Samadhi

Daripada Wikipedia, ensiklopedia bebas.

Samādhi (Sanskrit: समाधी; juga semadi, Jawi: سمادي) atau samāpatti adalah konsep menerangkan keadaan diri yang disedarkan "mengheningkan cipta" secara pemusatan pemikiran diri[1] dengan bertafakur; ia paling diketahui dalam ajaran agama Hindu, Jain, Buddha, Sikh serta aliran yogik lain. Penumpuan ini adakalanya dipercayai dalam situasi tertentu mampu membuka diri kepada menerima ilmu dan kuasa sakti serta memahami asal-usul dan takdir kehidupan dialami.[2]

Tahap penumpuan minda "semadi" ini merupakan antara pencapaian yang diutamakan dalam kebatinan diri semasa bersilat agar pencak yang dimahirkan lebih sempurna; ia merupakan peringkat terakhir dalam pelatihan seni tersebut. Hal ini boleh dicapai para pesilat dengan kegiatan yang dikatakan mampu menyucikan kebatinanan tersebut melalui tapa seperti cara mengawal pernafasan.[3]

Dalam ajaran Hindu[sunting | sunting sumber]

Samadhi merupakan sebahagian tatacara beragama yang dijelaskan dalam bab pertama kitab Yoga Sutra berjudul Samadhi-pada.[4] Begitu pula Vyasa, seorang tokoh berpengaruh dalam ajaran Hindu dan juga pengarang buku Mahabharata menjelaskan mengenai samadhi yang sama saja seperti yoga dari segi praktiknya.[4]

Selain itu, ajaran Hindu juga tidak hanya menekankan konsep samadhi sebagai keadaan damai yang tanpa isi, melainkan seseorang mengubah kesadarannya menjadi fokus pada rasa bahagia dan tenteram mengikuti aliran kehidupan.[4]

Dalam ajaran Hindu, samadhi dibahagi menjadi lima tahap atau tingkat utama:[5]

  1. laya samadhi: pengenalan kedamaian dan kebahagiaan melalui nyanyian, tarian, atau kegiatan harian lainny. Pada fase ini seseorang mulai menumbuhkan dan mengenal bakat potensial dalam dirinya untuk melanjutkan samadhi ke tingkat berikutnya.[5]
  2. savikalpa samadhi: pemahaman dan penyempurnaan samadhi ngalaman perjalanan ruang dan waktu secara berbeza.[6] Pada masa-masa samadhi ini, sang medtator berusaha memahami penyempurnaan .[6] Segala macam perasaan dan pikiran-pikiran membanjiri benaknya, tetapi secara sadar dia memadamkannya.[6]
  3. nirvikalpa samadhi: sang pertapa mengalami puncak kebahagiaan yang luar biasa seakan-akan dunia dan seisinya berjalan mengikuti dirinya.[6] peringkat ini biasanya hanya mampu dicapai dan dialami berkekuatan spiritual tertinggi dalam tempoh antara beberapa jam hingg beberapa hari;[6] Orang dalam fasa ini juga dikhabarkan mengalami kesulitan untuk berkomunikasi layaknya manusia biasa.[6]
  4. sahaja samadhi: penguasaan atas dunia rohani sehingga sukar memahami dunia kebendaan atau duniawi[6] empunya yang memasuki peringkat ini akan merasa telah dekat dengan zat Yang Maha Kuasa.[6]
  5. mahasamadhi: peringkat akhir di mana pertapa telah meninggalkan tubuhnya secara utuh dan pergi menyatu dengan Tuhan.[6] Kefahaman ini turut dicerminkan dalam pengungkapan lain "semadi" (termasuk penyemadian, persemadian, bersemadi dan sebagainya) yang disinonimkan kepada "penanaman atau penguburan mayat".[1]

Dalam ajaran Buddha[sunting | sunting sumber]

Fail:Samadhie Statue.JPG
Patung Samadhi Buddha di Taman Mahamevnāwa di Anuradhapura, Sri Lanka.

Samadhi diperkenalkan dalam ajaran Buddha melalui Pali Canon aliran Theravada dan dari berbagai aliran ajaran Buddha lainnya.[7] Banyak sumber naskhah yang ditemukan menerangkan samadhi:[7]

  • sebagai salah satu perkara pokok dari tiga cabang utama Lapan Jalan Mulia yang membentuk nasihat etika ajaran ini, samadhi dalam konteks ini berisi usaha yang benar kehati-hatian dan daya tumpu (atau konsentrasi) yang benar.[7]
  • sebagai salah satu dari tiga latihan kebenaran dasar ajaran Buddha selain sila (moral dan kebajikan) dan prajna/panna (kebijaksanaan)[7]
  • sebagai salah satu dari Empat Jhanna.[7]

Ajaran Buddha mengatakan jika seseorang mengalami peningkatan dalam melakukan samadhi jiwa dan fikirannya akan bersih dari segala noda, lebih tenang, damai, dan bercahaya.[8] Selain itu, jika sang meditator memiliki daya konsentrasi yang kuat maka batinnya telah siap untuk melihat kebenaran sejati dari seisi dunia.[8]

Kebahagiaan dunia difahamkan ajaran ini bukanlah tujuan utama dalam melakukan Samadhi, tetapi tetap saja hal itu merupakan alat untuk memperoleh pencerahan.[8] Seiring berkembangnya ilmu mengenai samadhi, aliran Buddha mula membuka berbagai macam meditasi samadhi yang berbeza-beza demi mencapai derajat ketenangan batin dibandingkan memperoleh pengetahuan sejati.[8] Meski demikian perkembangan ajaran samadhi yang dibawakan oleh tiap-tiap aliran tidak melencong dari Empat Tiang Kedamaian ajaran Buddha yang disebut dengan Jhana.[8]

Kekuatan supranatural[sunting | sunting sumber]

Kitab umat Buddha, sutta menyebutkan bahawa para pelaku yang melakukan samadhi dapat meningkat kekuatan supranaturalnya (kekuatan itu disebut dengan abhijna atau siddhis), telah terbukti terdapat beberapa biksu yang mendapatkan kekuatan supernatural.[9] Meski demikian melakukan samadhi demi mendapatkan keuntungan sihir sangatlah tidak diperbolehkan, kerana hal itu dapat menyimpang dari tujuan utama iaitu memperoleh pembebasan dari penderitaan di dunia.[9]

Lihat juga[sunting | sunting sumber]

Rujukan[sunting | sunting sumber]

  1. ^ a b "semadi". Kamus Dewan (ed. ke-4). Dewan Bahasa dan Pustaka Malaysia. 2017.
  2. ^ Maliszewski, Michael (1992). "Medical, Healing and Spiritual Components of Asian Martial Arts". Journal of Asian Martial Arts. 1 (2): 29.
  3. ^ DeMarco, Michael (2015). Indo-Malay Martial Traditions. 1: Aesthetics, Mysticism, and Combatives. Via Media Publishing. m/s. 103.
  4. ^ a b c Palotas, Thomas L. (2006). Divine Play: the Silent Teaching of Shivabalayogi. Lotus Press. m/s. 45, 77–79. ISBN 0-9760783-0-9.
  5. ^ a b Parikshiti Mhaispurkar. "Samadhi - A Scientific Phenomenon?". yogapoint.com.
  6. ^ a b c d e f g h i Ramanasramam (2006). Talks with Sri Ramana Maharshi. m/s. 391.
  7. ^ a b c d e Brasington, Leigh (1997). Sharpening Manjushri's Sword: The Jhanas in Theravadan Buddhist Meditation. Diarkibkan daripada yang asal pada 14 September 2013.
  8. ^ a b c d e [1] Diarkibkan 2014-07-18 di Wayback Machine The Noble Eightfold Path by Bhikkhu Bodhi.
  9. ^ a b [2] SIDDHIS: Supernomal Perceptual States

Pautan luar[sunting | sunting sumber]

Dari perspektif Hindu
Dari perspektif Buddha