Memo Anti Terorisme
Umum | |
---|---|
Pengarang | 250 Pemuisi Indonesia-Malaysia |
Negara | Indonesia |
Bahasa | Bahasa Indonesia |
Penerbitan | |
Penerbit | Forum Sastra Surakarta |
Tarikh penerbitan | April, 2016 |
Kawalan kewibawaan | |
ISBN | ISBN 978-602-1048-89-4 |
Memo Keganasan ialah buku koleksi puisi yang diterbitkan oleh Forum Kesusasteraan Surakarta pada bulan April, 2016. Buku ini ditulis oleh 250 pemuisi Indonesia dan Malaysia yang tergabung dalam Penyair PMK ( Puisi Menolak Rasuah).[1][2][3] Buku ini hadir sebagai tindak balas terhadap peristiwa keganasan yang berlaku beberapa kali di bandar Indonesia.[4][5]
Senarai puisi[sunting | sunting sumber]
- Aang Ayatulah K – Catatan Kecil untuk Para Pemeluk Teologi Maut
- Abah Yoyok – Damai Itu Sederhana
- Abdurrahman El Husaini – Bius Baia
- Abu Ma’mur MF - Paradoksal
- Acep Syahril – Belajarlah dari Urat dan Jantung Gurumu yang Pecah Itu
- Acep Zamzam Noor – Seperti Sebuah Gurau
- Adawiyah Dahlan Al-arsyad – Teroris Miris
- Ade Riyan Purnama – Mengeja Surga
- Agit Romon – Gagal Paham
- Agus Kusnandi Suling – Pengantin Surga
- Agus Pramono – Manusia Seperempat Dewa
- Agus R. Subagyo – Selayaknya Manusia
- Agus Setyabudi – Apa Karena Surga?
- Agus Sighro Budiono – Apa yang Kaucari
- Agus Warsono - Geledah
- Agustina Maria BP - Teroris
- Ahlul Hukmi – Bukan Kataku, tetapi Kalamullah
- Ahmad Radhitya Alam – Atas Nama Kasih Sayang
- Ahmad Yani AZ – Air Mata Darah Sarinah
- Akhmad Cahyo Setio – Kau Tak Kenal Kasih Tuhan
- Akhmad Nurhadi Moekri –Siapa Bilang Surga untuk Teroris
- Akhmad Sekhu – Sajak Miris Buat Teroris
- Akhmad Zailani – Wanita Tua di Makam Anaknya yang Teroris
- Alfa Anisa – Surat untuk Mas Teroris (I)
- Alhendra DY – Indonesia Berdarah
- Ali Syamsudin Arsy – Menyimak Perbincangan
- Aloeth Pathi - Negeriku
- Alveng Subrata - Waspada
- An Najmi – Tamparan
- Andi Jamaluddin AR. AK. – Jangan Kaucoba-Coba Membelah Langitku
- Andiana Habibi – Insiden Pagi Hari
- Andreas Kristoko – Tetangga Rumah Introvert
- Andri Purwoko – Ini Indonesia Bung...!
- Andrias Edison – Bom Bali Bom
- Anggi Putri W. – Jangan Tergerus Teror
- Anggoro Suprapto – Tangisan Perempuan Tua Tuna Netra
- Anisah Effendi – Kepada Para Teroris
- Arba Karomaini – Menjadi Teroris Itu Gampang Sekali
- Ardi Susanti – Tuhan Kita Ternyata Berbeda
- Ardian Je – Yang Kauledakkan Pagi Itu
- Arif Khilwa – Baiat Sesat
- Arsyad Indradi – Apa yang Kaucari dalam Ledakan Bom, Anakku
- As Syaibani - Semangka
- Asmoro Al Fahrabi – Tuhanmu Juga Teroris
- Asro Al Murthawy – Setelah Bom Diledakkan, Apa Lagikah yang Tinggal?
- Autar Abdillah – Thamrin 2016
- Awan Hadi Wismoko – Akulah Teroris Itu
- Badaruddin Amir – Kun dan Bum
- Bambang Hirawan – Perempuan Tua di Bumi Merah
- Barlean Aji – Bukan Aksi Biasa
- Basri - Durjana
- Bomanto Jami – Biarlah Kupahat Damai di Batu
- Budhi Setyawan – Pembaca di Ruang Remang
- Chairul Anam – Romantika Dua Pemikir
- Daladi Ahmad – Wasiat Emak Tentang Surga
- Dalyono Yono DL – Mengabadikan Luka Jiwa
- Damar Anggara – Di Ujung Peluru
- Darman Moenir – Kepada Teroris
- Daryat Arya - Paket
- Dedi Saputra – Reinkarnasi
- Deni Puja Pranata – Resolusi Malam
- Denis Hilmawati – Surat untuk Ayah
- Denni Meilizon – Tapi Engkau Bukanlah Sejarah
- Denting Kemuning – Kopi Terakhir Ayah
- Dewa Putu Sahadewa – Tubuh (II)
- Dewi Salistiawati W. – Jihad Hitam
- DG. Kumarsana – Kecemasan Kota
- Dharmadi – Tragedi 14 Januari
- Dian Rusdiana – Kota Hitam
- Dian Uswatun Hasanah – Aku Bukan Teroris!
- Diana Roosetindaro – Surat Isteri Teroris
- Dika Adimas Kimala Putra – Jiwa Tak Bercahaya
- Djuhardi Basri – Teroris (I)
- Dulrokhim – Langit Semakin Lindap
- Dwi Ery Santoso – Karena Lidah dan Tangan Sendiri
- Dwi Wahyu Candra Dewi –Usah Kau Takut Adinda
- Dyah Kencono Puspito Dewi – Dewa Teror Berideologi Kriminal
- DZ Sandyarto – Atas Nama Dusta Sebuah Surga
- Eddie MNS Soemanto – Lalu
- Eddy Pramduane – Surat Tanpa Alamat
- Eddy Pranata PNP – Kami Ikat Kain Merah di Kepala
- Edi Purwanto – Sebuah Tanya
- Eka Pradhaning – Ledakkan Saja di Nadimu
- Elisa Koraag – Legenda 72 Bidadari
- Elly Andromeda – Salam Duka
- Elyda K. Rara – Jalan Syahid
- Emha Jayabrata – Yang Merindukan Ayahnya di Hari Lebaran
- Emi Suy Hariyanto – Momen
- Endang Setiyaningsih – Apa Kaucari
- Endang Supriadi – Dunia ini Ruang Sempit Bagimu
- Eri Syoefratmin – Masih Terngiang di Bulat Mata Bunda
- Esa Effendi Saleh – Bukan Hanya Milikmu
- Euis Herni Ismail – Noda
- Fahmi Wahid – Negeri Ledakan
- Faiz Saf’ani – Teroris Puitis Teroris Bengis
- Fakhrizal Eka SP – Sepasang Pengantin Seperti Anjing Kurap
- Fakhrunnas MA Jabbar – Pelajaran Terorisme
- Fauziah Ramdani – Elegi Sang Teror
- Fauzi Arif –Makhluk Sarimin
- Fernanda Rochman Ardhana – Anomali di Bumi Ilah
- Ferry Irawan AM – Aku, Kau, Mereka
- Fransiska Ambar Kristyani – Tuan Teroris Bermain Bom
- Galih Khumaeni Elbaliem – MA, Malam Ini Malam Tahun Baru!
- Gol A Gong – Ode Negeri
- Haidar Hafeez – Muhammad
- Handry TM – Lelaki yang Kehilangan Subuh
- Hardho Sayoko SPB – Keping Surga di Bumi yang Terkoyak
- Hasan B. Saidi – Matahari, Hari H, dan Sang Pengantin
- Helwatin Najwa – Percakapan Teroris dengan Izrail
- Helyn Avinanto – Sarinah Menyergap Jejak Ibu Kota
- Herman Syahara – Kenapa Kauledakkan Tubuhmu di Tubuh Kami
- Heru Mugiarso – Elegi di Hulu Januari
- Hidayat Raharja – Takkan
- Husnu Abadi – Sajak Adnan Abdurrahman Saleh kepada Santoso Abu Wardah
- Iin Nuraini – Doa-Doa Lapar
- Iis Sugiarti – Meledakkan Sajak-Sajak
- Imam Budiman – Menjaga Damai Negeri Padang Kenari
- Imam Bukhori – Diledakkan Di Jalan Thamrin
- Imam Khanafi – Kenangan Teror Masa Lalu
- Imam Subagyo – Surat Kepada Anakku
- Irna Hidayati – Darimana Kauterjemahkan Semua?
- Irna Novia Damayanti – Perjalanan Pulang
- Irvan Mulyadie – Sang Pengantin
- Jen Kelana – Tersebab Duka Sarinah
- Jhon F. Pane – Tentang Lelaki yang Meledakkan Tubuhnya
- Johan Bhimo – Perjamuan Makan Malam
- Julianti – Kutu Tetep
- Jumari HS – Di Mana Lagi Mencari Sepi
- Juperta Panji Utama – Puisi Jelek
- Kahar Dwi Prihantono – Aleksia
- Kidung Purnama –Mengenangmu
- Kunthit Widodo – Kumencari Tanda
- Kurnia Fajar – Benar Ter...
- Kurniatun – Kawan, Inilah Tanah Airku
- Lathifah Edib – Tentang Tukang Bom (II)
- M. Enthieh Mudakir – Negeri Paling Suram Mencabut Nyawa di Jalanan
- Mady Lani – Sebuah Khayal
- Mahdalena – Ketakutan di Balik Wajah Cantik
- Mameth Suwarga – Ah,
- Maria Roeslie – Terorisme
- Meifrizal – Yang Lupa
- Melur Seruni – Tragedi Kemanusiaan
- Mochammad Asrori – Tubuh yang Meledak
- Mochammad Ighfir Sukardi – Bom Bali Bom
- Moh. Riyadi Al Firdausy – Mengetuk Sebuah Nurani
- Moh. Tamimi – Ayat Anti Teroris
- Muhammad Arifin – Teroris Anarkis
- Muhammad Hafeedz Amar Riskha – Aku Tidak Takut
- Muhammad Lefand – Atas Nama Cinta
- Muhammada Mi’roj Andhika – Ayat-Ayat Kekelaman (II)
- Muhammad Rifqi Saifudin – Hikayat Lelaki dan Orang Bermasker Hitam
- Muhtar S. Hidayat – Agama Tuhan
- Murti Ningsih – Ibu dalam Pelukan Gerimis
- Muryono – Laskar Angkasa dan Teror
- Mustiar Ar – Negeriku Diteror
- Nadhien Kristyani – Kuncup Suci Teriris
- Najibul Mahbub – Bom..Bom...
- Navys Ahmad – Mereka Tidak Takut
- Nawang Wulan – Kupinang Senjatamu Atas Nama Agamamu
- Ness Kartamihardja – Mana Bidadariku?
- Nimas R – Rakitan Senyuman
- Nizar Ulumuddin – Sajak Damai Buat Semesta
- Nunung Noor El Niel – Perempuan di Luar Jaman
- Nuraini Fatimah – Dewandaru
- Nuyang Jaimee – Memoar Nurdin
- Oscar Amran – Bukalah Topengmu
- Pekik Sat Siswonirmolo – Bagi Pecundang
- Petra Lugas N. – Aku Ibu Pertiwi
- Polanco Surya Achri – Pesanku untuk Tuan Teroris
- Ponco Nugroho – Kado ‘Calon Pengantin’
- Priyo Pambudi Utomo – Teror Itu Mengatasnamakan Nama-Mu
- Purwatiningsih – Janji Surga yang Tak Pernah Ada
- Puspo Endah – Pada Tanda
- Raden Rita Yusri – Brutal
- Rahman Sudrajat – Surga yang Tertutup
- Rahmi Airin – Sang Pengantin Masa
- Rakhmat Giryadi – Pelatuk
- Rakhmi Fatharani – Jihad?
- Rbe Pramono – Dengan Doa-Doa
- RD Kedum – Nyanyian Gagak
- Restuti Saragih – Tolong Tanyakan pada Tuhan
- Retno Galih – Damai
- Ricky Ulu – Teroris (I)
- Dulrokhim – Laki-Laki yang Ditangkap
- Rifky Raya – Memorandum
- Rima Hidayah –Pengantin Sungsang
- Riri Satria – Halusinasi Teroris
- Rizki Rahma – Peace
- Rizky Inggar – Mereka Datang Lagi
- Roesda Leikawa – Teroris, Kamu Harus Tahu...!
- Rohmat Djoko Prakosa – Mandi Kembang
- Roymon Lemosol – Pulang
- Rudi Yesus – Indonesia Merah
- Rudy Yuswantoro – Mengatakanmu
- Rumisih Roem – Teroris Sang Pecundang
- SA. Susilowati – Sadarlah, Hai Teroris!
- Sabahuddin Senin – Anti Terorisme (I)
- Salimi Ahmad – Teror (I)
- Salman Yoga S. – Paradoks Damai
- Sami’an Adib – Konser Berdarah
- Samsuni Sarman – Mimpi yang Terputus
- Sarwendah Rahman – Jika Diijinkan
- Seful Mu’min – Kau Bilang Bom, Sedang Aku Bilang Crit
- Selsa – Kusebut Pengecut
- Sindi Violinda – Doa Tempat
- Siwi Agustina – Untuk Anakku yang Berada di Pangkuan
- Soei Rusli – Ayah Tak Sudi Kau Menjadi Teroris
- Soekoso DM – Virus Teror
- Sudarmono –Penebar Maut (I)
- Sugi Hartono – Pasukan Ilusi
- Sulchan MS – Menyebut Kaum Teroris
- Sumanang Tirtasujana – Anak Tersesat
- Sunaryo Broto – Aku Terpana
- Sus S. Hardjono – Thamrin
- Sutarso – Seperti Ini Protesnya: “Teroris Juga Manusia”
- Sutejo Ssc – Surat Cinta Anti Terorisme
- Suyitno Ethex – Tak Takut
- Syarifuddin Arifin – Tagut
- Taufik Ardiansyah – Perusak
- Tegar PS Widodo – Peluh dan Karya
- Thomas Haryanto Soekiran – Nasihat Bagi yang Sesat
- Tino Joosheta – Sesajak Pulang
- Tjahjono Widarmanto – Ritual yang Mereka Namai: Teror!
- Trivosa Dian Purwanti – Mimpi yang Tak Kuingin
- Ugik B. Cahyono – Demi Satu Indonesia
- Ujang Nurochmat – Dialog di Pusara
- Uki Bayu Sedjati – Saksi
- Umi Azzurasantika – Dari Serpihan Wajahmu
- Uri Pradanasari – Gradasi Warna
- Vhiona Lee – Kepada Pecinta yang Menghancurkan
- W. Haryanto – Kota Mosul Setelah Serangan ISIS
- Wahyu Subadiono – Go Jek
- Wanto Tirta – Sarinah Menggigil
- Wicha Setiawan – Jakarta, Suatu Pagi
- Widya Hastuti Ningrum – Monumen Legian
- Wildan Suteja Albukhory – Bisikan Kanan Kiri
- Windu Setyaningsih – Menatap Angkara
- Yant Mujiyanto – Dunia Butuh Kelembutan
- Yanti S. Sastro Prayitno – Di Manakah Surgamu
- Yessa Grachia Monaten – Berita Dari Kota
- Yoe Vita Soekotjo – Atas Nama Tuhan Yang Mana
- Yoesriati Syamsudin – Sarinah
- Yudhi MS – Di Kala Sepi, Padamu, Kukirim Setangkai Puisi
- Yuditeha – Kemanusiaan Lebih Berguna
- Yuktiasih Proborini – Andai
- Yunhy Ammarsyah – Teroris..!!
- Yuyun Ambarwanto – Gandrung-Gandrung Kematian
- Zahroh Al Khusna – Kami Cinta Negeri Seribu Perbedaan
- Zein Moslem – Jawab Hai Teroris
- Zulfa Fahmy – Ajaran-Ajaran Kecil
- Zulkarnain Siregar – Ajarilah Aku Bunga atau Kata, Bukan Senjata
Rujukan[sunting | sunting sumber]
- ^ (Koran Tempo) Penyair Siapkan Buku Puisi Anti Terorisme, diakses 24 Mei 2016
- ^ (Suara Merdeka) Antologi Puisi Memo Anti Terorisme Diarkibkan 2016-08-08 di Wayback Machine, diakses 24 Mei 2016
- ^ (Kedaulatan Rakyat) Bakal Terbit Antologi Puisi Anti Terorisme, diakses 24 Mei 2016
- ^ Antologi Puisi MAT diluncurkan, diakses 24 Mei 2016
- ^ Karya Penyair Gayo Lolos Memo Anti Terorisme Indonesia-Malaysia, diakses 24 Mei 2016