Haurkuning, Nusaherang

Daripada Wikipedia, ensiklopedia bebas.
Haurkuning
Desa
Peta Indonesia.
Peta Indonesia.
Bendera Haurkuning
Mohor rasmi Haurkuning
Cogan kata: "Bhinneka Tunggal Ika"  (Bahasa Jawa Kuno)
"Bersatu dalam kepelbagaian"

Ideologi: Pancasila
Lagu: Indonesia Raya
Fail:Indonesiaraya.ogg
CountryIndonesia Indonesia
Wilayah/Provinsi
Jawa Barat
Jawa Barat
Jawa Barat Jawa Barat
Kabupaten Kuningan
Kecamatan (Daerah)Nusaherang
DesaHaurkuning
Pentadbiran
 • JenisRepublik
 • PresidenJoko Widodo
 • Naib PresidenMa'ruf Amin
Penduduk
 ()
 • Celik huruf
( lelaki perempuan)
 • Pecahan menurut jantina
% lelaki dan  % perempuan
Zon waktuGMT
 • Musim panas (DST)GMT
Poskod
45563

Haurkuning merupakan sebuah desa yang terletak dalam (daerah) kecamatan Nusaherang, Kabupaten Kuningan, Provinsi Jawa Barat, Indonesia.

Poskod[sunting | sunting sumber]

Poskod yang digunakan di Haurkuning adalah 45563. Terdapat buah desa di dalam daerah kecamatan Nusaherang.

Asal-usul Desa Haurkuning, Kab. Kuningan, Jawa Barat[sunting | sunting sumber]

< Diceritakan, asal-usul berdirinya desa Haurkuning ada kaitannya dengan bangsawan dari Kesultanan Solo yaitu Dalem Brahma Kuning alias Raden Suryanagara alias Hasanuddin yang beristrikan Ratu Kuning. Beliau datang yang pertama kali menamai desa Haurkuning yang didasarkan karena Banyak bambu kuning atau Haurkuning. Selain dari Dalem Brahma Kuning terdapat tokoh lain yaitu Syech Jalaludin alias Kuwu Gede dari daerah Kerajaan Mataram/Kadilangu/Demak/Jawa Tengah. Beliau beserta istrinya Ibu Wangi gedong pergi meninggalkan Mataram dengan maksud berkelana menuntut ilmu. Adapun tempat yang didatanginya adalah daerah Tatar Sunda yaitu Kesultanan Cirebon. Didaerah Cirebon pada saat itu sedang sibuk kegiatan penyebaran agama Islam. Penyebaran agama Islam yang dilakukan di daerah Caruban melalui kesenian diantaranya “Goong Sekaten”. Walaupun kelihatannya sederhana, namun mendapatkan antusias yang begitu besar dari masyarakat untuk memeluk agama Islam, karena ada memasukan syiar agama Islam pada kesenian tersebut. Kita kembali pada tokoh yang berasal dari Mataram/Kadilangu/Demak. Sesampainya di Cirebon ( caruban) Syech Jalaludin berguru ke Syech Maulana Datul Kahfi. Beliau berguru bersama Pangeran Walangsungsang atau Pangeran Cakrabuana atau Kuwu Sangkan Cirebon. Setelah berguru cukup lama, kemudian beliau pergi bersama istrinya atas izin gurunya dan titah dari Sunan Gunung Jati atau Syech Syarif Hidayatulloh (anak dari Lara Santang atau Nyai Syarifah Mudaim) untuk syiar agama Islam dan memperluas daerah kekuasaan Kerajaan Caruban. Adapun tempat yang dituju adalah daerah Kerajaan Kajene (Kuningan sebelah selatan) tepatnya yang sekarang bernama desa Haurkuning. Beliau mulai menetap di Haurkuning sekitar kurang lebih 1600 Masehi. Syiar Islam yang dilakukan oleh Syech Jalaludin (Kuwu Gede) yaitu dengan cara bertani atau dalam bahasa Sunda “tatanen” dibarengi dengan memperluas batas daerah atau desa dengan cara adu ketangkasan atau kedigjayaan. Adapun atas kemampuan ilmunya dan ridho-Nya beliau berhasil memperluas wilayah desa. Menurut cerita beliau menetapkan batas dengan media tali atau tambang pusaka yang dinamai Setra Tunggal. Pusaka itu mampu membentang dari Karang Layung (Nusaherang) sampai blok Jati yang sekarang menjadi batas desa. Dalam hal perluasan pemukiman wilayah Haurkuning ada juga salah seseorang tokoh yang berperan yaitu Raden Sutajaya atau Padmanegara yg mempunyai misi sama syiar Islam dan mempertahankan kekuasan kerajaan Caruban dari kerajaan Padjajaran yang dipimpin oleh Prabu Siliwangi. Raden Sutajaya dibantu dua orang saudaranya Raden Sutamulya yang bermukim di daerah Sakerta dan Raden Sutalaksana bermukim di daerah Kertayuga. Selain dari dua orang saudaranya beliau juga mempunyai istri yang bernama Nyai Ageung Pratiwi yang kemudian berpisah dan memilih tinggal di Bunigeulis. Perluasan pemukiman yang dilakukan olehnya konon dengan cara menggelindingkan sebuah bedug dari Wulukut yang akhirnya berhenti sampai di blok Galonggong. Penetapan pemukiman baru yang dilakukan Raden Sutajaya mendapatkan izin dari Syech Jalaludin (Kuwu Gede).

Dalam memperluas kekuasaan Syech Jalaluddin bersama Patih Gandrayana salah satunya dilakukan dengan cara membelah bambu kuning ( Awi Kuning/Haurgereng). Setelah awi itu terbelah 2 (dua) kemudian ditancapkan di daerah Wulukut dan yang satunya didaerah Bungkirit yang sekarang bernama Haurduni (Taman makam pahlawan Haurduni). Namun setelah menancapkan bambu di Wulukut ternyata beliau berniat membawa bambu itu ke Cirebon dengan mengutus Patih Gandrayana. Bambu kuning berhasil di bawa ke Cirebon namun konon berubah menjadi sebuah pedang yang bernama “Pedang Kamilah”. Adapun tujuan dari bambu kuning yang dibawa ke Kesultanan Cirebon yaitu untuk digunakan sebagai senjata bambu runcing yang akan digunakan untuk menyerang penjajah yang menguasai Jayakarta atau Sunda Kelapa yang dilakukan bersama pasukan dari Kerajaan Cirebon dan Demak. Demikianlah sejarah atau cerita singkat mengenai asal –usul desa Haurkuning, dimana penyusunannya masih banyak kekurangan dikarenakan keterbatasan waktu dan sumber. SUMBER : DENI SUPRIATANA B. NAMA2X KUWU/KEPALA DESA HAURKUNING DARI AWAL S.D. SEKARANG No.

Nama Kuwu/Kades

Periode

Keterangan 1.Bapa Kuwu Gede (1602 s.d. 1696) 92 tahun 2.Bapa Kuwu Sobar (1696 - 1747) 51 tahun 3.Bapa Kuwu Rundeng (1747 - 1793) 46 tahun 4.Bapa Kuwu Soyang (1793 - 1838) 45 tahun 5.Bapa Kuwu Jaladri (1838 - 1878) 45 tahun 6.Bapa Kuwu H. Marzuki (1878 - 1902) 14 tahun 7.Bapa Kuwu Kayat (1902 - 1918) 16 tahun 8.Bapa Kuwu Sastraprawira (1918 - 1949) 23 tahun 9.Bapa Kuwu Sukarta Atmaja (1949 - 1968) 19 tahun 10.Bapa Kuwu Ero Sutara (1971 - 1970) 8 tahun 11.Bapa Kuwu Idgom Liya Sasmita (1979 - 1987) 8 tahun 12.Ibu Kuwu Rochyati (1987 - 1995) 8 tahun 13.Bapa Kuwu Dodo Djuanda Agus Salim (1995 - 2003) 8 tahun 14.Bapa Kuwu Nana Rusmana (2003-2011) 5 tahun 15 Bapa Kuwu Nana Jumena 2011 s.d. sekarang

Pautan luar[sunting | sunting sumber]