Pergi ke kandungan

Tatanama masyarakat tamadun Rom

Daripada Wikipedia, ensiklopedia bebas.

Nama seseorang warga penduduk tamadun Rom Purba dari Republik sampai Empayar ditata mendahulukan praenomen (nama depan/pranama), nomen (juga nomen gentile, gentilicium) dan cognomen (nama sekeluarga gens). Kadang kala selain ketiga nama tersebut masih ada pula cognomen kedua atau ketiga, yang disebut dengan agnomen. Sistem ini diturunkan dari peradaban Etruria.

Kaum wanita biasanya disebut dengan bentukan feminin dari nama nomen gentile ayah mereka, yang diikuti dengan kasus genitif dari cognomen ayah mereka (atau suami mereka kalau wanita tersebut sudah menikah) dan urutan angka di antara saudari wanitanya. Pada zaman Republik Roma, wanita terkadang mengambil bentukan feminin dari nama cognomen ayah mereka. Seorang wanita biasanya tidak memiliki praenomen maupun agnomen, kecuali orang tua mereka memberi nama tersebut kepada anak-anaki mereka.

Praenomen

[sunting | sunting sumber]

Praenomen atau nama depan ("pranama" dalam bahasa Latin) dipilihkan oleh orang tua. Praenomen hanya digunakan untuk orang-orang yang sudah saling kenal dengan dekat. Jumlah pilihan praenomia sangat terbatas. Akibatnya, sebuah keluarga sering kali memiliki nama yang sama selama beberapa generasi. Oleh karena itu dibutuhkan nama yang lain (cognomen dan agnomen) untuk membedakan antara individu.

Praenomen maskulin beserta singkatannya

Praenomen feminin

  • Appia
  • Aula
  • Caesula
  • Decima
  • Fausta
  • Gaia
  • Gnaea
  • Hosta
  • Lucia
  • Mamerca
  • Mania
  • Marca
  • Maxima
  • Mettia
  • Numeria
  • Octavia
  • Paulla
  • Postuma
  • Prima
  • Procula
  • Publia
  • Quarta
  • Quinta
  • Secunda
  • Septima
  • Servia
  • Sexta
  • Spuria
  • Statia
  • Tertia
  • Tiberia
  • Tita
  • Tulla
  • Vibia
  • Volusa
  • Vopisca

Nama kedua, atau nomen gentile (singkatan: nomen) adalah nama puak yang dipunyai pemilik gens (klan keluarga) yakni penduduk asal kelompok-kelompok keluarga yang mendiami Roma sejak dahulukala penubuhannya; malah ada yang mengambil nama sempena puak-puak Etruria.

Nama ketiga, atau cognomen (nama iringan) merupakan nama panggilan yang membezakan dua orang yang senama. Beberapa cognomen dipilih berdasarkan sifat badan. Namun sejak masa Republik, cognomen tidak lagi semata-mata nama panggilan, tetapi warisan dari ayah ke anak, untuk membedakan keluarga di dalam satu klan (gens). Contohnya dalam pohon keluarga kaisar Vespasianus

  • Titus Flavius Petro (datuk)
  • Titus Flavius Sabinus (ayah, menikahi Vespasia Polla)
  • Titus Flavius Sabinus (abang sulung)
  • Titus Flavius Vespasianus (maharaja Vespasianus, menikahi Flavia Domitilla)
  • Titus Flavius Vespasianus (maharaja Titus, anak tertua)
  • Titus Flavius Domitianus (maharaja Domitianus, anak termuda)
  • Flavia Domitilla (putri)

Pada awal masa Kekaisaran Romawi, klan Annaeus membedakan keluarga di antara mereka berdasarkan cognomen: Lucius Annaeus Seneca Maior memiliki tiga putra: L. Annaeus Novatus, L. Annaeus Seneca Minor, dan L. Annaeus Mela.

Orang-orang dari golongan tinggi biasa menggunakan cognomen untuk saling menyapa.[1] Saat ini kita banyak mengenal tokoh-tokoh Romawi terkenal melalui cognomen mereka, misalnya Cicero yang nama lengkapnya Marcus Tullius Cicero, dan Caesar untuk Gaius Julius Caesar.

Keranasemakin lama cognomen menjadi nama warisan dan kehilangan fungsi sebagai pembeda, maka nama panggilan kedua, atau agnomen ditambahkan kepada nama seseorang setelah kelahirannya – biasanya tidak langsung – untuk menandakan karakteristik atau pencapaian tertentu. Beberapa contoh agnomen yang lazim adalah Pius (jujur, takwa), Superbus (tinggi hati), dan Pulcher (tampan). Beberapa agnomina kemenangan seperti Augustus (agung) dan Germanicus (penakluk Jerman) akhirnya juga diturunkan sebagaimana cognomina, walaupun pada umumnya agnomen tidak diwariskan.

Dalam beberapa kasus juga terjadi di dalam sebuah keluarga menggunakan agnomen mereka untuk membedakan, karena keluarga mereka menginginkan cognomen mereka yang terkenal digunakan oleh seluruh anggota keluarga mereka. Contohnya adalah keluarga Valerius Messalla:

Dalam kalangan wanita

[sunting | sunting sumber]

Republik awal

[sunting | sunting sumber]

Pada mulanya wanita Romawi hanya dikenal dengan nama keluarganya, misalnya wanita dari gens Aemilia akan dipanggil Aemilia. Nama seorang wanita mencerminkan nama ayahnya, kepala keluarganya. Jika nomen seorang ayah adalah Cornelius, maka putrinya akan dinamakan Cornelia. Jika nama ayahnya Sempronius, maka nama putrinya adalah Sempronia. Jika ada beberapa saudari di keluarganya, masing-masing akan diberi cognomen yang menandakan angka ordinal, misalnya Tertia (ketiga) untuk Aemilia Tertia; Cornelia Quinta, anak kelima Cornelius. Jika hanya ada dua orang saudari, mereka akan diberi cognomen Maior dan Minor, misalnya Laelia Major dan Laelia Minor, anak Gaius Laelius Sapiens dan kedua anak Mark Antony: Antonia Maior (ibu dari ayahanda Nero) dan Antonia Minor (ibunda Claudius, nenda Nero). Maior dan Minor juga digunakan untuk membedakan antara ibu dan putrinya yang bernama sama, misalnya Agrippina Minor dan Julia Minor, masing-masing anak dari Agrippina Maior dan Julia Maior.

Republik akhir

[sunting | sunting sumber]

Pada masa republik akhir wanita mulai menggunakan bentukan feminin dari cognomen ayah mereka, misalnya Licinia Crassa Maior dan Licinia Crassa Minor, anak Lucius Licinius Crassus dan keponakan dari Marcus Licinius Crassus; Sempronia Tuditani, ibu Fulvia, isteri ketiga Marcus Antonius, adalah anak Sempronius Tuditanus.

Kekaisaran

[sunting | sunting sumber]

Pada masa Augustus dan seterusnya, nama pertama wanita mulai bervariasi bahkan ada yang memiliki dua nama pertama. Pola penamaannya mulai tidak konstan, terutama pada dinasti Julio-Claudius.

  • Nama kakek-neneknya. Misalnya, Livilla, saudari Germanicus dan Claudius, dinamakan menurut ibu dari ayahnya, Livia.
  • Kombinasi nama keluarga dan nama ibu atau neneknya. Misalnya, Plautia Urgulanilla, isteri pertama Claudius dinamakan menurut nama keluarga ayahnya, Plautii, dan ibu dari ayahnya, Urgulania, teman dekat nenek Claudius, Livia.

Analisis atas sebuah nama lengkap

[sunting | sunting sumber]

Berikut contoh analisis dari sebuah contoh nama lengkap: Marcus Aurelius Lucii f. Quinti n. tribu Galeria Antoninus Felix, domo Caesaraugusta.

Komponen Jenis Catatan
Marcus praenomen
Aurelius nomen gentile berasal dari gens Aurelia
Lucii f(ilius) patronimik putra Lucius
Quinti n(epos) datuk cucu Quintus
tribu Galeria puak suku dari Galleria, sebuah wilayah Hispania
Antoninus cognomen ia berasal dari ranting Antonini dari klannya
Felix agnomen "yang Beruntung", nama panggilannya
domo Caesaraugusta kediaman Zaragoza kuno di Hispania

Evolusi nama peribadi

[sunting | sunting sumber]

Di Romawi Kuno, nama seseorang tidaklah statis, tetapi dapat berubah-ubah sesuai dengan status atau koneksi sosialnya. Contoh yang paling jelas adalah nama Kaisar Augustus:

63 SM: Augustus terlahir dengan nama Gaius Octavius

  • C·OCTAVIVS·C·F·
  • Gaius Octavius Gaii filius
    • Gaius dari gens Octavia, putra Gaius

44 SM: Julius Caesar meninggal. Dalam wasiatnya ia mengadopsi Gaius Octavius.

  • C·IVLIVS·C·F·CAESAR·OCTAVIANVS
  • Gaius Iulius Gaii filius Caesar Octavianus
    • Gaius Caesar dari gens Julia, putra Gaius, mulanya dari gens Octavia

42 SM: Julius Caesar didewakan, yang menyebabkan nama Gaius Octavianus berubah.

  • C·IVLIVS·DIVI·F·CAESAR·OCTAVIANVS
  • Gaius Iulius Divi filius Caesar Octavianus
    • Gaius Caesar dari gens Julia, putra yang Didewakan, mulanya dari gens Octavia

31 SM: Gaius Octavianus dinyatakan sebagai imperator oleh tentara Romawi

  • IMP·C·IVLIVS·DIVI·F·CAESAR·OCTAVIANVS
  • Imperator Gaius Iulius Divi filius Caesar Octavianus
    • Imperator Gaius Caesar dari gens Julia, putra yang Didewakan, mulanya dari gens Octavia

27 SM: Senat Romawi menganugerahkan gelar Augustus. Gaius Octavianus mengambil nama regnal resminya.

  • IMP·CAESAR·DIVI·F·AVGUSTVS
  • Imperator Caesar Divi filius Augustus
    • Imperator Caesar Augustus, putra yang Didewakan
  1. ^ Powell, J.G.F. "A Note on the Use of the Praenomen" The Classical Quarterly, New Series, Vol. 34, No. 1. (1984), pp. 238-239.