Pokok Mahang Puteh
Pokok Mahang Puteh | |
---|---|
Mahang putih di hutan belukar Bukit Galuga, Cibungbulang, Bogor | |
Pengelasan saintifik | |
Alam: | |
(tanpa pangkat): | |
(tanpa pangkat): | |
(tanpa pangkat): | |
Order: | |
Keluarga: | |
Genus: | |
Spesies: | M. tanarius
|
Nama binomial | |
Macaranga tanarius | |
Sinonim | |
|
Mahang putih atau mara (Macaranga tanarius) adalah sejenis pohon penyusun hutan sekunder yang menghasilkan kayu ringan untuk membuat papan, kayu bakar, dan juga bahan ubat tradisional. Tanaman ini ditanam secara luas di Kepulauan Ryukyu, kecuali di Kepulauan Daitō.[5] meluas luar ke selatan China, Taiwan, hingga Malaysia. Mara tersebar mulai dari Kepulauan Andaman, Malaya, Sumatra, Jawa, Borneo, Thailand, Indochina, Taiwan, Australia Utara, hingga Melanesia.[6] Ia duduk dalam lapisan bawah kanopi hutan.[2]
Peristilahan
[sunting | sunting sumber]Nama-nama setempat digunakan serantau kepulauan Nusantara:[2][3]
Penerangan
[sunting | sunting sumber]Mahang putih berukuran sedang, tingginya mencapai 20-25 m, dengan batang bebas cabang 10-15 m. Batangnya tegak, sementara Heyne (1917) mengatakan batangnya bengkok. Tebalnya batang 20–50 cm.[3][6] Diameter batang mara mencapai 55 cm dan tidak berbanir. Kulit batang berwarna agak abu-abu atau cokelat muda, berambut apabila tumbuh di dataran rendah atau gundul seumpama tumbuh di pegunungan. Tajuk pohon tidak lebat. Daunnya berjenis tunggal berbentuk hati agak bulat, bertangkai nyata yang berwarna coklat kotor, dan sewaktu masih muda, mengeluarkan cairan berwarna merah-darah.[6] Duduk daun berselang-seling, berurat kentara, daun muda berambut halus.[7]
Bunga berdiameter 0.5 mm, hijau kekuningan, tumbuh beramai-ramai dalam daun pelindung yang terdapat dalam malai yang berbulu. Buah berukuran 10 mm, berwarna ungu-kekuningan, bercangap 2, dan termasuk buah kotak sejati yang memecah (dehiscent), yang berbentuk bulat dan berpasangan,[6] ditumbuhi dengan duri; sedangkan di dalam bijinya, terdapat kulit biji yang berwarna hitam.[2] Macaranga tanarius berbunga dan berbuah sepanjang tahun.[6]
Habitat
[sunting | sunting sumber]Menurut Heyne (1917), pokoknya spesies menyebar hingga Asia Selatan, hingga Australia tropika. Umumnya, tumbuh dari dataran rendah dari dataran rendah hingga 1440 dan/atau 2440 mdpl. Tumbuhan ini tumbuh pula di dipterokarpa yang tidak terurus. Tumbuh juga dekat pantai dan di sepanjang sungai pasang-surut, di pinggir-pinggir jalan dan lereng bukit dan pegunungan. Sebagian besar pada berpasir tanah berbatu.[2][3] Jenis ini juga bertumbuh dengan baik belukar muda, tepi hutan primer yang terganggu, atau dekat hutan payau diiringi ru. Ia tumbuh baik dalam berbagai jenis tanah termasuk yang berkapur, berbatu, dan tanah pasir karang hingga hutan pedesaan.[6]
Kegunaan
[sunting | sunting sumber]Kayu mara mempunyai BJ 0.56, kelas keawetannya III. Ia memiliki nilai yang cukup baik serta umum diperdagangkan sebagai bahan bangunan, terutama untuk dinding, dan kayu bakar.[6] Oleh sebab itu, penduduk-penduduk kampung desa di Indonesia menggunakan kayunya sebagai bahan binaan rumah.[2] Kayunya ringan, tidak tahan lama, tipis, dan umum di Sumatera Selatan dipergunakan sebagai alat-alat rumah-tangga. Di Lampung -sebagaimana pernyataan Heyne pada tahun 1917- bawaa di sana, mara dipergunakan sebagai alat perambat lada ditanam. Di Kedu, Johannes Müller Argoviensis yang dinukilkan oleh Heyne dari S.H. Koorders dan Th. Valeton bahwasanya di sana, mara dipergunakan untuk bahan anyaman untuk membuat mendong.[3][7]
Rebusan kulit batang dipergunakan sebagai ubat merawat sakit berak berdarah juga untuk pengobatan dalam menyembuhkan orang mabuk dengan mencampur bahan lain dan terkadang dipakai dalam membuat tuak. Akarnya dipakai untuk mengubati demam.
Tanin yang didapat dari air rebusan kulit kayu batang digunakan untuk menyaluti jala dalam lapisan yang kalis air laut.[7] Rebusan ini juga boleh dicampur kunyit dan kelapa parut menjadi cat rumah dan pewarna hitam tikar.[7] Sifat menghitam ini turut menjadi asal pengungkapan perendaman bahan sedemikian dalam beberapa bahasa serumpun termasuk nyamak dalam bahasa Iban dan samak dalam bahasa Melayu.[8]
Cecairan yang dikeluarkan oleh batang dipergunakan sebagai perekat merkubung.[2][6]
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa mara mengandung beberapa zat kimia, semisal tanariflavonona A & B (tanariflavonones), dan (-)-nimfeol-C ((-)-nymphaeol-C). Ketiga zat ini diambil dari dedaunan mara pada tahun 2001.[9] Kemudian, pada tahun 2008, telah diisolasi beberapa zat dari daun mara; yakni macaraflavona A-G (macaraflavones A-G).[10] Selain telah diisolasi 3 zat yang didapat dari daun mara pada tahun 2005 bahwasanya 3 zat telah diisolasi, misalnya tanarifuranonol, dan tanariflavonona C & D.[11]
Galeri
[sunting | sunting sumber]-
Daun muda berambut pendek rapat, daun-daun penumpu tegak meruncing
-
Daun-daun semai
-
Pertulangan pola sarang laba-laba, dengan kelenjar nektar dekat tepi
-
Karangan bunga jantan
-
Buah-buah muda
Rujukan
[sunting | sunting sumber]- ^ Candolle, A. de. 1866. Prodromus Systematis Naturalis Regni Vegetabilis ... pars 15(2): 997. Parisii :Victoris Masson &f.
- ^ a b c d e f g Silk, Ferry (13 Januari 2012). "Macaranga tanarius (L.) Mull.Arg., in DC. Prodr. 15, 2 (1866)". Asian Plant. Dicapai pada 6 September 2013.CS1 maint: multiple names: authors list (link)
- ^ a b c d e Heyne, Karel (1917). De nuttige planten van Nederlandsch-Indië [Tumbuhan berguna dari Hindia Belanda] (dalam bahasa Belanda). 3. Batavia: Ruygrok & Co. m/s. 87. Cite has empty unknown parameter:
|1=
(bantuan) - ^ Linné, C. von & Olof Stickman. 1754. Herbarium Amboinense: 14, Upsaliae :Exc. L.M. Ho̊jer[1754]
- ^ 初島・天野(1977), m/s.77
- ^ a b c d e f g h Sastrapradja, S.; K. Kartawinata; U. Soetisna; Roemantyo; H. Wiriadinata; S. Soekardjo (1980). Sastrapradja, S.; Kartawinata, K. (peny.) Kayu Indonesia. 14. m/s. 78 – 79. Jakarta: LBN - LIPI & Balai Pustaka.
- ^ a b c d Purwaningsih & S. Sukardjo. 1991. "Macaranga tanarius (L.) Muell. Arg." Dalam: R.H.M.J. Lemmens dan N. Wulijarni-Soetjipto (penyunting). Plant Resources of South-East Asia No. 3: Dye and tannin-producing plants: 88-9. Pudoc, Wageningen, The Netherlands. ((Internet) Record from Proseabase)
- ^ Blust, Robert; Trussel, Stephen (2010). "*samak: a tree and a tannin that it yields, probably Macaranga tanarius". Austronesian Comparative Dictionary. Max Planck Institute for Evolutionary Anthropology. Dicapai pada 4 Disember 2022.
- ^ Tseng, Mei Huim; Chou, Chang-Hung; Chen, Yih-Ming; Kuo, Yueh-Hsiung (2001). "Allelopathic Prenylflavanones from the Fallen Leaves of Macaranga tanarius" (PDF). J. Nat. Prod. 64: 827-828.CS1 maint: multiple names: authors list (link)
- ^ Kawakari, Tsiomi; Harinanteiana, Liva; Matsunami, Katsuyosi; Otsuka, Hideaki; Shinzato, Takakazu; Takeda, Yoshio (2008). "Macaflavanones A-G, Prenylated Flavanones from the Leaves of Macaranga tanarius" (PDF). J. Nat. Prod. 71: 1872-1876.CS1 maint: multiple names: authors list (link)[pautan mati kekal]
- ^ Phommart, Suporn; Sutthivaiyakit, Pakawadee; Chamnoi, Nitirat; Ruchirawat, Somsak; Sutthivaiyakit, Somyote (2005). "Constituents of the Leaves of Macaranga tanarius" (PDF). J. Nat. Prod. 68 (6): 927-930. doi:10.1021/np0500272. Diarkibkan daripada yang asal (PDF) pada 2016-03-05. Dicapai pada 2013-09-07. Unknown parameter
|dead-url=
ignored (bantuan)CS1 maint: multiple names: authors list (link)