Surah Al-Insyiqaaq: Perbezaan antara semakan

Daripada Wikipedia, ensiklopedia bebas.
Kandungan dihapus Kandungan ditambah
Bedah Tafsir Al-Insyiqaq
 
EVOIIIGSR (bincang | sumb.)
Tiada ringkasan suntingan
Baris 17: Baris 17:
14. Sesungguhnya dia menyangka bahwa dia sekali-kali tidak akan kembali,
14. Sesungguhnya dia menyangka bahwa dia sekali-kali tidak akan kembali,
15. yang benar, sesungguhnya Tuhannya selalu melihatnya.
15. yang benar, sesungguhnya Tuhannya selalu melihatnya.
16. Tetapi orang-orang beriman dan beramal saleh, bagi mereka pahala yang tidak putus-putusnya.


(Q.S. Al Insyiqaq 84: 1-16)
(Q.S. Al Insyiqaq 84: 1-15)


Tafsir Al Insyiqaq
Tafsir Al Insyiqaq

Semakan pada 09:00, 23 September 2007

Tafsir Al-Insyiqaq (1) Ayat ini menggambarkan kerusakan tatanan alam semesta. Apabila langit terbelah, artinya apa pun yang ada di langit berupa gugusan-gugusan bintang yang dahsyat akan mengalami kehancuran sesuai kehendak Allah swt.

1. Apabila langit terbelah 2. Dan patuh pada Tuhannya, dan memang sudah semestinya langit itu patuh 3. Dan apabila bumi diratakan 4. Dan dilemparkan segala apa yang ada di dalamnya dan menjadi kosong 5. Dan ia patuh pada Tuhannya, dan sudah semestinya bumi itu patuh 6. Hai manusia, sesungguhnya kamu telah bekerja dengan sungguh-sungguh menuju Tuhanmu, maka pasti kamu akan menemui-Nya. 7. Adapun orang yang diberikan kitabnya dari sebelah kanannya, 8. maka dia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah, 9. dan dia akan kembali kepada kaumnya dengan gembira. 10. Adapun orang-orang yang diberikan kitabnya dari belakang punggungnya, 11. maka dia akan berteriak, "Celakalah aku." 12. Dan dia akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala. 13. Sesungguhnya dia dahulu bergembira di kalangan kaumnya. 14. Sesungguhnya dia menyangka bahwa dia sekali-kali tidak akan kembali, 15. yang benar, sesungguhnya Tuhannya selalu melihatnya.

(Q.S. Al Insyiqaq 84: 1-15)

Tafsir Al Insyiqaq

Apabila langit terbelah

Ayat ini menggambarkan kerusakan tatanan alam semesta. Apabila langit terbelah, artinya apa pun yang ada di langit berupa gugusan-gugusan bintang yang dahsyat akan mengalami kehancuran sesuai kehendak Allah swt. Sekarang ini seluruh benda langit berjalan pada porosnya secara teratur, konsisten dan simultan sehingga satu sama lain saling menyangga dan terjadilah keharmonisan seperti yang kita rasakan saat ini.

Namun dengan Kuasa Allah swt., suatu saat nanti gugusan-gugusan bintang yang harmonis itu akan mengalami disharmoni alias kekacauan sistem, akan hilang keseimbangannya sehingga terjadilah kerusakan tatanan alam semesta, seperti yang di firmankan-Nya, ”Apabila langit terbelah! Terbelahnya langit bukan karena kebetulan namun karena kekuasaan Allah swt., seperti dinyatakan pada ayat berikutnya.


Dan patuh pada Tuhannya, dan memang sudah semestinya langit itu patuh

Terbelahnya langit merupakan bentuk kepatuhan alam semesta pada Kuasa dan Kehendak Allah swt. Tidak ada fenomena apa pun di muka bumi dan alam semesta ini yang terjadi karena kebetulan. Seluruhnya karena izin dan Kekuasaan Allah swt. Semuanya patuh pada Allah dan memang sudah semestinya langit itu patuh. Jangankan gugusan bintang yang dahsyat, sehelai daun yang jatuh pun itu terjadi karena sepengetahuan dan seizin Allah.

Pernahkan Anda menyaksikan sehelai daun jatuh dari rantingnya? Sebutir biji tumbuh di tanah? Ingatlah itu semua bukan kebetulan, tetapi atas Kuasa, Kehendak, dan Izin Allah swt. ”Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang gaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya, dan tidak jatuh sebutir biji pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata.” (Q.S. Al An’am 6: 59)

Sesudah Allah membicarakan kehancuran yang akan terjadi di langit, kita dibawa untuk bertafakur tentang bumi tempat kita menginjakkan kaki.

Dan apabila bumi diratakan. Dan dilemparkan segala apa yang ada di dalamnya dan menjadi kosong

Inilah gambaran yang akan terjadi pada hari kiamat; bumi menjadi rata, seluruh isi bumi akan digulung, gunung-gunung yang menjadi pasak bumi akan tercerabut sehingga hilanglah keseimbangan bumi. Bumi akan memuntahkan segala isinya; lahar yang mendidih, api, gas panas, dan apa pun yang ada dalam perut bumi akan terlempar hingga kosong, ”Dan dilemparkan segala apa yang ada di dalamnya dan menjadi kosong.”

Penghuni bumi akan sangat ketakuatan. Ibu yang menyusui akan meninggalkan anak yang sedang disusuinya, wanita hamil akan mengalami keguguran, dan orang-orang akan hilang akal sehatnya. “Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu; sesungguhnya goncangan hari kiamat itu adalah kejadian yang sangat dahsyat. Pada hari itu, lalailah semua wanita yang menyusui anaknya dari anak yang disusuinya dan gugurlah kandungan wanita yang hamil, dan kamu lihat manusia dalam keadaan mabuk padahal sebenarnya mereka tidak mabuk, akan tetapi azab Allah itu sangat keras.”(Q.S. Al Hajj 22: 1-2). “Apabila bumi digoncangkan dengan goncangannya dahsyat dan bumi telah memuntahkan beban-beban berat yang dikandungnya, dan manusia bertanya, “Mengapa bumi jadi begini?” (Q.S. Az-Zalzalah 99: 1-3).

Dan ia patuh pada Tuhannya, dan sudah semestinya bumi itu patuh Bumi menjadi rata adalah kehendak Allah. Bumi pun taat pada apa yang Allah perintahkan seperti taatnya langit yang dibicarakan pada ayat dua di atas. Ayat ini harus menjadi bahan perenungan bagi kita. Betapa tidak, bumi tempat berpijak yang begitu luas dan menakjubkan ternyata tidak pernah membangkang pada perintah Allah, tidak pernah keluar dari apa pun yang Allah kehendaki. Sementara manusia yang begitu lemah tidak jarang mengabaikan, bahkan melecehkan perintah-perintah Allah swt.

Hai manusia, sesungguhnya kamu telah bekerja dengan sungguh-sungguh menuju Tuhanmu, maka pasti kamu akan menemuinya.

Ustadz Muhammad Abduh menyebutkan bahwa maksud ayat ini seolah-olah Allah berfirman, ”Wahai manusia yang berjalan dalam kesesatan, yang menjadikan hawa nafsu sebagai landasan perbuatan, yang menyimpang dari jalan kebenaran. Jangan mengira akan hidup abadi, sesungguhnya engkau selalu bersusah payah berjalan menuju Tuhanmu, setiap hari menuju ajalmu dan akan menemui penghisaban Allah swt.”

Setiap menit yang kita isi dengan berbagai kegiatan, setiap jam yang kita arungi dengan setumpuk aktivitas, setiap hari yang kita penuhi dengan seabrek pekerjaan, pada akhirnya akan mengantarkan kita pada kematian. ”Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.” (Q.S. Ali Imran 3: 185).

Apa yang akan kita dapatkan pada hari penghisaban sangat bergantung pada apa yang kita lakukan ketika di dunia.

Adapun orang yang diberikan kitabnya dari sebelah kanannya

Inilah gambaran orang yang akan mendapatkan kebahagiaan abadi. Mereka akan menerima kitab amal catatan yang merekam seluruh aktivitas sewaktu di dunia dari sebelah kanannya. Islam menjadikan ”kanan” sebagai simbol kebajikan, keberuntungan, kebahagiaan, dan keberkatan. Karena itu, kalimat ”sebelah kanan” pada ayat ini merupakan isyarat bahwa pemiliknya akan mendapatkan penghisaban yang lancar, mudah, tanpa kendala apa pun. Hal ini ditegaskan pada ayat berikutnya.

maka ia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah

Mengapa mudah? Sebab sewaktu di dunia orang tersebut mengisi hari-harinya dengan berbagai amaliah saleh. Menghindari kemaksiatan. Berjuang mengarungi hidup di bawah panji-panji kebenaran dan mampu memerangi dorongan-dorongan nafsu negatif yang ada dalam dirinya. Sabar menghadapi beragam ujian dan rajin bertaubat serta memperbaiki diri.

dan dia akan kembali kepada kaumnya dengan gembira”

Maksud kaum pada ayat ini adalah orang-orang yang sama-sama mampu mengisi hidup dengan melaksanakan apa saja yang Allah ridhoi dan berjuang menundukkan nafsu-nafsu buruk yang ada dalam jiwanya. Jadi, pertemanan atau persahabatan bisa kita bina bukan hanya di dunia tapi juga sampai kampung akhirat, asalkan persahabatan tersebut diikat dengan ikatan takwa.

”Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertakwa.” (Q.S. Az-Zukhruf 43: 67). Maksudnya, pertemanan yang akan abadi sampai akhirat adalah bertemanan yang diikat dengan ketakwaan. Yakni saling memberi motivasi untuk berbuat kebajikan dan saling mengingatkan kalau berbuat kealfaan. Karenanya, saat mendapatkan hisab yang mudah, dia akan kembali pada kaumnya dengan gembira.

Sebaliknya orang-orang yang hidupnya diisi dengan berbagai kemaksiatan dan kemungkaran, melalaikan ajaran-ajaran agama, hidup diperbudak nafsu yang buruk, maka dia akan mendapatkan hisab yang sulit.

Adapun orang-orang yang diberikan kitabnya dari belakang punggungnya,

Ini adalah gambaran orang-orang yang saat di dunia selalu mempertuhankan hawa nafsunya bahkan berani mengolok-olok ajaran-ajaran agama. Mereka akan menerima catatan amalnya dari arah punggungnya. Hal ini terungkap dalam ayat berikutnya,

Maka dia akan berteriak, "Celakalah aku.” Dan dia akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala.

Saat kitab catatan amalnya diterima dari belakang punggungnya, sang pemilik akan sadar bahwa itulah isyarat kecelakaan baginya, karena itu dia berteriak, Celaka aku!. Dan akhirnya dia akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala, yaitu neraka jahannam. Apa yang menyebabkan masuk ke dalam api yang menyala-nyala? Ayat berikutnya menjelaskan.

Sesungguhnya dia dahulu bergembira di kalangan kaumnya.

Maksud dia dahulu bergembira adalah saat di dunia, hidupnya diwarnai dengan hura-hura, fun, hedonis, menghalalkan segala cara demi kenikmatan sesaat, selalu mengikuti hawa nafsu, dan tidak pernah menolak ajakan-ajakan setan.

Maksud di kalangan kaumnya adalah di kalangan orang-orang yang sepaham atau sama-sama memperturutkan hawa nafsu. Karena itu, dalam ayat lain Allah mengingatkan agar kita tidak terbawa arus orang-orang yang memperturutkan hawa nafsunya. ”Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridoan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka mengharapkan perhiasan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas”. (Q.S. Al Kahfi 18: 28)

Pada ayat ini ada kalimat yang sangat tegas, yaitu dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami, serta mengikuti hawa nafsunya.

Sesungguhnya dia menyangka bahwa dia sekali-kali tidak akan kembali.

Pada ayat ke 13, Allah swt. menyebutkan penyebab mengapa ada orang yang menerima catatan amal dari belakang punggung, karena sewaktu di dunia hanya memperturutkan nafsu dan menghalalkan segala cara untuk kenikmatan sesaat. Maka pada ayat ini Allah menyebutkan penyebab lainnya, yaitu sesungguhnya dia menyangka bahwa dia sekali-kali tidak akan kembali. Menyangka bahwa kehidupan dunia akan abadi. Menyangka bahwa kematian itu akhir dari segalanya. Menyangka bahwa sesudah mati tidak akan ada kebangkitan dan tidak ada penghisaban. Itu semua keyakinan yang keliru!

Yang benar, sesungguhnya Tuhannya selalu melihatnya.

Yang benar, bahwa Allah swt. akan mencatat seluruh perbuatan baik ataupun buruk. ”Dan diletakkanlah kitab, lalu kamu akan melihat orang-orang bersalah ketakutan terhadap apa yang di dalamnya, dan mereka berkata, ’Aduh celaka kami, kitab apakah ini yang tidak meninggalkan yang kecil dan tidak yang besar, melainkan ia mencatat semuanya; dan mereka dapati apa yang telah mereka kerjakan tercatat di dalamnya. Dan Tuhanmu tidak menganiaya seorang jua pun." (Q.S. Al Kahfi 18: 49)

”Pada hari (penghisaban) ini Kami tutup mulut mereka; dan berkatalah kepada Kami tangan mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka usahakan.” (Q.S. Yaasin 36: 65)

Ayat-ayat ini menjadi penguat bahwa Allah Maha melihat segala perbuatan kita. Semua ucapan, perbuatan, bahkan apa pun yang terlintas dalam pikiran dan hati kita akan diketahui Allah swt. Yang benar, sesungguhnya Tuhannya selalu melihatnya. Maha Benar Allah dengan segala yang difirmankan-Nya.

Tafsir Al Insyiqaq (Terakhir)

 [16] Maka sesungguhnya Aku bersumpah dengan cahaya merah di waktu senja, [17] dan dengan malam dan apa yang diselubunginya, [18] dan dengan bulan apabila jadi purnama, [19] sesungguhnya kamu melalui tingkat demi tingkat.


[16] Maka sesungguhnya Aku bersumpah dengan cahaya merah di waktu senja, [17] dan dengan malam dan apa yang diselubunginya, [18] dan dengan bulan apabila jadi purnama, [19] sesungguhnya kamu melalui tingkat demi tingkat. [20] Mengapa mereka tidak mau beriman? [21] dan apabila Al Quran dibacakan kepada mereka, mereka tidak bersujud, [22] bahkan orang-orang kafir itu mendustakan. [23] Padahal Allah mengetahui apa yang mereka sembunyikan. [24] Maka beri kabar gembiralah mereka dengan azab yang pedih.[25] Tetapi orang-orang beriman dan beramal saleh, bagi mereka pahala yang tidak putus-putusnya. (Q.S. Al Insyiqaq 84: 16-25)

[16] Maka sesungguhnya Aku bersumpah dengan cahaya merah di waktu senja.

Pernahkan Anda menatap ke ufuk sebelah barat pada senja hari saat matahari terbenam? Itulah yang disebut Asy-Syafaq pada ayat ini Falaa uqsimu bi Asy-syafaq. Asy-Syafaq adalah warna merah yang terlihat pada awal malam saat terbenamnya matahari.

Apa yang Anda rasakan saat mata menatap ke ufuk yang berwarna kemerah-merahan karena matahari akan tenggelam dan akan digantikan malam? Sungguh indah, bukan? Namun sayang, untuk masyarakat yang tinggal di kota-kota besar, keindahan tersebut sering tidak dirasakan karena terhalang oleh bangunan-bangunan tinggi dan lampu-lampu yang menyilaukan.

Allah swt. bersumpah dengan ufuk yang berwarna kemerah-merahan, supaya manusia bertafakur akan kebesaran, keagungan, dan kemuliaan Al Khaliq (Allah Maha Pencipta).

[17][18] Dan dengan malam dan apa yang diselubunginya dan dengan bulan apabila jadi purnama

           Sesudah bersumpah dengan Asy-Syafaq, Allah bersumpah dengan malam yang dihiasai bulan purnama. Pernahkah Anda menikmati keindahan bulan purnama di tengah gelapnya malam? Apa yang Anda rasakan? Banyak cerita romatis yang dihubungkan dengan keindahan bulan purnama. Allah bersumpah dengan malam yang dihiasi bulan purnama, tujuannya agar kita bisa merasakan keagungan, kebesaran, dan kekuasaan Allah swt. 

[19] Sesungguhnya kamu melalui tingkat demi tingkat


           Ayat 16-18 menggambarkan tahapan-tahapan menuju malam, yaitu Asy-Syafaq  ufuk yang berwarna kemerahan, lalu terjadi Al-Lail malam yang gelap dan muncullah Al-Qamar bulan purnama. Ini isyarat bahwa apa yang terjadi pada alam ini melalui proses yang bertahap, begitu juga halnya dengan kehidupan kita. 
           Manusia pun melalui tahapan-tahapan yang rinci dan jelas dalam mengarungi kehidupan dunia hingga akhirat atau istilah ayat di atas ”Latarkabunna thabaqan ’an thabaqin” Mula-mula manusia berada alam rahim, kemudian lahir ke dunia, mengarungi masa bayi, anak-anak, remaja, dewasa, tua, lalu mati, kemudian masuk ke alam barzakh (kubur), lalu dibangkitkan, berkumpul di alam makhsyar, menghadapi penghisaban, akhirnya masuk surga ataupun neraka bergantung pada amalan-amalannya. 
           Ayat ini mengisyaratkan manusia itu makhluk yang terikat proses. Allah swt. akan menilai proses bukan hasilnya. Tidak ada ayat yang menyuruh agar kita lulus dengan yudisium Cumlaude, yang ada adalah ayat yang menyuruh agar kita belajar dengan sunguh-sungguh. Jadi kita disuruh berproses, yaitu belajar dengan serius. Tidak ada ayat yang menyuruh agar kita kaya, yang ada adalah ayat yang menyuruh agar kita bekerja keras dalam mencari harta yang halal. Jadi kita disuruh mencari nafkah yang halal secara sungguh-sungguh. Kalau kita menjadi kaya, wajib bersyukur namun kalau gagal kita wajib bersabar.  

Hukum probabilitas menyatakan bahwa kalau kita sudah melakukan proses (ihktiar) yang terbaik, kemungkinan besar hasilnya pun akan terbaik. Walaupun sangat mungkin terjadi sebaliknya, kita sudah berikhtiar dengan sungguh-sungguh, namun hasilnya tidak seperti yang kita harapkan. Kasus seperti ini jangan sampai membuat kita berhenti melakukan ikhtiar. Jangan lupa, manusia diciptakan Allah Thabaqan ’an thabaqin (setingkat demi setingkat) alias tidak sekaligus. Yakini bahwa kegagalan adalah bagian dari proses untuk membuat kita lebih matang.

[20][21] Mengapa mereka tidak mau beriman?Dan apabila Al Quran dibacakan kepada mereka, mereka tidak bersujud.

           Pertanyaan seperti ini bukan untuk dijawab, namun untuk direungkan. Ada manusia yang hatinya tertutup dari percikan Al Quran. Nurani dan akalnya tidak pernah tersentuh dengan nasihat-nasihat Ilahi. Hatinya tertutup dari cahaya Ilahi. Bahkan  apabila Al Quraan dibacakan kepada mereka, mereka tidak bersujud, hatinya tidak pernah tunduk. Inilah gambaran orang-orang yang hatinya mati. 

Mangapa hal ini terjadi? Ada sejumlah sebab mengapa hati mengalami kematian, di antaranya adalah sebagai berikut.

1. Tidak pernah dirawat

Apa pun kalau tidak pernah dirawat akan lebih cepat mengalami kerusakan, begitu juga hati. Hati yang tidak dirawat akan mengalami kegersangan, kejumudan, bahkan kematian. “Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun, dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik.” (Q.S. Al Hadid 57: 16-17)

Kita disuruh agar menyisihkan waktu untuk mengingat Allah dan merenungi ayat-ayat Allah sebagai wujud perawatan terhadap hati, supaya tidak mengalami kegersangan, bahkan kematian. Allah swt. mengingatkan jangan seperti ahli kitab yang tidak pernah mau merawat hatinya sehingga hati mereka menjadi keras dan akhirnya mati.


2. Atmosfer yang tidak kondusif

Manusia adalah makhluk sosial yang bisa terpengaruh oleh atmosfer atau suasana lingkungannya. Apabila suasana lingkungan kita ini kondusif untuk kesehatan hati, kemungkinan besar hati kita pun sehat. Namun sebaliknya, kalau suasana lingkungan kita kurang kondusif untuk kesehatan hati, kemungkinan besar hati kita pun sakit, bahkan mati. Di sinilah betapa pentingnya kita memperhatikan atmosfer.

“Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridoan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka mengharapkan perhiasan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas.” (Q.S. Al Kahfi 18: 28)

Pada ayat ini Allah swt. memerintahkan agar kita bersabar berada dalam lingkungan yang saleh, bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridoan-Nya. Kita diingatkan untuk tidak berada dalam lingkungan yang suka memperturtkan hawa nafsu. Dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas. Jelaslah bahwa hati akan menjadi mati kalau atmosfer tidak kondusif.

3. Selalu mengikuti rayuan nafsu

Hati akan mati apabila dorongan-dorongan hawa nafsu (nafsu buruk) selalu diikuti. “Pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan menutup  penglihatannya? Maka siapakah  yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah membiarkannya sesat. Maka mengapa  kamu tidak mengambil pelajaran?” (Q.S. Al Jatsiyah 45: 23).

Itulah tiga kondisi yang bisa menyebabkan hati mati. Sehinggan apabila Al Quraan dibacakan kepada mereka, mereka tidak bersujud. Bukan saja tidak mau bersujud, bahkan mendustakan.

[22][23] Bahkan orang-orang kafir itu mendustakan. Padahal Allah mengetahui apa yang mereka sembunyikan.

           Allah Maha Mengetahui apa yang disembunyikan hamba-hamba-Nya. Tidak ada ruang bagi kita untuk bersembunyi dari pengawasan Allah swt. “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan kami lebih dekat daripadanya daripada urat lehernya.”  (Q.S. Qaaf 50: 16)

“Tidakkah kamu perhatikan bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi? Tiada ada pembicaraan rahasia antara tiga orang, melainkan Dia-lah yang keempat. Dan tiada pembicaraan antara lima orang, melainkan Dia-lah yang keenam. Dan tiada (pula) pembicaraan antara (jumlah) yang kurang dari itu atau lebih banyak, melaikan Dia ada bersama mereka di mana pun mereka berada, kemudian Dia akan memberitahukan kapada mereka pada hari kiamat apa yang telah mereka kerjakan. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (Q.S. Al Mujadilah 58: 7)

           Apabila ayat-ayat Allah swt. yang begitu jelas, lugas, dan tegas tidak membuat manusia beriman, Allah swt. memiliki otoritas untuk memberi sanksi dengan azab-Nya yang pedih.       

[24] Maka beri kabar gembiralah mereka dengan azab yang pedih.

           Azab atau siksaan yang akan dirasakan para pembangkang berbeda-beda sesuai dengan tingkat kekufuran, kemunafikan, kemusyrikan, dan kemaksiatan mereka. Silakan perhatikan ayat-ayat berikut. 

“Ketika belenggu dan rantai dipasang di leher mereka seraya diseret, ke dalam air yang sangat panas, kemudian mereka dibakar dalam api.” (Q.S. Al Mu’minun 40: 71-72). “Dan tiada pula makanan sedikit pun bagi penghuni neraka kecuali dari darah dan nanah.” (Q.S. Al Haqqah 69: 36). “Sesungguhnya pohon zaqqum itu makanan orang yang banyak berdosa. Ia adalah kotoran minyak yang mendidih dalam perut, seperti mendidihnya air yang sangat panas.”(Q.S. Ad-Dukhan 44: 43-46).

“Dan katakanlah, ’Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka barangsiapa yang ingin beriman hendaklah ia beriman dan barangsiapa yang ingin kafir biarlah ia kafir.’ Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang-orang zalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. Dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek.” (Q.S. Al Kahfi 18: 29).

           Malaikat-malaikat yang bertugas di neraka itu sangat keras dan kasar. “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malikat-malikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (Q.S. At-Tahrim 66: 6).
           Penghuni neraka tidak akan mendapatkan pertolongan dari Allah swt., “Janganlah kamu memekik minta tolong pada hari ini. Sesungguhnya kamu tidak akan mendapat pertolongan dari Kami.” (Q.S. Al Mu’minun 23: 65). “Siksa paling ringan di neraka dilukiskan Rasulullah saw. sebagai sebuah bara api yang diletakkan di telapak kaki seseorang yang menjadikan otaknya mendidih.” (H.R. Muslim). Na’udzbillah!

[25] Tetapi orang-orang beriman dan beramal saleh, bagi mereka pahala yang tidak putus-putusnya

           Allah sediakan azab yang sangat pedih bagi para pembangkang. Namun Allah pun sediakan surga yang penuh kenikmatan bagi orang-orang yang taat pada perintah-perintah-Nya, selalu mensyukuri nikmat-Nya, dan selalu bersabar mengarungi ujian-Nya. Banyak ayat yang menggambarkan kenikmatan bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh, di antaranya, “Dan mereka (penghuni surga) dikelilingi oleh pelayan-pelayan muda yang tetap muda, apabila kamu melihat mereka, kamu akan mengira mereka mutiara yang bertaburan.” (Q.S. Al Insan 72: 19).

“Kamu dapat mengetahui dari wajah mereka kesenangan hidup mereka yang penuh kenikmatan.” (Q.S. Al Muthffifin 83: 24).

           Penghuni surga akan memperoleh apa yang mereka minta dan apa pun yang mereka inginkan, “Kamilah pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan di akhirat; di dalam surga kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh pula di dalamnya apa yang kamu minta. Sebagai jamuan bagimu dari Tuhan Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Q.S. Fushshilat 41: 31-32).
           Semoga Allah swt. melimpahkan pada kita kenikmatan yang tiada batas. Amin Ya Rabbal ’Alamin