Kaba

Daripada Wikipedia, ensiklopedia bebas.

Kaba adalah genre sastera tradisional suku Minangkabau berupa prosa yang dibacakan mahupun didendangkan. Ia terdiri daripada rangkap-rangkap bertemakan jenaka atau mengadu nasib sebanyak 8 hingga 9 suku kata yang diselingkan dengan pantun;[1] justeru, bentuknya boleh disampaikan mirip pantun tunggal mahupun disertai ungkapan pepatah, mamangan, pameo, kiasan, dan sebagainya. Kaba berfungsi untuk menyampaikan cerita atau amanat. Biasanya tokoh dalam kaba tidak jelas dan nama-namanya cenderung bersifat simbolik. Kaba disampaikan oleh seorang tukang kaba.

Pertunjukan kaba berzeda-beza bergantung mengikut daerah serata tanag Minangkabau. Ada yang menyampaikan kaba dengan randai, ilau, atau dengan nyanyian yang disebut sebagai basijobang.[2] Sesudah Perang Dunia Pertama, kaba mulai dipertunjukkan sebagai sandiwara malah diterbitkan dalam bentuk penulisan, lagi-lagi dalam bahasa Melayu Rumi sehingga berkembang sebagai cerita yang bertema aktual. Cerita kaba selalu diawali kisah tambo yang memaparkan asal usul Minangkabau.

Asal usul[sunting | sunting sumber]

Kata kaba diduga berasal dari penyerapan bahasa Arab خبارkhabar, yang sinonim atau seerti dengan kata "berita" (barito). Namun, dalam peristilahan Minangkabau kedua kata ini dibedakan.[2]

Dalam segi cerita, kaba mirip dengan hikayat atau cerita dalam sastera Melayu. Beberapa kaba seperti Kaba Sutan Manangkerang (1885) dan Kaba Manjau Ari (1891) pernah diterbitkan sebagai hikayat. Hikayat Hang Tuah juga pernah disadur ke dalam bentuk kaba.

Kaba dapat dibezakan dari hikayat pada gaya sastera asas yang digunakan. Di dalam hikayat digunakan satuan linguistik seperti kalimat dan paragraf.

Jenis[sunting | sunting sumber]

Edwar Jamaris dalam buku Pengantar Sastra Rakyat Minangkabau (2002: 79), membagi kaba ke dalam dua kelompok, yaitu kaba lama dan kaba baru. Sedangkan Junus (dalam Edward jamaris, 2002: 79) mengelompokkan kaba ke dalam dua kelompok, yaitu kaba klasik dan nonklasik.

Edwar menambahkan beberapa ciri yang terdapat dalam kaba lama dan kaba baru. Kaba lama mempunyai ciri:

  • berkisah tentang perebutan kekuasaan antara dua kelompok yang salah satunya adalah “orang luar” (dari suatu kesatuan keluarga);
  • kisah itu dianggap berlaku pada masa silam tentang anak raja yang mempunyai kekuatan supranatural.

Kaba lama rata-rata disebarkan dalam bentuk tradisi lisan atau bentuk naskah. Beberapa contoh dari kaba lama adalah Kaba Cindua Mato, Kaba si Untuang Sudah, Kaba Magek Manandin, Kaba Malin Deman dengan Puti Bungsu, Kaba Rambun Pamenan, dan Kaba si Umbuik Mudo.

Kelompok yang kedua pula disebarkan dalam bentuk cetakan. Beberapa cerita kaba baru, misalnya Kaba si Rambun Jalua, Kaba Siti Fatimah, Kaba Rang Mudo Salendang Dunia, Kaba Karantau Madang di Hulu, dan Kaba Siti Jamilah dengan Tuanku Lareh Simawang. Kaba baru menceritakan kehidupan orang kebanyakan berserta dengan persoalan, penderitaan, dan tragedinya.

Contoh kaba tradisional yang terkenal adalah Kaba Cindua Mato, Kaba Malin Kundang, Kaba Magek Manandin, Kaba Sutan Pangaduan, Kaba Sutan Pamenan, Kaba Anggun Nan Tongga, Kaba Gadih Basanai, Kaba Sutan Palembang, Kaba Si Umbut Muda dan Kaba Malin Deman. Kaba seperti ini lebih dikenal sebagai cerita fantasi atau sejarah. Sejak tahun 1920-an telah dikarang pula kaba yang lebih memusatkan perhatian pada dunia kontemporer, seperti Kaba Sutan Lembak Tuah atau Merantau ke Malaysia: Mahyuddin dan Erni (1992).[2]

Rujukan[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Philips, Nigel (2013). "Professional Storytelling in West Sumatera". Dalam MacDonald, Margaret Read (penyunting). Traditional Storytelling Today: An International Sourcebook. Routledge. m/s. 134.
  2. ^ a b c Umar Junus. Kaba, An Unfinished (His-) Story. Southeast Asian Studies. 32. Unknown parameter |month= ignored (bantuan)

Pautan luar[sunting | sunting sumber]

Templat:Sastra-stub