Pokok palasa

Daripada Wikipedia, ensiklopedia bebas.

Pelasa/palasa
Di Taman Nasional Baluran, Jawa Timur
Pengelasan saintifik
Alam:
(tanpa pangkat):
(tanpa pangkat):
(tanpa pangkat):
Order:
Keluarga:
Genus:
Spesies:
B. monosperma
Nama binomial
Butea monosperma
(Lam.) Taub., 1894[1]
Sinonim

Erythrina monosperma Lam. (1786)[2]
Butea frondosa Roxb. ex Willd. (1795)[3]

Palasa atau pelasa (Jawi: ڤلاس) adalah sejenis pohon anggota famili Fabaceae. Pohon berbunga indah ini menyebar luas mulai dari India, Asia Tenggara, hingga ke barat Indonesia. Nama botaninya Butea monosperma.[4]

"Palasa" serapan Sanskrit पलाश palaṣa sekognat beberapa nama setempat Asia Tenggara dan Asia Barat dipengaruhi warisan Hindu-Buddha:

Pengenalan[sunting | sunting sumber]

Perawakan

Pohon kecil hingga sedang, 5–12(–20) m tingginya, menggugurkan daun. Batangnya biasanya bengkak-bengkok, dengan kulit kayu yang kasar memecah, perang abu-abu, menyerabut, mengeluarkan getah kemerah-merahan apabila dilukai. Ranting yang muda berambut rapat.[7]

Daun-daun majemuk beranak daun tiga, bertangkai lk. 7.5–20 cm, daun penumpu berukuran kecil. Anak daun kurang lebih mengeras, yang di samping bentuk bundar telur miring, yang di ujung bundar telur terbalik hingga belah ketupat, 12–27 cm x 10–26 cm, ujungnya tumpul, membundar atau cabik, pangkalnya membundar atau seperti baji, bertulang daun sekunder 7–8 pasang, berdaun penumpu.[7]

Dedaunan

Bunga-bunga terkumpul setandan sepanjang 5–40 cm hujung ranting yang biasa tak berdaun. Kelopak membentuk tabung serupa loceng bertaju-4 pendek. Mahkota sepanjang 5–7 cm; dengan bendera, sayap-sayap, dan lunas yang membengkok; ketiganya kurang lebih sama panjang; jingga merah terang, jarang kuning; berambut sangat rapat. Benang-benang sari terbungkus lunas, 9 berlekatan dan 1 lepas; bakal buah menumpang, dengan tangkai putik melengkung. Buah polong tidak memecah, (9–) 17–24 cm × (3–)4–6 cm, bertangkai, tertutup rambut pendek kecokelatan, perang kekuningan pucat atau abu-abu bila masak, bawahnya rata, berisi satu biji yang terletak hampir di ujung. Biji memipih, agak jorong, sepanjang 3 cm.[7]

Ekologi dan agihan[sunting | sunting sumber]

Palasa ditemukan tumbuh secara alami di padang rumput terbuka dan di hutan-hutan campuran. Di Himalaya, pohon ini didapati hingga ketinggian 1.200 m dpl.; sedangkan di Jawa, ploso tumbuh terbatas di daerah kering terutama di bagian timur pulau, hingga ketinggian 1.500 m dpl. Palasa tahan terhadap kekeringan, dan dapat tumbuh baik di tanah-tanah yang bergaram dan tanah yang berdrainase buruk.[7]

Wilayah sebaran palasa meliputi Pakistan, India, Nepal, Sri Lanka, Bangladesh, Burma, Thailand, Laos, Kemboja, Vietnam, Malaysia, dan Indonesia barat.[3]

Manfaat[sunting | sunting sumber]

Menurut Heyne, kayu palasa tidak dapat dipergunakan banyak selain sebagai kayu api dan alatan tertentu kerana mudah retak, melintir, dan mudah dimakan serangga.[4][7]

Bunga

Penyamak kulit dan pewarna[sunting | sunting sumber]

Getahnya yang kemerahan akan mengeras di udara menjadi getah, yang dikenal sebagai ‘kino Benggala’ atau ‘gom Butea’. Gom ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan pewarna, bahan penyamak, serta sebagai bahan pengelat dalam pengubatan tradisional, misalnya sebagai ubat diarea.[7]

Dari bunganya yang berwarna menyala dihasilkan bahan pewarna kuning[4] hingga jingga-merah tua; yang dipakai untuk mewarnai bahan sutera dan kadang kala kapas.[7] Pewarna ini juga digunakan oleh orang-orang Hindu untuk menandai dahi.[7] Subtansi kimiawi dari pewarna jingga ini dinamai butein.[7]

Ubat tradisional[sunting | sunting sumber]

Buah

Gomnya dipakai untuk menghentikan cirit-birit.[7] Bijinya dimanfaatkan sebagai ubat cacingan;[4] biji ini memperlihatkan efek antelmintika (anti cacing), bakterisida, serta fungisida.[7] Minyak bijinya digunakan sebagai ubat.[4] Daun mudanya yang ditumbuk digunakan untuk mengatasi sengatan kala jengking.[4] Bunganya dipakai untuk mengatasi gangguan pada hati.[7]

Kegunaan lain[sunting | sunting sumber]

Di India, palasa merupakan pohon yang penting untuk memelihara kutu laka, yang menghasilkan syelek. Palasa adalah pokok penghasil syelek dalam sehektar tanaman yang tertinggidari berbagai jenis pohon menyimpan.[7]

Palasa digunakan pula dalam upacara keagamaan Hindu.[7]

Kerana bunganya yang indah, palasa ditanam sebagai pohon hias, di taman atau di tepi jalan.[7] Palasa juga ditanam untuk menghijaukan tanah-tanah yang mengandung garam, yang biasanya sukar ditumbuhi pohon.[7]

Rujukan[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Engler, H.G.A. & K.A.E. Prantl. 1894. Nat. Pflanzenfam. 3(3):366.
  2. ^ Lamarck, J.B. 1786. Encycl. 2: 391.
  3. ^ a b "Butea monosperma (Lam.) Taub". Germplasm Resources Information Network. United States Department of Agriculture. 2006-05-18. Diarkibkan daripada yang asal pada 2009-05-08. Dicapai pada 2009-10-24. Unknown parameter |dead-url= ignored (bantuan)
  4. ^ a b c d e f g h i Heyne, Karel (1987). Tumbuhan Berguna Indonesia. 2. Bogor: Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. m/s. 1033.
  5. ^ Santosa, Imam Budhi (2017). Suta Naya Dhadhap Waru, Manusia Jawa dan Tumbuhan. 2017: interlude. m/s. 143. ISBN 9786026250421.CS1 maint: location (link)
  6. ^ a b c Cowen, D. V. (1984). Flowering Trees and Shrubs in India, Sixth Edition. Bombay: THACKER and Co. Ltd. m/s. 3.
  7. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p Chayamarit, K. (1991). Butea monosperma (Lamk) Taubert. Diarkibkan daripada yang asal pada 2016-03-04. Dalam:Lemmens, R.H.M.J.; N. Wulijarni-Soetjipto (penyunting). Plant Resources of South-East Asia. No. 3: Dye and tannin-producing plants. The Netherlands: Pudoc, Wageningen. m/s. 56–57.

Pautan luar[sunting | sunting sumber]