Muhammad Arsyad Lamak
Muhammad Arsyad Lamak | |
---|---|
Fail:M. Arsyad Lamak.jpg | |
Kelahiran | Martapura, Kalimantan Selatan |
Meninggal dunia | |
Warganegara | Indonesia |
Terkenal kerana | Ulama |
Pasangan | Tilamah Tuan Inur binti HM. Thayyib Tuan Rahimah Ummu Salamah binti Mufti HM. Ahmad |
Ibu bapa | Mufti Haji Muhammad As'ad |
Mufti Haji Muhammad Arsyad bin Mufti Haji Muhammad As'ad yang dikenal dengan sebutan Tuan Mufti Arsyad Lamak adalah seorang ulama dan cucu dari Syaikh Muhammad Arsyad bin Abdullah al-Banjari dari garis ibunya yang bernama Syarifah binti Syaikh Muhammad Arsyad bin Abdullah al-Banjari.[1]
Keluarga
[sunting | sunting sumber]Mufti Haji Muhammad Arsyad menikah dengan beberapa orang perempuan, yaitu:
- Tilamah, di Pamintangan, Amuntai Utara, namun tak mendapatkan keturunan.
- Tuan Inur binti H. Muhammad Thayyib, di Sungai Karias, Amuntai Tengah, namun juga tidak memperoleh keturunan.
- Tuan Rahimah, menikah di Balimau, Kandangan
- Ummu Salamah binti Mufti H. Ahmad di Martapura. Dari isteri inilah Mufti Lamak mendapat tujuh orang anak, tiga orang putra dan empat orang putri, yaitu:
- Hafsah
- Haji Utsman, seorang yang berilmu lagi mulia
- Khadijah
- Sa’idah
- KH. Muhammad Hasyiem
- Shafura (istri Datu Landak)
- H. Abdul Muthalib
Tuan Mufti disayang oleh saudara-saudaranya, terutama adiknya yang bernama Haji Sa’duddin, yang meninggal di Taniran, Kandangan (Kubah Taniran). Sejak wafatnya Tuan Mufti Lamak, sang adikpun jarang sekali pulang ke Martapura, karena ia merasa benar-benar kehilangan atas kepergian kakak tercintanya.
Belajar di Makkah
[sunting | sunting sumber]Muhammad Arsyad belajar di Tanah suci Mekkah beberapa tahun lamanya, dan di antara guru-gurunya adalah:
- Asy-Syeikh Ahmad Dimyati (Mufti Syafi'iyah)
- Asy-Syeikh Yusuf
- Asy-Syeikh ar-Rahbini
Sebagai Mufti Banjar
[sunting | sunting sumber]Setibanya dari Mekkah, ia diangkatt oleh Sultan Banjar menjadi Mufti di kerajaan Banjar.
Sifat dan Karakter
[sunting | sunting sumber]Selain sebagai ulama ia juga dikenal sebagai seorang pahlawan, seorang ulama yang berani menegakkan yang hak dan memberantas yang batil, kasih sayang terhadap sesamanya, lemah lembut dalam berbicara, pemurah, adil terhadap yang benar dank keras terhadap orang yang berbuat salah, sehingga kasihlah semua lapisan masyarakat dan para pejabat atas dirinya.
Ia selalu menegakkan dan menjalankan faham Ahlus Sunah wal Jamaah dan menegakkan prinsip amar ma'ruf nahi munkar (menyerukan untuk berbuat kebaikan dan mencegah terjadinya kemungkaran).
Mengajar Agama
[sunting | sunting sumber]Di samping jabatannya sebagai mufti di Kerajaan Banjar, ia juga mengajar dalam berbagai ilmu agama. Di antara muridnya adalah Sultan Adam al-Watsiq Billah.
Wafat
[sunting | sunting sumber]Pada masa pemerintahan Sultan Abdur Rahman bin Sultan Adam, yang memerintah sekitar tahun 1857-1859 M (1274-1276 H), Tuan Mufti Lamak bercita-cita akan pergi ke tanah suci Makkah untuk menunaikan ibadah haji. Sebelum ia pergi -sebagai perwujudan sifat-sifatnya yang selalu menghormati dan memuliakan saudara tuanya dan rasa kasih sayangnya terhadap kakak- ia mengunjungi kakak tertuanya H. Abu Thalhah, seorang yang sangat berilmu yang saat itu menetap di Pagatan. Namun, setibanya ia di Pagatan, ia mendapat sakit yang membawanya sampai meninggal dunia. Tuan Mufti Lamak di makamkan di Pagatan, Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan.
Menurut catatan H. Ismail Khatib, seorang yang berilmu dan mulia, Tuan Mufti Lamak wafat pada hari Sabtu, 23 Rabiul Awwal 1275 H dii masa pemerintahan Sultan Abdur Rahman bin Sultan Adam, sekitar 48 tahun setelah wafatnya Syeikh Muhammad Arsyad al-Banjari yang wafat pada 6 Syawwal 1227 H.
Sumber lain menyatakan Tuan Mufti wafat pada tahun 1850 di Mattone, Kampung Baru, Pagatan.[2]
Makamnya dibuatkan kubah oleh cucunya, Mufti Indragiri, Riau, KH.Abdur Rahman Shiddiq. Selanjutnya kubah dipugar dan direnovasi kembali menjadi bangunan permanen oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Kotabaru. Kubah Tuan Mufti Lamak saat ini masuk wilayah pemekaran Kabupaten Tanah Bumbu (sebelumnya berada di wilayah Kabupaten Kotabaru) dan dikenal dengan sebut Kubah Pagatan.[3]
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ Muhammad Amirul Amin (3 April 2012). "Mufti Haji Muhammad Arsyad Lamak".
- ^ Fokus Batulicin (22 Maret 2011). "Mengupas Asal Muasal Bugis Pagatan". Diarkibkan daripada yang asal pada 2015-01-03. Dicapai pada 2015-02-01. Check date values in:
|date=
(bantuan) - ^ Thezxaini (Panoramio). "Photo of Kubah Pagatan". Diarkibkan daripada yang asal pada 2015-01-30. Dicapai pada 2015-02-01.