Wayang Menak

Daripada Wikipedia, ensiklopedia bebas.
Amir Ambyah, tokoh Wayang Menak

Wayang Menak atau disebut juga Wayang Golek Menak merupakan wayang berbentuk boneka kayu yang diyakini muncul pertama kali di daerah Kudus pada masa pemerintahan Sunan Paku Buwana II. Sumber cerita Wayang Menak berasal dari Kitab Menak, yang ditulis oleh Ki Carik Narawita menantu Waladana. atas kehendak Kanjeng Ratu Mas Balitar, permaisuri Sunan Paku Buwana I pada tahun 1717 M. Semasa penulisannya ialah hari Jumat, tanggal 17 bulan Rejab, tahun Dal, wuku Marakeh, mangsa Kasa, dengan sengkalan: Lenging welut rasa purun (1639 AJ atau 1717 AD)

Babon induk dari Kitab Menak berasal dari parsi, menceritakan Wong Agung Jayeng Rana atau Amir Ambyah (Amir Hamzah), saudara Nabi Muhammad SAW. Isi pokok cerita ialah permusuhan antara Wong Agung Jayeng Rana yang beragama Islam dengan Prabu Nursewan yang belum memeluk agama Islam.

Asal Cerita Menak[sunting | sunting sumber]

Cerita Menak disadur dari kepustakaan parsi, judulnya Qissai Emr Hamza. Kitab ini dibuat pada zaman pemerintahan Sultan Harun Al-Rasyid (766 – 809). Sebelum hingga pada saduran bahasa Jawanya, kitab ini lebih dulu dikenal dalam kesusasteraan Melayu, dengan judul Hikayat Amir Hamzah. Versi bahasa Jawanya, isi kitab itu sudah berbaur dengan cerita-cerita Panji.

Gentian Menak gubahan pujangga besar Surakarta, Yasadipura I (1729 – 1802) dari Surakarta, sebenarnya bukan hanya berupa penerjemahan dari bahasa Arab Parsi ke bahasa Jawa, juga mengubah falsafah cerita itu sehingga lebih mudah dicerna oleh ma-syarakat Jawa. Lagi pula Yasadipura I bukan mener-jemahkannya langsung dari bahasa Melayu aslinya — melainkan menggubah kembali dari Kitab Menak hasil terjemahan pujangga sebelumnya, yakni dari zaman Kartasura. Pujangga penerjemah aslinya, tidak tercatat namanya.