Orang Sunda: Perbezaan antara semakan

Daripada Wikipedia, ensiklopedia bebas.
Kandungan dihapus Kandungan ditambah
Kururubot (bincang | sumb.)
k Bot: tukar kategori yang dilencongkan, Suku bangsa di Indonesia ke Kelompok etnik di Indonesia
Tiada ringkasan suntingan
Baris 12: Baris 12:
}}
}}


'''Sunda''' adalah sebuah kumpulan etnik yang menduduki bahagian barat [[Pulau Jawa]] di [[Indonesia]] dengan jumlah penduduk sebanyak 31 juta. Kebanyakan orang Sunda menganut agama [[Islam]] dan mereka menutur sebuah bahasa yang dipanggil, [[Bahasa Sunda|Basa Sunda]].
'''Sunda''' adalah sebuah kumpulan etnik yang menduduki bahagian barat [[Pulau Jawa]] di [[Indonesia]] dengan jumlah penduduk sebanyak 31 juta (15,41% dari penduduk Indonesia). Kebanyakan orang Sunda menganut agama [[Islam]] dan mereka menutur sebuah bahasa yang dipanggil, [[Bahasa Sunda|Basa Sunda]]. Orang Portugis mencatat dalam Suma Oriental bahwa orang sunda bersifat jujur dan pemberani. Karakter orang Sunda yang periang dan suka bercanda seringkali ditampilkan melalui tokoh populer dalam cerita Sunda yaitu Kabayan dan tokoh populer dalam wayang golek yaitu Cepot, anaknya Semar. Mereka bersifat riang, suka bercanda, dan banyak akal, tetapi seringkali nakal. Orang sunda juga adalah yang pertama kali melakukan hubungan diplomatik secara sejajar dengan bangsa lain. Sang Hyang Surawisesa atau Raja Samian adalah raja pertama di Nusantara yang melakukan hubungan diplomatik dengan Bangsa lain pada abad ke 15 dengan orang Portugis di Malaka. Hasil dari diplomasinya dituangkan dalam Prasasti Perjanjian Sunda-Portugal.


==Sejarah==
==Sejarah==

Semakan pada 15:26, 13 Januari 2013

Orang Sunda

Orang Sunda terkenal; dari atas ke bawah:
baris pertama: Iwa Kusumasumantri, Dewi Sartika, Sri Baduga Maharaja, Djuanda Kartawidjaja, Otto Iskandardinata.

baris kedua: Taufik Hidayat, Agum Gumelar, Ali Sadikin, Umar Wirahadikusumah, Marty Natalegawa.
baris ketiga: Rieke Dyah Pitaloka, Mamah Dedeh, Abdullah Gymnastiar, Doel Sumbang, Nike Ardila.

baris keempat: Asep Sunandar Sunarya, Addie MS, Ayu Ting Ting, Rhoma Irama, Desy Ratnasari.
Kawasan ramai penduduk
Jawa Barat: 26.5 juta
Banten: 1.8 juta
Jakarta: 1.2 juta
Bahasa
Sunda, Indonesia dan Jawa
Agama
Islam, Sunda Wiwitan
Kumpulan etnik berkaitan
Jawa, Betawi

Sunda adalah sebuah kumpulan etnik yang menduduki bahagian barat Pulau Jawa di Indonesia dengan jumlah penduduk sebanyak 31 juta (15,41% dari penduduk Indonesia). Kebanyakan orang Sunda menganut agama Islam dan mereka menutur sebuah bahasa yang dipanggil, Basa Sunda. Orang Portugis mencatat dalam Suma Oriental bahwa orang sunda bersifat jujur dan pemberani. Karakter orang Sunda yang periang dan suka bercanda seringkali ditampilkan melalui tokoh populer dalam cerita Sunda yaitu Kabayan dan tokoh populer dalam wayang golek yaitu Cepot, anaknya Semar. Mereka bersifat riang, suka bercanda, dan banyak akal, tetapi seringkali nakal. Orang sunda juga adalah yang pertama kali melakukan hubungan diplomatik secara sejajar dengan bangsa lain. Sang Hyang Surawisesa atau Raja Samian adalah raja pertama di Nusantara yang melakukan hubungan diplomatik dengan Bangsa lain pada abad ke 15 dengan orang Portugis di Malaka. Hasil dari diplomasinya dituangkan dalam Prasasti Perjanjian Sunda-Portugal.

Sejarah

Catatan sejarah paling lama yang ditemui mengenai perkataan "Sunda" telah dijumpai di naskhah Kebonkopi yang bertarikh 536 AD. Perkataan Sunda mungkin berasal daripada bahasa Sanskrit yang bermaksud 'air' atau 'cahaya'.

Bahasa

Bahasa Sunda digunakan oleh lebih kurang 27 juta orang dan merupakan bahasa kedua paling banyak digunakan di Indonesia selepas Bahasa Jawa. Bahasa ini ditutur oleh mereka di bahagian selatan Provinsi Banten dan di kebanyakan tempat di Jawa Barat. Di Jawa Tengah, bahasa Sunda digunakan di daerah Brebes selatan dan Cilacap utara.

Ada terdapat beberapa dialek dalam bahasa Sunda, dari dialek Sunda-Banten ke dialek Sunda-Jawa Tengahan yang mencampurkan banyak elemen daripada bahasa Jawa. Beberapa dialek yang jelas kedengaran adalah:

  • Banten,
  • Bogor,
  • Priangan, dan
  • Cirebon.

Disebabkan pengaruh budaya Jawa semasa pemerintahan Kesultanan Mataram, bahasa Sunda, terutama sekali di kawasan Parahyangan, memiliki beberapa lapisan bermula dengan bahasa paling rasmi, atau versi "halus", hingga ke cara penuturun harian yang dipanggil versi "loma" atau "lancaran". Namun di kawasan-kawasan pergunungan dan di Banten, versi "loma" paling banyak digunakan tetapi cara pertuturun "loma" ini dianggap kasar oleh mereka yang berasal dari Bandung.