Kuningan, Jakarta Selatan: Perbezaan antara semakan

Daripada Wikipedia, ensiklopedia bebas.
Kandungan dihapus Kandungan ditambah
MelancholieBot (bincang | sumb.)
Aurora (bincang | sumb.)
kemas
Baris 1: Baris 1:
{{Lihat pula|Kuningan}}
{{kegunaanlain|Kuningan}}
'''Kuningan''' adalah satu kawasan perniagaan di [[Jakarta]], Indonesia, sebahagian dari Segitiga Emas Jakarta. Ia mencakupi Jalan Rasuna Said, Gatot Subroto, M.H. Thamrin, Jenderal Sudirman. Di Kuningan, Jakarta Selatan terdapat beberapa lokasi penting antara lain: Pejabat Kedutaan Besar [[Australia]], [[Malaysia]], [[Singapura]], [[Poland]], [[Nigeria]], dan banyak lagi. Di sini juga terdapat gedung pusat kebudayaan [[Belanda]], [[Erasmus Huis]]. Kawasan perniagaan yang terkenal adalah Mega Kuningan (antaranya terletak pejabat operasi Yayasan Hidupan Liar Dunia Indonesia @ WWF-Indonesia) dan Rasuna Epicentrum.
{{kembangkan}}
Kuningan adalah satu kawasan perniagaan di Jakarta, bahagian dari Segitiga Emas Jakarta, Ianya mencakupi Jalan Rasuna Said, Gatot Subroto, M.H. Thamrin, Jenderal Sudirman. Di Kuningan, Jakarta Selatan terdapat beberapa lokasi penting antara lain: Pejabat Kedutaan Besar [[Australia]], [[Malaysia]], [[Singapura]], [[Polandia]], [[Nigeria]], dan banyak lagi. Di sini juga terdapat gedung pusat kebudayaan [[Belanda]], [[Erasmus Huis]]. Kawasan bisnes yang terkenal adalah [[Mega Kuningan]] (antaranya terletak pejabat operasi Yayasan Hidupan Liar Dunia Indonesia @ WWF-Indonesia), [[Rasuna Epicentrum]].


== Asal-usul nama (mitos) ==
== Asal-usul nama (mitos) ==
Asal nama [[Kuningan]] di [[Jakarta]] tidak lepas dari sejarah [[Kabupaten Kuningan]], sebuah kabupaten di timur [[Jawa Barat]]. Hal ini terkait erat dengan seorang tokoh bernama [[Dipati Ewangga]]. Dipati Ewangga adalah panglima pasukan tentera Kuningan. Dia mempunyai kemahiran berperang dan membuat senjata dari logam berupa [[keris]], [[kujang]], [[tombak]], [[anak panah]] dan [[pedang]]. Dia mempunyai seekor kuda tunggangan bernama Si Windu, yang tubuhnya kecil tetapi tenaganya kuat dan mampu berlari pantas. Dalam mitologi setempat, kuda ini disebut sebagai kuda semberani yang dapat terbang. Kerana tempat menetapnya di [[Cangkuang]] (sekitar 2 km sebelah tenggara kota Kuningan sekarang) Dipati Ewangga mendapat jolokan Dipati Cangkuang.
Asal nama [[Kuningan]] di [[Jakarta]] tidak lepas dari sejarah [[Kabupaten Kuningan]], sebuah kabupaten di timur [[Jawa Barat]]. Hal ini terkait erat dengan seorang tokoh bernama [[Dipati Ewangga]]. Dipati Ewangga adalah panglima pasukan tentera Kuningan. Dia mempunyai kemahiran berperang dan membuat senjata dari logam berupa [[keris]], [[kujang]], [[tombak]], [[anak panah]] dan [[pedang]]. Dia mempunyai seekor kuda tunggangan bernama Si Windu, yang tubuhnya kecil tetapi tenaganya kuat dan mampu berlari pantas. Dalam mitologi setempat, kuda ini disebut sebagai kuda semberani yang dapat terbang. Kerana tempat menetapnya di [[Cangkuang]] (sekitar 2 km sebelah tenggara kota Kuningan sekarang) Dipati Ewangga mendapat jolokan Dipati Cangkuang.


Tatkala pasukan [[Demak]] dan [[Cirebon]] menyerang [[Banten]] (1526 M) dan [[Sunda Kalapa]] (1527 M) yang merupakan pelabuhan kerajaan [[Sunda]] [[Pajajaran]], pasukan [[Kuningan]] diikutsertakan dalam penyerangan tersebut dan dipimpin langsung oleh Dipati Cangkuang. Akhirnya [[Banten]] dan [[Sunda Kalapa]] ditakluki dan kemudian [[Sunda Kalapa]] berubah nama menjadi [[Jayakarta]] dan sekarang menjadi [[Jakarta]].
Tatkala pasukan [[Demak]] dan [[Cirebon]] menyerang [[Banten]] (1526 M) dan [[Sunda Kalapa]] (1527 M) yang merupakan pelabuhan kerajaan [[Sunda]] [[Pajajaran]], pasukan Kuningan diikutsertakan dalam penyerangan tersebut dan dipimpin langsung oleh Dipati Cangkuang. Akhirnya Banten dan Sunda Kalapa ditakluki dan kemudian Sunda Kalapa berubah nama menjadi "Jayakarta" dan sekarang menjadi [[Jakarta]].


Tampaknya Dipati Cangkuang beserta sejumlah pasukannya, juga sebagian pasukan dari [[Cirebon]] dan [[Demak]] kemudian terus menetap di Jakarta. Dapat dikatakan bahawa mereka merupakan penduduk [[Muslim]] pertama di kota pelabuhan tersebut. Rupanya Dipati Cangkuang memilih ke daerah selatan agak ke pedalaman sebagai tempat tinggal mereka di Jayakarta, kemudian mendirikan perkampungan yang diberi nama sama seperti kampung halaman mereka iaitu [[Kuningan]].
Tampaknya Dipati Cangkuang beserta sejumlah pasukannya, juga sebagian pasukan dari [[Cirebon]] dan [[Demak]] kemudian terus menetap di Jakarta. Dapat dikatakan bahawa mereka merupakan penduduk [[Muslim]] pertama di kota pelabuhan tersebut. Rupanya Dipati Cangkuang memilih ke daerah selatan agak ke pedalaman sebagai tempat tinggal mereka di Jayakarta, kemudian mendirikan perkampungan yang diberi nama sama seperti kampung halaman mereka iaitu Kuningan.


Di kawasan Kuningan, Jakarta, ini juga terdapat kuburan yang dikeramatkan oleh warga setempat, yang terletak dekat [[Gedung Telkom Divisi Regional 2]], yang dikenali dengan kuburan [[Pangeran Kuningan]]. Mungkin kuburan yang dimaksud adalah makam dari Adipati Cangkuang atau Dipati Ewangga.
Di kawasan Kuningan, Jakarta, ini juga terdapat kuburan yang dikeramatkan oleh warga setempat, yang terletak dekat Gedung Telkom Divisi Regional 2, yang dikenali dengan kuburan [[Pangeran Kuningan]]. Mungkin kuburan yang dimaksud adalah makam dari Adipati Cangkuang atau Dipati Ewangga.


[[Kategori:Jakarta Selatan]]
[[Kategori:Jakarta]]


[[id:Kuningan, Jakarta Selatan]]
[[id:Kuningan, Jakarta Selatan]]

Semakan pada 15:29, 24 Ogos 2009

Kuningan adalah satu kawasan perniagaan di Jakarta, Indonesia, sebahagian dari Segitiga Emas Jakarta. Ia mencakupi Jalan Rasuna Said, Gatot Subroto, M.H. Thamrin, Jenderal Sudirman. Di Kuningan, Jakarta Selatan terdapat beberapa lokasi penting antara lain: Pejabat Kedutaan Besar Australia, Malaysia, Singapura, Poland, Nigeria, dan banyak lagi. Di sini juga terdapat gedung pusat kebudayaan Belanda, Erasmus Huis. Kawasan perniagaan yang terkenal adalah Mega Kuningan (antaranya terletak pejabat operasi Yayasan Hidupan Liar Dunia Indonesia @ WWF-Indonesia) dan Rasuna Epicentrum.

Asal-usul nama (mitos)

Asal nama Kuningan di Jakarta tidak lepas dari sejarah Kabupaten Kuningan, sebuah kabupaten di timur Jawa Barat. Hal ini terkait erat dengan seorang tokoh bernama Dipati Ewangga. Dipati Ewangga adalah panglima pasukan tentera Kuningan. Dia mempunyai kemahiran berperang dan membuat senjata dari logam berupa keris, kujang, tombak, anak panah dan pedang. Dia mempunyai seekor kuda tunggangan bernama Si Windu, yang tubuhnya kecil tetapi tenaganya kuat dan mampu berlari pantas. Dalam mitologi setempat, kuda ini disebut sebagai kuda semberani yang dapat terbang. Kerana tempat menetapnya di Cangkuang (sekitar 2 km sebelah tenggara kota Kuningan sekarang) Dipati Ewangga mendapat jolokan Dipati Cangkuang.

Tatkala pasukan Demak dan Cirebon menyerang Banten (1526 M) dan Sunda Kalapa (1527 M) yang merupakan pelabuhan kerajaan Sunda Pajajaran, pasukan Kuningan diikutsertakan dalam penyerangan tersebut dan dipimpin langsung oleh Dipati Cangkuang. Akhirnya Banten dan Sunda Kalapa ditakluki dan kemudian Sunda Kalapa berubah nama menjadi "Jayakarta" dan sekarang menjadi Jakarta.

Tampaknya Dipati Cangkuang beserta sejumlah pasukannya, juga sebagian pasukan dari Cirebon dan Demak kemudian terus menetap di Jakarta. Dapat dikatakan bahawa mereka merupakan penduduk Muslim pertama di kota pelabuhan tersebut. Rupanya Dipati Cangkuang memilih ke daerah selatan agak ke pedalaman sebagai tempat tinggal mereka di Jayakarta, kemudian mendirikan perkampungan yang diberi nama sama seperti kampung halaman mereka iaitu Kuningan.

Di kawasan Kuningan, Jakarta, ini juga terdapat kuburan yang dikeramatkan oleh warga setempat, yang terletak dekat Gedung Telkom Divisi Regional 2, yang dikenali dengan kuburan Pangeran Kuningan. Mungkin kuburan yang dimaksud adalah makam dari Adipati Cangkuang atau Dipati Ewangga.