Imamah (doktrin Syiah)

Daripada Wikipedia, ensiklopedia bebas.

Imamah (bahasa Arab: الإمامة ) dalam pandangan Syiah adalah kepemimpinan sebuah komuniti Islam dengan pelantikan tuhan dan penganti Nabi Muhammad saw dalam urusan agama dan dunia. Ajaran ini, salah satu daripada dasar-dasar mazhab Syiah dan termasuk perbezaan akidah antara Syiah dan Sunni. Permasalahaan imamah di sisi kaum Syiah menyebabkan mereka dijuluki dengan mazhab Imamiyah.

Menurut mazhab Syiah, Nabi Muhammad saw semenjak awal misinya, memberikan perhatian khusus pada urusan pelantikan khalifah dan imam kaum muslimin setelah beliau wafat. Tindakan-tindakannya dalam merealisasikan hal ini, telah bermula sejak awal dakwah terang-terangannya, dengan mengenalkan Ali RA sebagai khalifah dan pengganti setelahnya. Hal ini terus berlanjut hingga hari-hari akhir hayatnya, dalam perjalanan pulang dari Haji Perpisahan pada tanggal 18 Dzulhijjah di Ghadir Khum.

Kaum muslimin daripada kalangan Ahlusunah menegaskan kepentingan adanya imam dan keperluan mengikuti perintah-perintahnya, namun mereka meyakini bahawa seorang imam harus dipilih oleh masyarakat dan Nabi saw sama sekali tidak mengenalkan seseorangpun sebagai khalifah setelahnya.

Kaum Syiah memiliki perbezaan pendapat dalam menentukan jumlah para imam. Jumlah para imam Syiah Imamiyah adalah dua belas orang. Imam pertama daripada mereka adalah Ali RA dan Imam yang terakhir daripada mereka adalah Imam Mahdi. Setelah Ali RA, Hasan RA dan kemudian adiknya Husain RA dan diikuti oleh yang lainnya hingga Imam Mahdi.

Falsafah imamah adalah menukil, menjaga agama Islam dan menjelaskan secara benar ilmu-ilmu agama. Oleh karena itu, supaya imam lebih baik dalam menjalankan tugasnya maka Imam perlu maksum, memiliki Ilmu Ladunni dan kewenangan wilayah dari sisi Tuhan.

Konsep dan Terminologi[sunting | sunting sumber]

Imamah dalam bahasa bermaksud kepemimpinan. Dalam bahasa Arab, kata Imam bermaksud seseorang atau sesuatu yang diikuti. Atas dasar ini, kata imam boleh memiliki beberapa contoh konkrit seperti:

Para teologi mendefinisikan imamah dalam dua bentuk:

  • Definisi pertama bersifat umum dan merangkumi kenabian. Dalam definisi ini imamah adalah kepemimpinan umum dalam masalah-masalah agama dan dunia.[1]
  • Definisi kedua bersfat khusus: Pengganti Nabi dalam urusan-urusan agama. [1]

Definisi imamah dengan "kepemimpinan umat Islam dalam urusan agama dan dunia sebagai pengganti Nabi saw" merupakan perkara yang disepakati oleh semua aliran-aliran Islam.[1]

Kata Imam dalam Alquran[sunting | sunting sumber]

Alquran menggunakan kata imam untuk sebagian manusia dan makhluk lain. Penggunaan kata imam pada selain manusia adalah: Lauh Mahfuz[1], jalan yang terang[1], dan kitab suci Nabi Musa as.[1] Sedangkan penggunaan kata imam untuk manusia memiliki dua jenis, yaitu imam yang haq (benar) dan imam yang batil (tidak benar). Contoh-contoh imam yang haq adalah para Nabi yang diutus oleh Allah, hamba-hamba Allah yang layak, dan orang-orang yang lemah.

Dalam Alquran kata "imam" digunakan sedemikian rupa sehingga merangkumi semua penggunaan kata di atas, sebagaimana firmannya:

﴾وَیوْمَ نَدْعُو کلّ أُناس بِإِمامِهِم﴿
"(Ingatlah) suatu hari (yang di hari itu)Kami panggil setiap umat dengan pemimpinnya"[2]

Kedudukan Imamah menurut Syiah[sunting | sunting sumber]

Dalam pandangan Syiah, Imamah termasuk daripada perbahasan akidah Islam, namun Mu'tazilah dan Asya'irah juga mazhab-mazhab Islam lainnya menganggap perkara itu sebagai cabang agama. Dalam mazhab Syiah, masalah Imamah selain merangakumi hal khalifah, ia juga merangakumi janji allah dan menjadi faktor penyempurnaan agama.

Sumber[sunting | sunting sumber]

  1. ^ a b c d e f https://id.wikishia.net/view/Imamah
  2. ^ Surah Isra ayat 71