Perang Warisan Austria
Perang Penerus Austria | |||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Pertempuran Fontenoy oleh Édouard Detaille. | |||||||||
| |||||||||
Pihak yang terlibat | |||||||||
|
Aliansi Pragmatik:
| ||||||||
Komandan dan pemimpin | |||||||||
| |||||||||
Kerugian dan korban | |||||||||
France Prussia: 3,000 casualties[1] Naval losses: 17 ships of the line, 7 frigates, 1249 merchant ships and 1,276 naval guns[2] |
Habsburg Monarchy: Great Britain: Dutch Republic: 7,840 casualties[1] |
Perang Warisan Austria (1740-1748) melibatkan hampir seluruh kekuatan di Eropa, kecuali Persemakmuran Polandia-Lituania, Imperium Portugis, dan Kesultanan Uthmaniyyah. Perang bermula dengan dalih bahwa Maria Theresa dari Austria tidak berhak meneruskan tahta Habsburg dari ayahanda baginda, Charles VI, karena hukum melarang pewarisan tahta pada seorang perempuan, meskipun dalam kenyataan ini adalah sebuah alasan yang diberikan oleh Prussia dan Prancis untuk menantang Habsburg. Austria didukung oleh Kerajaan Britania Raya dan Republik Belanda, musuh bebuyutan Prancis, serta Kerajaan Sardinia dan Sachsen. Prussia dan Prancis bersekutu dengan Elektorat Bayern. Konflik terkait termasuk Perang Raja George, Perang Jenkins Ear, Perang Karnatik Pertama (India), serta Perang Silesia Pertama dan Kedua. Perang berakhir dengan ditandatanganinya Traktat Aix-la-Chapelle pada tahun 1748.
Latar Belakang
[sunting | sunting sumber]Pada tahun 1740, setelah kematian ayahnya, Charles VI, Maria Theresa meneruskannya sebagai Ratu Hungaria, Bohemia, Kroasia, Archduchess dari Austria, dan Duchess dari Parma. Bapaknya adalah seorang kaisar Romawi Suci, tetapi Maria tidak bisa mendapatkan gelar itu, yang tidak pernah dipegang oleh seorang perempuan. rencananya adalah agar dia bisa mewarisi daerah kekuasaannya dan suaminya, Francis Stephen, terpilih menjadi Kaisar Romawi Suci. Masalah yang akan melibatkan seorang pemimpin perempuan Habsburg sudah lama diperkirakan, dan Charles VI sudah mempengaruhi kebanyakan daerah Jerman untuk menyetujui Sanksi Pragmatik 1713.
Masalah bermula ketika Raja Friedrich II dari Prusia melanggar Sanksi Pragmatis dan menyerang Silesia pada tanggal 16 Desember 1740, menggunakan traktat Brieg tahun 1537 yang menyatakan bahwa dinasti Hohenzollern dari Brandenburg mewarisi Perdemangan Brieg sebagai dalih. Maria Theresa, sebagai seorang perempuan, dianggap lemah, dan pemimpin-pemimpin lain (seperti Charles Albert dari Bayern) mengajukan diri bersaing mengklaim tahta sebagai pewaris laki-laki dengan dasar genealogis yang jelas untuk mewarisi kemuliaan dari gelar kekaisaran tersebut.
Daftar pustaka
[sunting | sunting sumber]- Reed Browning: The War of the Austrian Succession. New York: St Martin's Press, 1993 ISBN 0-312-09483-3 (Bibliography: pp. 403–431)
domain awam: Chisholm, Hugh, penyunting (1911). Encyclopædia Britannica (dalam bahasa Inggeris) (ed. ke-11). Cambridge University Press. Missing or empty |title=
(bantuan)
Templat:Perang-stub