kerinci

Menurut Tambo Alam Minangkabau, Daerah Rantau Pesisir Barat (Pasisie Barek) pada masa Kerajaan Alam Minangkabau meliputi wilayah-wilayah sepanjang pesisir barat Sumatra bahagian tengah mulai dari Sikilang Air Bangis, Tiku Pariaman, Padang, Bandar Sepuluh, Air Haji, Inderapura, Muko-muko (Bengkulu) dan Kerinci. Dengan demikian Kerinci merupakan daerah Minangkabau.

Pada waktu Indonesia merdeka, Sumatera bahagian tengah mulai dipecah menjadi 3 provinsi:

  1. Sumatera Barat (meliputi daerah Minangkabau)
  2. Riau (meliputi wilayah kesultanan Siak, Pelalawan,Rokan,Indragiri, Riau-Lingga ditambah Rantau Minangkabau Kampar dan Kuantan)
  3. Jambi (meliputi bekas wilayah kesultanan Jambi ditambah Rantau Minangkabau Kerinci)


Dengan demikian sebenarnya Orang Kerinci hidup dengan budaya Minangkabau namun menjadi orang Jambi.

Letak Kerinci

Kerinci berada di ujung barat Provinsi Jambi, berbatasan dengan Provinsi Sumatera Barat (Minangkabau) di sebagian barat dan utara. Di selatan mereka berbatasan dengan Provinsi Bengkulu.

Daerah Kerinci ditetapkan sebagai sebuah Kabupaten sejak awal berdirinya Provinsi Jambi, dengan pusat pemerintahan di Sungai Penuh. Daerah Kerinci memiliki luas 4.200 km2 terdiri atas 11 kecamatan (yang merupakan rangkaian kampung atau pemukimam). Statistik tahun 1996 menunjukkan populasi suku Kerinci sekitar 300.000 jiwa.

Budaya Kerinci

Budaya Kerinci sangat khas. Tari-tariannya adat merupakan campuran Minangkabau dan Kerinci serta Melayu. Misalnya, Tari Joged Sitinjau Laut. Lagu-lagu Kerinci juga terkenal unik. Pakaian adatnya juga sangat indah. Rumah suku Kerinci disebut "Larik" karena terdiri dari beberapa deretan rumah petak yang bersambung-sambung. Di Jambi, Kerinci adalah satu-satunya wilayah yang menganut adat Perpatih Minangkabau (Matrilineal).

Bahasa Kerinci

Bahasa Kerinci termasuk salah satu anak cabang bahasa Austronesia yang dituturkan dengan dialek Kerinci. Bagi masyarakat bagian pesisir barat Minangkabau, Bahasa Kerinci tidak begitu asing, namun menjadi agak aneh bagi orang daerah lain di Jambi yang condong ke Melayu Palembang dan Melayu Riau. Salah satu yang khas dari dialek Kerinci di antaranya adalah melafalkan ‘i’ menjadi ‘ai’ misal: ‘Orang Kerinci pergi ke Jambi’ diucapkan ‘Uhang Kinchai lalau ka Jamboi’, atau melafalkan ‘a’ menjadi ‘ea’ atau ‘oi’ misal : "bila" menjadi "bilea", "atas menjadi "atoih", "Tadi menjadi "tadoih".

Ada lebih dari 30 dialek bahasa yang berbeda di tiap-tiap desa di daerah Kerinci. Seperti pengucapan 'Anda', di Desa Lempur (Kec. Gunung Raya) diucapakan dengan "Kaya" sedangkan di Kec. Sungai Penuh diucapakan dengan "Kayo". Perbedaan dialek ini juga ditandai dengan dengan perbedaan budaya yang ada di masing-masing desa di Kerinci.

Lihat juga Daftar Kabupaten dan Kotamadya Indonesia --HRharizalrhomi (bincang) 13:05, 13 Oktober 2012 (UTC)