Soekanto SA

Daripada Wikipedia, ensiklopedia bebas.

Soekanto SA

Salah Satu Penulis Cerita Anak di Indonesia yang Pantas untuk Dipuji oleh Yessi Yolanda Guci (31 Januari 2016)

Profil Soekanto S. A., salah satu seorang penulis cerita anak Indonesia legendaris yang lahir pada tahun 1930. Ia memulai karir kepengarangannya sebagai penulis cerpen. Pada tahun 1951 cerpen pertamanya yang berjudul Kenangan Hitam dimuat dalam majalah Mimbar Indonesia. Cerpen-cerpennya banyak dimuat di majalah Kisah (bulanan cerpen Sastra Indonesia yang didirikan oleh Sudjati SA, dengan redaksi HB. Jassin, (alm.) M. Balfas, (alm.) Idrus, “Siasat/Gelanggang” dengan redaksi Asrul Sani/Nuraini Sani/Rivai Apin) serta beberapa dalam mingguan “Nasional” pada 1950-an. Kumpulan cerpen pertamanya diterbitkan pada tahun 1958 oleh Balai Pustaka dengan judul Bulan Merah yang pernah menarik perhatian Budayawan (alm.) Trisno Sumardjo yang membicarakannya dalam majalah Budaya, khususnya untuk cerpennya “Gali dan Kemudian Timbun”. Cerpen ini masuk dalam antologi cerpen susunan Satyagraha Hoerip dan diterbitkan oleh Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Indonesia Depdikbud. Kumpulan cerpen kedua diterbitkan oleh PT Gaya Favorit Press, berjudul Buku Harian Anakku pada tahun 1981. Pada tahun 1956, Sudjati SA menerbitkan majalah anak-anak Si Kuncung yang dinilai sebagai terobosan saat itu karena kurangnya bacaan anak dan membanjirnya komik luar negeri. Sejak saat itu, Soekanto S. A. bergeser ke penulisan cerita anak hingga saat ini bahkan ia dikenal seorang yang ahli dalam penulisan cerita anak karena ia juga mengamati perkembangan bacaan anak sejak tahun 1950 di samping aktif menulis dan menjadi editor bacan anak-anak.

           Dalam rangka menyambut Tahun Internasional Anak tahun 1979, pada tahun 1978 ia mendapat undangan Unesco untuk mengikuti seminar/training mengenai bacaan anak di Tokyo yang diselenggarakan oleh ACCU (Asian Cultural Centre for Unesco). Pada tahun 1986, ia memenuhi undangan dari IBBY (International Board on Books for Young People) Jepang, untuk hadir dalam kongres IBBY ke-20 di Tokyo yang bertema Why Do You Write For Children di hadapan trainee ACCU. Pada tahun 1988, atas undangan/biaya KPBA (Kelompok Pecinta Bacaan Anak) mengikuti kongres IBBY ke-21 yang diadakan di Oslo, Norwegia dengan tema Children Books and New Media.
           Pada tahun 1979, Soekanto S. A. memperkenalkan kembali di Indonesia, Seni Mendongeng di Taman Ismail Marzuki bahkan di TV bersama Kak Seto. Hingga kini ia dikenal sebagai pendongeng yang pernah mendongeng di Tokyo dan Oslo.

Pandangan

           Soekanto S. A. atau akrab dipanggil dengan Pak Kanto, mendapatkan inspirasi dalam menulis cerita-ceritanya dari hal-hal kecil dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu contohnya ia menjadikan pengalamannya bersama seorang anak perempuan berumur sembilan tahun bernama Gustini yang pada suatu hari datang ke kantor Si Kuncung menjadi sebuah cerita serial di Majalah Si Kuncung. Gustini ke kantor tersebut berniat ingin mencari hiburan. Mula-mula anak itu bertanya kapan nomor terbaru Si Kuncung terbit. Lalu ia bercerita tentang ikan-ikan kesayangannya yang menggelepar-gelepar ketika tendangan bola adiknya menerjang akuarium. Lalu sejak saat itulah ia sering bertemu dengan Pak Kanto, yang kemudian pada akhirnya bergegas menulis serial Hari-Hari Bersama Gustini. Pantangan dalam cerita anak—terutama menggurui—memaksa Pak Kanto kreatif agar penyelamannya tersaji secara indah dan lebih tersaring. “Supaya hanya sari makanan yang bernilai yang perlu untuk perkembangan jiwa anak,” katanya.
           Buku cerita anak, pertama-tama harus memberikan kenikmatan membaca. “Anak-anak dulu kalau membaca sampai masuk ke kolong supaya tidak diganggu,” kenangnya tentang masa kecil ketujuh anaknya. Sukanto dan istrinya membuat anak-anak mereka tak bisa dipisahkan dari buku. “Buku memberikan kebebasan anak untuk berimajinasi, berbeda dengan televisi yang bersifat mendikte,” lanjut Pak Kanto. Rusaknya minat baca oleh kemajuan teknologi sebenarnya sudah diprediksi dalam berbagai seminar internasional awal tahun 1980-an. ”Salah satu cucu saya sekarang lebih suka main game,” keluhnya.

Pak Kanto menjalani hidupnya secara penuh. “Saya ini ‘selamat’ karena ‘digembala’ Ibu,” ujarnya, tersenyum. “Dia keras, disiplin, dan tak bisa ditawar dalam prinsip. Rapor anak boleh merah, tetapi tidak akhlaknya. Dia sangat peka terhadap penderitaan orang lain dan selalu memberi contoh bertindak kepada kami.” “Kami bersyukur dengan hidup yang sangat sederhana sehingga, alhamdulillah, semua anak kami hidup produktif. Mereka rukun, saling mengasihi, saling membantu.” “Mudah-mudahan akhir hidup saya dipandang-Nya sebagai akhir yang baik. Saya boleh bertemu lagi dengan kekasih dan pendukung saya sepanjang hidup, istri saya.” Itulah kalimat-kalimat sederhana namun sarat akan makna yang Pak Kanto lontarkan kepada seorang editor dari buku Orang-Orang Tercinta. Kesederhanaan namun sarat akan makna yang bermanfaat juga terdapat dalam cerpen-cerpen yang dibuat oleh Pak Kanto. Gaya bahasanya yang singkat, padat dan terasa apa adanya membuat cerita-cerita pendek tersebut dapat dipahami dengan baik. Dalam cerita-cerita tersebut juga selalu diselipi dengan nasihat-nasihat yang mengena tidak hanya untuk anak-anak tetapi juga bagi orang dewasa yang membacanya. Seperti pada cerpen yang berjudul Ibu Jambi dalam buku Orang-Orang Tercinta. Dalam cerita tersebut diceritakan seorang ibu yang mengeluh kepada suaminya karena anak-anaknya susah disuruh membantu ibunya. Disuruh mencuci piring malah lari main ke anak tetangga, disuruh mandi susah, magrib-magrib disuruh pulang juga susah. Lalu tokoh Pak Jambi mengumpulkan semua anak-anaknya tersebut untuk bercerita mengenai kasih ibu kepada anaknya. Seorang ibu yang berjuang menyelamatkan bayinya dari kobaran api di dalam rumahnya tersebut. Namun malang nasib keduanya karena keduanya telah mati dengan ibu yang sedang memeluk bayinya tersebut. Setelah selesai bercerita lalu Pak Jambi melontarkan pertanyaan kepada salah satu anaknya. “Misalkan ibu dalam keadaan terbakar di rumah ini, Mamat datang dari sekolah, Mamat berani menolong ibu masuk api?” “Berani…..Pak,” Mamat tersenyum. Bu Jambi senang mendengar jawab anaknya dan menyahut, “Tak usah tunggu sampai ibu kebakaran baru ditolong, kalau ibu memanggilmu, cepatlah datang. Disuruh mandi cepat. Disuruh cuci piring tdak mogok, ya Ani?” Win dan Ani memandang ibunya. Tak sepatah pun keluar kata-katanya. Dari cuplikan salah satu cerpen karya Bapak Soekanto S. A. diatas dapat terlihat kesederhanaan cerita, namun juga terselip akan nasihat bagi pembacanya. Itulah yang saya sangat sukai dari gaya penulisan Pak Kanto. Gaya bahasanya yang sederhana juga singkat, padat dan apa adanya membuat para pembaca juga mudah memahami makna dari cerita tersebut. Karena cerpen-cerpen ini memang ditujukan untuk para anak, maka Pak Kanto berhasil membuat cerita-cerita yang selalu terselip akan nasihat-nasihat baik yang dapat diteladani oleh para anak. Terdapat sebuah kutipan dari Bapak Soekanto S. A. “Buku memberikan kebebasan anak untuk berimajinasi, berbeda dengan televisi yang bersifat mendikte”. Saya sangat setuju dengan kutipan tersebut. Buku memang membuat imajinasi para pembacanya lebih berkembang terutama para anak-anak. Para orang tua yang sering mendongeng atau membacakan buku cerita pada anaknya lebih membuat anak dapat berpikir lebih kreatif dan juga dapat mencerdaskan anak, terutama cerita-cerita yang isinya mendidik dan memancing anak untuk berpikir, seperti cerita-cerita pendek dari Bapak Soekanto tersebut. Buku-buku cerita seperti karya Bapak Soekanto inilah yang dibutuhkan oleh anak-anak saat ini. Cerita-cerita yang isinya mendidik dan juga disajikan dengan gaya bahasa yang tidak berat sehingga para anak dapat dengan mudah memahami ceritanya. Saya pun juga merasakan ketulusan dan keseriusan Bapak Soekanto dalam membuat dan mengangkat cerita untuk anak-anak yang baik dan juga sangat bermanfaat untuk anak-anak. Hal tersebutlah yang membuat saya bangga kepada Bapak Soekanto S. A. karena berhasil menciptakan karya untuk para anak yang patut diapresiasi dengan nilai yang sangat tinggi.

Karya Orang-orang tercinta: kumpulan cerpen anak Ibuku sahabatku: kumpulan cerpen anak Suka Dan Duka Bulan Merah I Love You, Ayah Si Pitung: Superhero Betawi Asli Pahlawan Bersahaja Jendral Sudirman


Sumber https://books.google.co.id/books?id=ZLxuAwAAQBAJ&pg=PT71&lpg=PT71&dq=profil https://books.google.co.id/books?id=NYFwAwAAQBAJ&printsec=frontcover&dq=kumpula https://timbunanresensi.wordpress.com/2013/03/29/orang-orang-tercinta-by-soekanto-sa/