Industri gula

Daripada Wikipedia, ensiklopedia bebas.

Industri gula merangkumi penghasilan, pemprosesan dan pemasaran gula (lazimnya jenis sukrosa dan fruktosa) dalam pembuatan minuman (baik yang ringan mahupun yang keras), konfeksi dan gula-gula dan makanan seumpamanya.

Di Nusantara[sunting | sunting sumber]

Indonesia[sunting | sunting sumber]

Sumber gula di Indonesia sejak masa lampau adalah cairan bunga (nira) kelapa atau enau, serta cairan batang tebu. Tebu adalah tumbuhan asli dari Nusantara, terutama di bagian timur.

Ketika orang-orang Belanda mulai membuka koloni di Pulau Jawa kebun-kebun tebu monokultur mulai dibuka oleh tuan-tuan tanah pada abad ke-17, pertama di sekitar Batavia, lalu berkembang ke arah timur.

Puncak kegemilangan perkebunan tebu dicapai pada tahun-tahun awal 1930-an, dengan 179 pabrik pengolahan dan produksi tiga juta ton gula per tahun[1]. Penurunan harga gula akibat krisis ekonomi merontokkan industri ini dan pada akhir dekade hanya tersisa 35 pabrik dengan produksi 500 ribu ton gula per tahun. Situasi agak pulih menjelang Perang Pasifik, dengan 93 pabrik dan prduksi 1,5 juta ton. Seusai Perang Dunia Kedua, tersisa 30 pabrik aktif. Tahun 1950-an menyaksikan aktivitas baru sehingga Indonesia menjadi eksportir netto. Pada tahun 1957 semua pabrik gula dinasionalisasi dan pemerintah sangat meregulasi industri ini. Sejak 1967 hingga sekarang Indonesia kembali menjadi importir gula.

Macetnya riset pergulaan, pabrik-pabrik gula di Jawa yang ketinggalan teknologi, tingginya tingkat konsumsi (termasuk untuk industri minuman ringan), serta kurangnya investor untuk pembukaan lahan tebu di luar Jawa menjadi penyebab sulitnya swasembada gula[1].

Pada tahun 2002 dicanangkan target Swasembada Gula 2007[2]. Untuk mendukungnya dibentuk Dewan Gula Indonesia pada tahun 2003 (berdasarkan Kepres RI no. 63/2003 tentang Dewan Gula Indonesia)[3]. Target ini kemudian diundur terus-menerus[2].

Malaysia[sunting | sunting sumber]

Pengeluaran gula negara kini dikuasai oleh empat kilang iaitu:-

  1. Malayan Sugar Manufacturing (MSM), Prai, Pulau Pinang
  2. Central Sugar Refinery (CSR), Shah Alam, Selangor
  3. Gula Padang Terap (GPT), Padang Terap, Kedah
  4. Kilang Gula Felda Perlis (KGFP), Chuping, Perlis.

Rujukan[sunting | sunting sumber]

  1. ^ a b Indonesia. Proc. of the Fiji/FAO Asia Pacific Sugar Conference
  2. ^ a b Arifin, B. 2009. Ekonomi swasembada gula di Indonesia.
  3. ^ Kepres RI no. 63/2003. Artikel di TempoInteraktif, edisi 02 April 2004