Pergi ke kandungan

Sultan Ibrahim Ali Omar Shah

Daripada Wikipedia, ensiklopedia bebas.
Sultan Ibrahim Ali Omar Shah
Sultan Sarawak
Pemerintahan 1598 - 1641
Pendahulu Jawatan diwujudkan
Pengganti Jawatan dihapuskan
Pasangan Puteri Surya Kesuma dari Sukadana
Puteri Matan
Anakanda
Sultan Muhammad Syafiuddin I] dari Sambas
Pengiran Badaruddin
Pengiran Abdul Wahab
Pengiran Mangku Negara
Nama penuh
Sultan Ibrahim Ali Omar Shah Ibni Al-Marhum Sultan Muhammad Hasan
Tempat persemayaman Kuching,  Sarawak
Ayahanda Sultan Muhammad Hasan
Bonda Tidak dapat dikenal pasti
Keputeraan Tidak dapat dikenal pasti
 Brunei
Kemangkatan 1641
Batu Buaya, Santubong,  Sarawak
Dimakamkan Tidak dapat dikenal pasti
Lereng Gunung Santubong, Santubong,  Sarawak
Agama Islam

Sultan Ibrahim Ali Omar Shah atau Sultan Tengah, (Jawi:سلطان إبرهيم علي عمر شاه) merupakan pemerintah pertama dan terakhir Kesultanan Sarawak. Baginda merupakan putera kepada Sultan Muhammad Hasan iaitu Sultan Brunei ke-9 dan saudara kandungnya, Sultan Abdul Jalilul Akbar iaitu Sultan Brunei ke-10. Ayahandanya, Sultan Muhammad Hassan, adalah Sultan Brunei yang kesembilan dari 1582 hingga 1598. Pada kemangkatan baginda, baginda digantikan oleh abangnya, Sultan Abdul Jalilul Akbar.Sultan Abdul Jalilul Akbar, Pengiran Muda Tengah, juga ingin menjadi Sultan Brunei dengan mendakwa dirinya sebagai pengganti yang sah atas dasar dilahirkan ketika ayahandanya menjadi Putera Mahkota. Sultan Abdul Jalilul Akbar membalas dengan mengisytiharkan Pengiran Muda Tengah sebagai Sultan Sarawak, kerana pada masa itu Sarawak adalah wilayah yang ditadbir oleh Brunei.

Sedangkan sejarah berdirinya Kesultanan Sambas berumula di Kesultanan Brunei yaitu ketika Sultan Brunei ke-9 yaitu Sultan Muhammad Hasan wafat pada tahun 1598 M, maka kemudian putra Baginda yang sulung menggantikannya dengan gelar Sultan Abdul Jalilul Akbar. Ketika Sultan Abdul Jalilul Akbar telah memerintah puluhan tahun kemudian muncul saingan untuk menggantikan dari Adinda Sultan Abdul Jalilul Akbar yang bernama Pangeran Muda Tengah. Untuk menghindari terjadinya perebutan kekuasaan maka Baginda Sultan Abdul Jalilul Akbar membuat kebijaksanaan untuk memberikan sebagai wilayah kekuasaan Kesultanan Brunei yaitu daerah Sarawak kepada Pangeran Muda Tengah. Maka kemudian pada tahun 1629 M, Pangeran Muda Tengah menjadi Sultan di Sarawak sebagai Sultan Sarawak pertama dengan gelar Sultan Ibrahim Ali Omar Shah yang kemudian Baginda lebih populer di kenal dengan nama Sultan Tengah atau Raja Tengah yaitu merujuk kepada gelaran Baginda sebelum menjadi Sultan yaitu Pangeran Muda Tengah.

Setelah sekitar 2 tahun memerintah di Kesultanan Sarawak yang berpusat di Sungai Bedil (Kota Kuching sekarang ini), Baginda Sultan Tengah kemudian melakukan kunjungan ke Kesultanan Johor. Saat itu di Kesultanan Johor yang menjadi Sultan adalah Sultan Abdul Jalil (Raja Bujang)dimana Permaisuri Sultan Abdul Jalil ini adalah Mak Muda dari Sultan Tengah. Sewaktu di Kesultanan Johor ini terjadi kesalahpahaman antara Baginda Sultan Tengah dengan Sultan Abdul Jalil sehingga kemudian membuat Baginda Sultan Tengah dan rombongannya harus pulang dengan tergesa-gesa ke Sarawak sedangkan saat itu sebenarnya bukan angin yang baik untuk melakukan pelayaran. Oleh karena itulah maka ketika sampai di laut lewat dari Selat Malaka, kapal rombongan Baginda Sultan Tengah ini dihantam badai yang sangat dahsyat. Setelah terombang-ambing di laut satu hari satu malam, setalah badai mereda, kapal Baginda Sultan Tengah tenyata telah terdampar di pantai yang adalah wilayah kekuasaan Kesultanan Sukadana. Pada saat itu yang menjadi Sultan di Kesultanan Sukadana adalah Sultan Muhammad Shafiuddin (Digiri Mustika) yang baru saja kedatangan Tamu Besar yaitu utusan Sultan Makkah (Amir Makkah) yaitu Shekh Shamsuddin yang mengesahkan gelaran Sultan Muhammad Shafiuddin ini. Sebelum ke Kesultanan Sukadana, Shekh Shamsuddin telah berkunjung pula ke Kesultanan Banten yang juga mengesahkan gelaran Sultan Banten pada tahun yang sama.

Sedangkan sejarah berdirinya Kesultanan Sambas berumula di Kesultanan Brunei yaitu ketika Sultan Brunei ke-9 yaitu Sultan Muhammad Hasan wafat pada tahun 1598 M, maka kemudian putra Baginda yang sulung menggantikannya dengan gelar Sultan Abdul Jalilul Akbar. Ketika Sultan Abdul Jalilul Akbar telah memerintah puluhan tahun kemudian muncul saingan untuk menggantikan dari Adinda Sultan Abdul Jalilul Akbar yang bernama Pangeran Muda Tengah. Untuk menghindari terjadinya perebutan kekuasaan maka Baginda Sultan Abdul Jalilul Akbar membuat kebijaksanaan untuk memberikan sebagai wilayah kekuasaan Kesultanan Brunei yaitu daerah Sarawak kepada Pangeran Muda Tengah. Maka kemudian pada tahun 1629 M, Pangeran Muda Tengah menjadi Sultan di Sarawak sebagai Sultan Sarawak pertama dengan gelar Sultan Ibrahim Ali Omar Shah yang kemudian Baginda lebih populer di kenal dengan nama Sultan Tengah atau Raja Tengah yaitu merujuk kepada gelaran Baginda sebelum menjadi Sultan yaitu Pangeran Muda Tengah.

Setelah sekitar 2 tahun memerintah di Kesultanan Sarawak yang berpusat di Sungai Bedil (Kota Kuching sekarang ini), Baginda Sultan Tengah kemudian melakukan kunjungan ke Kesultanan Johor. Saat itu di Kesultanan Johor yang menjadi Sultan adalah Sultan Abdul Jalil (Raja Bujang)dimana Permaisuri Sultan Abdul Jalil ini adalah Mak Muda dari Sultan Tengah. Sewaktu di Kesultanan Johor ini terjadi kesalahpahaman antara Baginda Sultan Tengah dengan Sultan Abdul Jalil sehingga kemudian membuat Baginda Sultan Tengah dan rombongannya harus pulang dengan tergesa-gesa ke Sarawak sedangkan saat itu sebenarnya bukan angin yang baik untuk melakukan pelayaran. Oleh karena itulah maka ketika sampai di laut lewat dari Selat Malaka, kapal rombongan Baginda Sultan Tengah ini dihantam badai yang sangat dahsyat. Setelah terombang-ambing di laut satu hari satu malam, setalah badai mereda, kapal Baginda Sultan Tengah tenyata telah terdampar di pantai yang adalah wilayah kekuasaan Kesultanan Sukadana. Pada saat itu yang menjadi Sultan di Kesultanan Sukadana adalah Sultan Muhammad Shafiuddin (Digiri Mustika) yang baru saja kedatangan Tamu Besar yaitu utusan Sultan Makkah (Amir Makkah) yaitu Shekh Shamsuddin yang mengesahkan gelaran Sultan Muhammad Shafiuddin ini. Sebelum ke Kesultanan Sukadana, Shekh Shamsuddin telah berkunjung pula ke Kesultanan Banten yang juga mengesahkan gelaran Sultan Banten pada tahun yang sama.

Maka kemudian pada tahun 1638 M berangkatlah rombongan Baginda Sultan Tengah beserta keluarga dan orang-orangnya dengan menggunakan 40 perahu yang lengkap dengan alat senjata dari Kesultanan Sukadana menuju Panembahan Sambas di Sungai Sambas. Setelah sampai di Sungai Sambas, rombongan Baginda Sultan Tengah ini kemudian disambut dengan baik oleh Raja Panembahan Sambas saat itu yaitu Ratu Sapudak. Rombongan Baginda Sultan Tengah ini kemudian dipersilahkan oleh Ratu Sapudak untuk menetap di sebuah tempat tak jauh dari pusat pemerintahan Panembahan Sambas.

Tidak lama setelah Baginda Sultan Tengah beserta keluarga dan orang-orangnya tinggal di Panembahan Sambas, Ratu Sapudak kemudian meninggal secara mendadak. Sebagai penggantinya maka kemudian diangkatlah keponakan Ratu Sapudak yang bernama Raden Kencono (Anak Ratu Timbang Paseban). Raden Kencono ini adalah juga menantu dari Ratu Sapudak karena mengawini anak Ratu Sapudak yang perempuan bernama Mas Ayu Anom. Setelah menaiki tahta Panembahan Sambas, Raden Kencono ini kemudian bergelar Ratu Anom Kesumayuda.

Setelah sekitar 10 tahun Baginda Sultan Tengah menetap di wilayah Panembahan Sambas dan anaknya yang sulung yaitu Sulaiman sudah beranjak dewasa maka kemudian Sulaiman dijodohkan dan kemudian menikah dengan anak perempuan Almarhum Ratu Sapudak yang bungsu bernama Mas Ayu Bungsu. Karena pernikahan inilah maka Sulaiman kemudian dianugerahkan gelaran Raden oleh Panembahan Sambas sehingga nama menjadi Raden Sulaiman dan selanjuntnya tinggal di lingkungan Keraton Panembahan Sambas bersama Mas Ayu Bungsu. Dari pernikahannya dengan Mas Ayu Bungsu ini, Raden Sulaiman memperoleh seorang anak pertama yaitu seorang anak laki-laki yang kemudian diberi nama Raden Bima. Raden Sulaiman kemudian diangkat oleh Ratu Anom Kesumayuda menjadi salah satu Menteri Besar Panembahan Sambas bersama dengan Adinda Ratu Anom Kesumayuda yang bernama Raden Aryo Mangkurat.

Tidak lama setelah kelahiran cucu Baginda Sultan Tengah yaitu Raden Bima, dan setelah melihat situasi yang sudah mulai aman di sekitar Selat Malaka apalagi setelah melihat anaknya yang sulung yaitu Raden Sulaiman telah menikah dan mandiri bahkan telah menjadi Menteri Besar Panembahan Sambas, maka Baginda Sultan Tengah kemudian memutuskan sudah saatnya untuk kembali ke Negerinya yang telah begitu lama di tinggalkannya yaitu Kesultanan Sarawak. Maka kemudian berangkatlah Baginda Sultan Tengah beserta istrinya yaitu Putri Surya Kesuma dan keempat anaknya yang lain (Adik-adik dari Raden Sulaiman) yaitu Badaruddin, Abdul Wahab, Rasmi Putri dan Ratna Dewi beserta orang-orangnya yaitu pada sekitar tahun 1652 M.

Ditengah perjalanan ketika telah hampir sampai ke Sarawak yaitu disuatu tempat yang bernama Batu Buaya, secara tiba-tiba Baginda Sultan Tengah ditikam dari belakang oleh pengawalnya sendri, pengawal itu kemudian dibalas tikam oleh Baginda Sultan Tengah hingga pengawal itu tewas. Namun demikian luka yang di tubuh Sultan Tengah terlalu parah sehingga kemudian Baginda Sultan Tengah bin Sultan Muhammad Hasan pun wafat. Jenazah Baginda Sultan Tengah kemudian setelah di sholatkan kemudian dengan adat kebesaran Kesultanan Sarawak oleh Menteri-Menteri Besar Kesultanan Sarawak, dimakamkan di lereng Gunung Sentubong. Adapun Putri Surya Kesuma setelah kewafatan suaminya yaitu Almarhum Sultan Tengah, kemudian memutuskan untuk kembali ke Kesultanan Sukadana yaitu tempat dimana ia berasal bersama dengan keempat anaknya.

Pewaris keturunan Baginda Sultan Tengah pada abad ke-21 ini ialah Dato' Ahmad Darith bin Dato' Mohamad Sauffi.

Latar Belakang dan Silsilah

[sunting | sunting sumber]

Ayahanda baginda, Sultan Muhammad Hasan memerintah Kesultanan Brunei dari tahun 1582 hingga 1598. Selepas kemangkatan ayahanda baginda, takhta Kesultanan Brunei diwarisi oleh saudara kandungnya iaitu Sultan Abdul Jalilul Akbar yang juga merupakan anakanda sulung Sultan Muhammad Hasan.

Silsilah :

1. Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam

2. Fatimah Az-Zahra

3. Hasan Al-Mujtaba

4. Hasan Al-Mutsanna

5. Abdullah Al-Mahdi

6. Musa Al-Jun

7. Abdullah Ar-Ridha

8. Musa Ats-Tsani

9. Muhammad Ats-Tsair

10. Abdullah Al-Akbar

11. Ali As-Salami

12. Sulaiman

13. Husein

14. Isa

15. Abdul Karim

16. Mutha'an

17. Amir Idris

18. Amir Qatadah

19. Ali Al-Akbar

20. Amir Hasan Abu Sa'ad

21. Amir Muhammad Abu Numai Al-Awwal

22. Amir Rumaitsah

23. Amir Ajlan

24. Sultan Syarif Ali Al-Barakat Brunei

25. Sultan Sulaiman Al-Qanuni

26. Sultan Bolkiah Shah Alam

27. Pangeran Muhammad Tajuddin Al-Akbar

28. Sultan Saiful Rizal Nurul Alam

29. Sultan Muhammad Hasan

30. Sultan Ibrahim Ali Omar Shah

Lay Young Artist From Rapper Malaysia .



[1]

King Yusof Madi From Pangaruyung Kingdom ( Bahtiar Empire) and Queen Mariana From Sambas Kingdom (Brunei Empire).



Sultan Muhammad Hassan Shah (Sultan Brunei IX )

Sultan Ibrahim Ali Omar Shah Bin Sultan Muhammd Hassan , ( Sultan Sarawak I)

Sultan Muhammad Shafiuddin Bin Sultan Ibrahim Omar Shah (Radin Sulaiman ), (Sultan Sambas I),

Sultan Muhammad Tajuddin Bin Sultan Muhammad Shafiuddin (Radin Taha), (Sultan Sambas II),

Haji bujang Bin Sultan Muhammad Tajuddin , (Tersirat)

Fauzi Bin Haji Bujang , (Tersirat)

Sultan Abdul Rani Bin Sultan Fauzi (Radin Rani), (Sultan Sarawak IV)

Sultana Permaisuri Daing Mariana Binti Sultan Abdul Rani ( Sarawak VI) , Isteri Kepada:

Sultan Yusof Madi Bin Sultan Limin(Raja Imin), ( Indonesia VII)

꙾Sultan Muhammad Azlan Sah Bin Sultan Yusof Madi ꙾ ( Raja Muda Sarawak IX Al-Qurds) Islamiyah Empire.

Sultana Muda Mahyunisa Binti Sultan Yusof Madi II, (Ratu Muda Sabah III)


Royal Sarawak

  1. ^