Mata Pena Mata Hati Raja Ali Haji

Daripada Wikipedia, ensiklopedia bebas.
Mata Pena Mata Hati Raja Ali Haji
Fail:Raja-Ali-Haji.jpg
PengarahRobert Iwan Loriaux
Raja Murad
Agoes Sukarno
Lakon layarAlex Soeprapto Yudho
BerdasarkanTuhfat Al-Nafis oleh
Raja Ali Haji
Dihasilkan olehJulia Fraser
DibintangiAlex Komang
Henidar Amroe
Cok Simbara
Reiner Manopo
Shinta Aryanti
Al azhar
Teja Alhabd
Andi Anhar Chalid
Raja Malik Hafrizal
Muzik olehKindar Wahyu
Syarikat
penerbitan
PT Alam Khatulistiwa
Tarikh tayangan
NegaraIndonesia
Bahasabahasa Melayu
bahasa Belanda

Mata Pena Mata Hati Raja Ali Haji adalah filem Indonesia yang dirilis pada 2 Mei 2009 arahan Gunawan Paggaru dan lakonan Alex Komang, Henidar Amroe, Cok Simbara, Al azhar, Andi Anhar Chalid, dan Teja Alhabd.

Filem ini mengangkat perjalanan kesusastraan Melayu, menampilkan tiga sekuel: masa Raja Haji Fisabilillah (datuk kepada Raja Ali Haji), masa Engku Putri Raja Hamidah, dan masa Raja Ali Haji.[1] Filem ini pun dimaksudkan untuk mengingatkan masyarakat Indonesia bahwa Raja Ali Haji adalah tokoh penting dalam perjalanan kesusastraan Melayu dengan karyanya yang termasyhur “Gurindam 12″. Melalui filem ini, diharapkan generasi muda tidak melupakan khazanah kebudayaan negerinya yang sudah dikenal sejak zaman dahulu.[1]

Sinopsis[sunting | sunting sumber]

Setelah melakukan perjalanan ke Daik, Lingga, Batam dan pulau-pulau kecil lainnya di wilayah Kepulauan Riau, Devina,seorang penulis, menganggap Pulau Penyengat adalah tempat yang paling berkesan. Ia menemukan banyak menemukan informasi tentang sejarah Melayu, antara lain kisah perang di Teluk Ketapang, yakni perang melibatkan puak Melayu yang bersekutu dengan puak Bugis melawan Penjajah Belanda dan mengakibatkan tewasnya Raja Haji Fisabilillah.

Sementara itu, sosok Engku Putri Raja Hamidah, anak Raja Haji Fisabilillah, adalah pemegang regalia/pusaka simbol kebesaran Melayu. Dia tidak bisa menerima perlakuan semena-mena dari penjajah setelah melihat banyak rakyatnya menjadi korban kesewenangan. Punca kekesalannya iaalah ketika Belanda merebut paksa regalia/pusaka kerajaan itu.

Sikap penjajah yang sangat arogan merampas kemerdekaan rakyat Melayu itu sangat membekas di hati masyarakat tanah semenanjung yang dahulu terkenal damai dan sejahtera. Perlawanan terhadap penjajah dilanjutkan oleh cucu Raja Haji Fisabilillah yakni Raja Ali Haji yang dilakukan dengan jalan damai yakni dengan kalam/tulisan. Banyak karyanya yang telah dihasilkan berupa tulisan tentang agama, sosial, politik, dan sastera. "Gurindam 12" adalah salah satu karyanya yang mengulas kaidah bahasa Melayu yang kelak menjadi cikal bakal bahasa Indonesia.

Melalui buku Tuhfat al-Nafis karya Raja Ali Haji, Devina menemukan banyak misteri masa lalu yang menyelimuti Pulau Penyengat, pulau yang dahulu menjadi mahar perkahwinan Sultan Mahmudsyah untuk Engku Putri Raja Hamidah.[1]

Pelakon[sunting | sunting sumber]

Lihat pula[sunting | sunting sumber]

Rujukan[sunting | sunting sumber]

  1. ^ a b c Mata Pena Mata Hati Raja Ali Haji diakses pada 5 Desember 2009

Pautan luar[sunting | sunting sumber]

Templat:Film-indo-stub