Organisasi Papua Merdeka

Daripada Wikipedia, ensiklopedia bebas.
Organisasi Papua Merdeka
OPM
PemimpinJacob Hendrik Prai
Kawasan utamaPapua dan Papua Barat
IdeologiNasionalisme Papua
Sekutu Kepulauan Marshall[1]
 Nauru[1]
 Vanuatu[2][3]
 Saint Vincent dan Kepulauan Grenadine[4]
 Kepulauan Solomon[5]
 Senegal[6]
 Tonga[7]
Libya Libya (sehingga 2011)[8]
Lawan Fiji[9]
 Indonesia
Bendera

Organisasi Papua Merdeka (bahasa Inggeris: Free Papua Movement, OPM) merupakan istilah payung untuk gerakan kemerdekaan yang ditubuhkan pada tahun 1965 di wilayah Papua Barat atau Nugini Barat yang kini sedang ditadbir oleh Indonesia sebagai provinsi-provinsi Papua dan Papua Barat, juga dikenali sebelumnya sebagai Papua, Irian Jaya dan Irian Barat.[10]

Gerakan tersebut terdiri daripada tiga unsur:

  • unit-unit bersenjata dengan kawalan wilayah terhad berbeza tanpa seorang panglima;
  • kumpulan yang mengadakan tunjuk perasaan dan bantahan di wilayah tersebut ;
  • sebuah kumpulan kecil pemimpin-pemimpin yang berpusat di luar negara yang meningkatkan kesedaran isu-isu di wilayah tersebut sambil berusaha untuk meraih sokongan antarabangsa untuk kemerdekaan.

Sejak permulaanya, OPM mencuba untuk mengadakan dialog diplomatik serta kegiatan yang dilihat menegaskan kedaulatan mereka seperti menerbangkan Bendera Bintang Kejora dan menjalankan tindakan-tindakan militan sebagai sebahagian daripada konflik Papua. Penyokong-penyokongnya memaparkan Bendera Bintang kejora dan simbol-simbol perpaduan Papua yang lain secara berkala, seperti lagu kebangsaan "Hai Tanahku Papua" dan lambang negara diguna pakai tahun 1961 hingga penaklukan dan pemerintahan Indonesia bermula pada bulan Mei 1963 di bawah Perjanjian New York.

Organisasi ini pada asalnya adalah gerakan kerohanian Cargoisme iaitu kumpulan kebatinan yang menggabungkan kepercayaan adat dan Kristian yang dibentuk oleh ketua distrik Demta, Aser Demotekay. Bagaimanapun, Aser bekerjasama dengan kerajaan Indonesia dan melarang tindakan militan. Walaupun pengikut Aser, Jacob Prai kemudian meneruskan gerakan itu dengan militan. Kumpulan kedua datang dari Manokwari pada tahun 1964, wataknya ialah Terianus Aronggear. Beliau mengasaskan 'Organisasi Perjuangan Menuju Kemerdekaan Negeri Papua Barat'. Organisasi ini juga beroperasi secara rahsia. Kemudian, organisasi Terianus ini dikenali sebagai Organisasi Papua Merdeka (OPM).[11] Berdasarkan pengakuan Nicolaas Jouwe, bekas aktivis OPM, terdapat campur tangan Belanda dalam melatih pemuda Papua yang kemudiannya diminta menubuhkan OPM.[12]

Gerakan militan ini dianggap sebagai gerakan pemisah di Indonesia di mana sebarang kegiatan yang dianggap menghasut atau memicu"" kemerdekaan provinsi-provinsi tersebut boleh didakwa atas tuduhan "pengkhianatan".[13]

Sejarah[sunting | sunting sumber]

Semasa Perang Dunia Kedua, Hindia Timur Belanda (kemudian Indonesia) dipimpin oleh Soekarno untuk membekalkan minyak demi usaha perang pihak tentera Jepun dan seterusnya mengisytiharkan kemerdekaan sebagai Republik Indonesia pada 17 Ogos 1945. Nugini Belanda (Nugini Barat) dan wilayah-wilayah yang ditadbir Australia iaitu Papua dan New Guinea British menentang penjajahan Jepun dan bersekutu dengan pihak tentera Amerika Syarikat dan Australia sepanjang Perang Pasifik.

Hubungan Belanda dan Nugini Belanda sebelum perang digantikan dengan promosi perkhidmatan-perkhidmatan awam dan lain Papua[14] sehingga permulaan pentadbiran Indonesia pada tahun 1963. Meskipun sudah ada perjanjian antara Australia dan Belanda tahun 1957 bahwa teritori milik mereka lebih baik bersatu dan merdeka, ketiadaan pembangunan di teritori Australia dan kepentingan Amerika Syarikat membuat dua wilayah ini berpisah. OPM didirikan bulan Disember 1963 dengan pengumuman olah salah seorang wakilnya yang menyatakan: "Kami tidak mau kehidupan modern! Kami menolak pembangunan apapun: rombongan pemuka agama, lembaga kemanusiaan, dan organisasi pemerintahan. Tinggalkan kami sendiri! [sic]"[15]

Nugini Belanda mengadakan suatu pilihan raya pada Januari 1961 dan Dewan Nugini dilantik pada April 1961. Akan tetapi, di Washington, D.C., Penasihat Keselamatan Negara Amerika Syarikat McGeorge Bundy melobi Presiden John F. Kennedy untuk merunding agar pemerintahan Nugini Barat pemindahan kepada Republik Indonesia.[16] Perjanjian New York dirancang oleh Robert Kennedy serta ditandatangani oleh pihak-pihak Belanda, Indonesia, dan Pertubuhan Bangsa-Bangsa Bersatu pada bulan Ogos 1962.

Walaupun Belanda menuntut agar rakyat Nugini Barat boleh menentukan nasib sendiri sesuai piagam PBB dan Resolusi 1514 (XV) Majelis Umum PBB dengan nama "Act of Free Choice", Perjanjian New York memberikan jeda tujuh tahun dan menghapuskan wewenang PBB untuk mengawasi pelaksanaan Akta tersebut.[17] Kelompok separatis mengibarkan bendera Bintang Kejora Papua Barat pada tanggal 1 Disember setiap tahunnya. Tanggal tersebut mereka anggap sebagai hari kemerdekaan Papua. Kepolisian Indonesia berspekulasi bahwa orang-orang yang melakukan tindakan seperti ini bisa dijerat dengan tuduhan pengkhianatan yang hukumannya berupa kurungan penjara selama 7 sampai 20 tahun di Indonesia.[18]

Deklarasi Republik Papua Barat[sunting | sunting sumber]

Protes "Bebaskan Papua Barat" di Melbourne, Australia, Ogos 2012

Menanggapi hal tersebut, Nicolaas Jouwe dan dua komandan OPM, Seth Jafeth Roemkorem dan Jacob Hendrik Prai, berencana mendeklarasikan kemerdekaan Papua pada tahun 1971. Tanggal 1 Julai 1971, Roemkorem dan Prai mengisytiharkan suatu Republik Papua Barat dan segera merancang konstitusinya.

Konflik strategi antara Roemkorem dan Prai berhujung pada perpecahan OPM menjadi dua puak: PEMKA yang dipimpin Prai dan TPN yang dipimpin Roemkorem. Perpecahan ini sangat memengaruhi kemampuan OPM sebagai suatu pasukan tempur yang terpusat.

Sejak 1976, para pejabat perusahaan pertambangan Freeport Indonesia sering menerima surat dari OPM yang mengancam perusahaan dan meminta bantuan dalam rencana pemberontakan musim semi. Perusahaan menolak bekerja sama dengan OPM. Mulai 23 Julai sampai 7 September 1977, militia OPM melaksanakan ancaman mereka terhadap Freeport dan memotong jalur pipa slurry dan bahan bakar, memutus kabel telepon dan listrik, membakar sebuah gudang, dan meledakkan bom di sejumlah kemudahan perusahaan. Freeport memperkirakan kerugiannya mencapai $123.871,23.[19]

Dekad 1980-an[sunting | sunting sumber]

Tahun 1982, Dewan Revolusi OPM (OPMRC) didirikan dan di bawah kepemimpinan Moses Werror, OPMRC berusaha meraih kemerdekaan melalui kempen diplomasi antarabangsa. OPMRC bertujuan mendapatkan pengakuan antarabangsa untuk kemerdekaan Papua Barat melalui forum-forum antarabangsa seperti PBB, Forum Pasifik Selatan, dan ASEAN. OPM melancarkan serangan di Jayapura, ibu kota provinsi dan kota yang didominasi orang Indonesia bukan Melanesia pada tahun 1984. Serangan ini langsung diredam tentera Indonesia dengan aksi kontra-pemberontakan yang lebih besar. Kegagalan ini menciptakan eksodus pengungsi Papua yang diduga dibantu OPM ke kamp-kamp di Papua Nugini.

Pada tanggal 14 Februari 1986, Freeport Indonesia mendapatkan informasi bahwa OPM kembali aktif di daerah mereka dan sejumlah karyawan Freeport adalah anggota atau simpatisan OPM. Tanggal 18 Februari, sebuah surat yang ditandatangani "Jenderal Pemberontak" memperingatkan bahwa "Pada hari Rabu, 19 Februari, akan turun hujan di Tembagapura". Sekitar pukul 22:00 WIT, sejumlah orang tak dikenal memotong jalur pipa slurry dan bahan bakar dengan gergaji, sehingga "banyak slurry, bijih tembaga, perak, emas, dan bahan bakar diesel yang terbuang." Selain itu, mereka membakar pagar jalur pipa dan menembak polis yang mencuba mendekati lokasi kejadian. Tanggal 14 April 1986, militia OPM kembali memotong jalur pipa, memutus kabel listrik, merusak sistem sanitasi, dan membakar ban. Sebilangan kru juruteknik mendekati lokasi kejadian diserang pihak OPM , sehingga Freeport terpaksa meminta bantuan polis dan tentera.[19]

Dalam insiden terpisah pada bulan Januari dan Ogos 1996, OPM menawan sejumlah orang Eropah dan Indonesia; pertama dari grup peneliti, kemudian dari kamp hutan. Dua sandera dari grup pertama dibunuh dan sisanya dibebaskan. Dua tahun kemudian pada Julai 1998, OPM mengibarkan bendera mereka di menara air kota Biak di pulau Biak. Mereka menetap di sana selama beberapa hari sebelum tentera Indonesia membubarkan mereka. Filep Karma termasuk di antara orang-orang yang ditangkap.[20]

Dekad 2000-an dan selanjutnya[sunting | sunting sumber]

Tanggal 24 Oktober 2011, Dominggus Oktavianus Awes, kepala polis Mulia, ditembak oleh orang tak dikenal di Bandara Mulia, Puncak Jaya. Kepolisian Indonesia menduga sang penembak adalah anggota OPM. Rangkaian serangan terhadap polis Indonesia memaksa mereka menerjunkan lebih banyak personel di Papua.[21]

Pada tanggal 8 Januari 2012, OPM melancarkan serangan ke bus umum yang mengakibatkan kematian 3 warga sivil dan 1 anggota TNI. 4 lainnya juga cedera.[22] Pada 21 hari bulan sama pula, orang-orang bersenjata yang diduga anggota OPM menembak mati seorang warga sivil yang sedang menjaga warung. Ia adalah transmigran asal Sumatra Barat.[23] Hujung bulan sama pula ada laporan bahawa seorang anggota OPM tertangkap membawa 1 kilogram ubat-ubatan terlarang di perbatasan Indonesia-Papua Nugini. Ubat-ubatan tersebut diduga akan dijual di Jayapura.[24]

Tanggal 8 April 2012, OPM menyerang sebuah pesawat sivil Trigana Air setelah mendarat yang akan parkir di Bandara Mulia, Puncak Jaya, Papua. Lima militan bersenjata OPM tiba-tiba melepaskan tembakan ke pesawat, sehingga pesawat kehilangan kendali dan menabrak sebuah bangunan. Satu orang tewas, yaitu Leiron Kogoya, seorang jurnalis Papua Pos yang mengalami luka tembak di leher. Pilot Beby Astek dan Kopilot Willy Resubun terluka akibat pecahan peluru. Yanti Korwa, seorang ibu rumah tangga, terluka di lengan kanannya dan anaknya yang berusia 4 tahun, Pako Korwa, terluka di tangan kirinya. Pasca-serangan, para militan mundur ke hutan sekitar bandara. Semua korban adalah warga sivil.[25]

Tanggal 1 Julai 2012, kegiatan pengamanan rutin yang diserang OPM mengakibatkan seorang warga sivil tewas. Korban adalah presiden desa setempat yang ditembak di bahagian kepala dan perut. Seorang anggota TNI terluka oleh pecahan kaca.[26] Seminggu kemudian pada 9 Julai. tiga orang diserang dan terkorban di Paniai. Salah satu korban adalah anggota TNI. Dua lainnya adalah warga sivil, termasuk bocah berusia 8 tahun. Bocah tersebut ditemukan dengan luka tusukan di bahagian dada.[27]

Hierarki organisasi dan pemerintahan[sunting | sunting sumber]

Tatatadbir dalaman organisasi ini sulit ditentukan. Pada tahun 1996 'Panglima Tertinggi' OPM adalah Mathias Wenda.[28] Juru bicara OPM di Sydney, John Otto Ondawame, mengatakan telah lebih atau kurang dari sembilan titah kemerdekaan.[28] Jurnalis lepas Australia, Ben Bohane, mengatakan telah ada tujuh titah kemerdekaan.[28] Tentara Nasional Indonesia mengatakan OPM memiliki dua sayap utama, 'Markas Besar Victoria' dan 'Pembela Kebenaran'. Mantan yang lebih kecil, dan dipimpin oleh ML Prawar sampai ia ditembak mati pada tahun 1991. Terakhir ini jauh lebih besar dan beroperasi di seluruh Papua Barat.[28]

Organisasi yang lebih besar, atau Pembela Kebenaran (selanjutnya PEMKA), yang diketuai oleh Jacob Prai, dan Seth Roemkorem adalah pemimpin Fraksi Victoria. Selama pembunuhan Prawar, Roemkorem adalah komandannya.

Sebelum pemisahan ini, TPN/OPM adalah satu, di bawah kepemimpinan Seth Roemkorem sebagai Komandan OPM, kemudian menjadi Presiden Pemerintahan Sementara Papua Barat, sementara Jacob Prai menjabat sebagai Ketua Senat. OPM mencapai puncaknya dalam organisasi dan manajemen (dalam istilah modern) karena sebagai struktural terorganisasi. Selama ini, Pemerintah Senegal mengakui keberadaan OPM dan memungkinkan OPM untuk membuka Kedutaan di Dakhar, dengan Tanggahma sebagai Duta Besar.

Roemkorem meninggalkan markasnya hasil persaingan kuasa dan pergi ke Belanda. Pada tempoh ini, Prai mengambil alih kepemimpinan. John Otto Ondawame (waktu itu ia meninggalkan sekolah hukum di Jayapura karena diikuti dan diancam untuk dibunuh oleh ABRI Indonesia siang dan malam) menjadi tangan kanan dari Jacob Prai. Itu inisiatif Prai untuk mendirikan Komandan Regional OPM. Dia menunjuk dan memerintahkan sembilan Komandan Regional. Sebagian besar dari mereka adalah anggota pasukannya sendiri di kantor pusat PEMKA, perbatasan Skotiau, Vanimo-Papua Barat.

Komandan regional dari mereka , Mathias Wenda adalah komandan untuk wilayah II (Jayapura – Wamena), Kelly Kwalik untuk Nemangkawi (Kabupaten Fakfak), Tadeus Yogi (Kabupaten Paniai), Bernardus Mawen untuk wilayah Maroke dan lain-lain. Komandan ini telah aktif sejak itu. Kelly Kwalik ditembak dan dibunuh pada 16 Disember 2009.[29]

Pada tahun 2009, sebuah kelompok perintah OPM yang dipimpin oleh Jenderal Goliat Tabuni (Kabupaten Puncak Jaya) sebagai fitur pada laporan menyamar tentang gerakan kemerdekaan Papua Barat.[30]

Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat[sunting | sunting sumber]

Logo TPNPB

Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB), adalah sayap tentera dari Organisasi Papua Merdeka (OPM). TPNPB dibentuk pada 26 Maret 1973, setelah Proklamasi Kemerdekaan Papua Barat 1 Julai 1971 di Markas Victoria. Pembentukan TPNPB adalah Tentara Papua Barat berdasarkan Konstitusi Sementara Republik Papua Barat yang ditetapkan 1971 pada Bab V bahagian Pertahanan dan Keamanan. Sejak 2012 melalui reformasih TPN, Jenderal. Goliath Tabuni diangkat menjadi Panglima Tinggi Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat.

Tarikh-tarikh penting pergerakan[sunting | sunting sumber]

  • 1 Mei 1963 : Hari Aneksasi Papua (juga dikenali sebagai Hari Integrasi Papua di Indonesia)
  • 1 Julai 1971 : Hari Proklamasi Kemerdekaan Papua
  • 1 Disember 1961 : Hari Kemerdekaan Papua

Lihat juga[sunting | sunting sumber]

Rujukan[sunting | sunting sumber]

  1. ^ a b "Pacific nations back West Papuan self-determination". RNZ. 6 May 2017.
  2. ^ Manning, Selwyn (22 Jun 2010). "Vanuatu to seek observer status for West Papua at MSG and PIF leaders summits". Pacific Scoop. Diarkibkan daripada yang asal pada 22 Oktober 2017. Dicapai pada 20 Oktober 2017.
  3. ^ "Fiery debate over West Papua at UN General Assembly". Radio New Zealand 2017. 27 September 2017. Diarkibkan daripada yang asal pada 1 Oktober 2017. Dicapai pada 7 Oktober 2017.
  4. ^ "International Debate on West Papua". humanrightspapua.org. 18 November 2021. Dicapai pada 5 January 2023.
  5. ^ "Solomon Islands Prime Minister softens support for West Papua self-determination". abc.net.au. 29 April 2019. Dicapai pada 10 February 2020.
  6. ^ "President of Senegal – "West Papua is now an issue for all black Africans"". 19 December 2010.
  7. ^ "Tonga's PM highlights Papua issue at UN". RNZ. 1 Oct 2015. Dicapai pada 7 Oct 2020.
  8. ^ "Libyan terrorism: the case against Gaddafi. - Free Online Library". www.thefreelibrary.com.
  9. ^ Fiji Tegaskan Pengakuan Kedaulatan RI atas Papua (dalam bahasa Bahasa Indonesia) Kumparan
  10. ^ Institute for Policy Analysis of Conflict (24 August 2015). The current status of the Papuan pro-independence movement (PDF) (Laporan). IPAC Report No.21. Jakarta, Indonesia. OCLC 974913162. Dicapai pada 24 October 2017.
  11. ^ Damarjati, Danu (2018-12-15). "Kelahiran OPM: Gerakan Spiritual Rahasia hingga Angkat Senjata". detiknews (dalam bahasa Indonesia). Dicapai pada 2022-08-19.
  12. ^ "Papuan Leader Says Netherlands Created OPM to Oppose Indonesia". Antara. 12 May 2014. Diarkibkan daripada yang asal pada 4 May 2020. Dicapai pada 5 March 2021.
  13. ^ Lintner, Bertil (22 January 2009). "Papuans Try to Keep Cause Alive". Jakarta Globe. Diarkibkan daripada yang asal pada 1 August 2013.
  14. ^ Report on Netherlands New Guinea for the year 1961 http://wpik.org/Src/un_report_1961.html
  15. ^ "Free Papua Movement (OPM)". Global Terrorism Database. University of Maryland, College Park. Dicapai pada 10 April 2011.
  16. ^ U.S. Dept. of State Foreign Relations, 1961–63, Vol XXIII, Southeast Asia http://wpik.org/Src/950306_FRUS_XXIII_1961-63.html#Indonesia
  17. ^ Text of New York Agreement
  18. ^ Protest and Punishment Political Prisoners in Papua, Report by Human Rights Watch
  19. ^ a b Ralat petik: Tag <ref> tidak sah; teks bagi rujukan Bishop tidak disediakan
  20. ^ Richard Chauvel (6 April 2011). "Filep Karma and the fight for Papua's future". http://inside.org.au/. Dicapai pada 18 April 2011. External link in |work= (bantuan)
  21. ^ Bagus BT Saragih and Nethy Dharma Somba. "Police hunt for OPM rebels". The Jakarta Post. Dicapai pada 2011-10-26. Cite has empty unknown parameter: |coauthors= (bantuan)
  22. ^ http://berita.liputan6.com/read/346831/anggota-tni-tewas-dalam-serangan-opm. Cite has empty unknown parameter: |coauthors= (bantuan); Missing or empty |title= (bantuan)
  23. ^ http://www.antaranews.com/en/news/79364/opm-gunmen-kill-civilian-in-kurilik-papua. Cite has empty unknown parameter: |coauthors= (bantuan); Missing or empty |title= (bantuan)
  24. ^ http://www.suarapembaruan.com/home/anggota-opm-tertangkap-bawa-ganja-sekilo-di-perbatasan/16696. Cite has empty unknown parameter: |coauthors= (bantuan); Missing or empty |title= (bantuan)
  25. ^ https://web.archive.org/web/20120411004451/http://us.nasional.vivanews.com/news/read/302631-ditembaki-opm--pesawat-trigana-tabrak-rumah. Diarkibkan daripada yang asal pada 2012-04-11. Cite has empty unknown parameter: |coauthors= (bantuan); Missing or empty |title= (bantuan)
  26. ^ https://web.archive.org/web/20190902141701/http://m.griyawisata.com/kota/regional/artikel/patroli-yon-431-kostrad-dihadang-opm-satu-warga-sipil-tewas. Diarkibkan daripada yang asal pada 2019-09-02. Cite has empty unknown parameter: |coauthors= (bantuan); Missing or empty |title= (bantuan)
  27. ^ http://news.detik.com/read/2012/07/09/184035/1961425/10/1-anggota-tni-2-sipil-tewas-dianiaya-di-papua-salah-satunya-bocah?nd992203605. Cite has empty unknown parameter: |coauthors= (bantuan); Missing or empty |title= (bantuan)
  28. ^ a b c d van Klinken, Gerry (1996). "OPM information". Inside Indonesia. 02. Diarkibkan daripada yang asal pada 2007-07-08. Dicapai pada 2019-09-02.
  29. ^ Indonesia police 'kill' Papua separatist Kelly Kwalik BBC News, 16 December 2009
  30. ^ "Papua's struggle for independence". BBC News. 2009-03-13. Dicapai pada 2010-05-02.

Sumber utama[sunting | sunting sumber]

  • Bell, Ian; Herb Feith; and Ron Hatley (1986). The West Papuan challenge to Indonesian authority in Irian Jaya: old problems, new possibilities. Asian Survey 26(5):539-556.
  • Bertrand, Jaques (1997). "Business as Usual" in Suharto's Indonesia. Asian Survey 37(6):441-452.
  • Evans, Julian (1996). Last stand of the stone age. The Guardian Weekend. August 24:p. T20.
  • Monbiot, George. Poisoned Arrows: An Investigative Journey to the Forbidden Territories of West Papua
  • van der Kroef, Justus M (1968). West New Guinea: the uncertain future. Asian Survey 8(8):691-707.

Pautan luar[sunting | sunting sumber]