Kacang dal
Kacang dal | |
---|---|
Gude, Cajanus cajan dari Ayotupas, Timor Tengah Selatan | |
Pengelasan saintifik | |
Alam: | |
(tanpa pangkat): | |
(tanpa pangkat): | |
(tanpa pangkat): | |
Order: | |
Keluarga: | |
Genus: | |
Spesies: | C. cajan
|
Nama binomial | |
Cajanus cajan | |
Sinonim[6] | |
Kacang dal, kacang bali[7] atau nama spesiesnya Cajanus cajan merupakan sejenis kekacang yang boleh dimakan dan ditanam secara meluas.
Penamaan
[sunting | sunting sumber]Nama "kacang dal" lebih diketahui di Malaysia dan Singapura menyerap kata bahasa Sanskrit dal- yang bermaksud "memisahkan".[8] "Kacang bali" pula lebih diketahui di kawasan-kawasan dalam pulau Sumatera.[7]
Tumbuhan ini juga mempunyai banyak nama setempat lain dalam kepulauan Nusantara:
- binatung (Makassar),[9]
- fuohate (Ternate dan Tidore),[10]
- gude, kacang kayu, kacang gude (Jawa),
- kacang hiris (Sunda),
- kance (Bahasa Bugis),
- kekace,
- undis (Bahasa Bali),
- kacang iris, kacang turis, lebui, legui, puwe jai (Halmahera),
- turis (Rote),
- tunis (Timor),
- ritik lias (Batak Karo dan Sumatera[7]),
- koloure (Tomia-Wakatobi).[11]
Botani
[sunting | sunting sumber]Kacang dal merupakan perdu dengan tinggi mencapai 3 m.[12] Tumbuhan ini juga merupakan kacang tahunan dengan umur yang tidak terlalu panjang, hanya 1-5 tahun.[10]
Batangnya berbulu halus dan bercabang banyak. Ia berbentuk bulat beralur dengan bulu halus serta hijau keperangan. Daunnya ganda, beranak cabang berjumlah tiga. Ada bulu-bulu halus baik pada bagian atas maupun bawahnya. Helai daun bulat telur sampai elips, tersebar, hujung dan pangkalnya runcing, tepinya rata, bentuk pertulangannya menyirip, dan warnanya hijau.[11] Tangkaiany pendek berwarna hijau. Akarnya tunggang, dan berwarna putih kotor.[9]
-
Bunga
-
Cajanus cajan
Bunganya berbentuk kupu-kupu, berwarna jingga keperangan dan ungu.[12][13] Bunganya berjumlah majmuk, jambak bunga ia besarnya sepanjang 15-30 cm, debunga berwarna kuning, putiknya satu, bengkok, mahkotanya berwarna kuning dan juga berbentuk kupu-kupu.[9]
Buah ia polong, dapat mencapai 7,5 cm,[12] lurus/membengkok seperti sabit, membulat, memipih, menjorong/agak bersegi. Biji dihasilkan kecilnya berwarna putih, krim, perang, ungu kehitaman.[10]
Kacang dal bercambah 2-3 minggu setelah disemai di tanah. Apabila ditanam secara vegetatif, ia akan tumbuh secara lambat. Setelah 2-3 bulan, maka ia akan bertumbuh dengan akselerasi. Mulai berbunga 56-210 kemudian setelah penyemaian. Kacang ini tumbuh dewasa dalam waktu 95-256 hari dalam kondisi normal di waktu musim hujan pada waktu siang yang panjang. Apabila siangnya pendek, pertumbuhan ia melambat sambil pembentukannya bunganya dilajukan. Oleh itu, keadaan yang beriklim stabil seperti di Indonesia boleh menyebabkan musim berbunga dan berbuah terjadi sepanjang tahun,[14] dan hasil dapat dituai seiring apabila tumbuhan mencecah usia 5-8 bulan.[13]
Penyebaran dan habitat
[sunting | sunting sumber]Menurut Setijati Sastrapradja (1981), kacang ini dapat ditemui di Afrika. Pusat keanekaragamannya yang kedua adalah berada di India. Sekarang, tumbuhan ini acapkali ditemui di wilayah-wilayah tropika dan subtropis.[12] Menurut catatan Prosea, gude berasal dari India berpusat di bahagian timur semenanjung termasuk negeri Odisha, di saudara-mara liar terdekatnya (Cajanus cajanifolia) boleh ditemui dalam hutan daun luruh tropika[15] dan menyebar hingga Asia Tenggara. Kacang ini sampai ke Afrika 2000 SM atau lebih awal daripada itu, dan mencapai Amerika lewat jalan perdagangan hamba Afrika dan sejumlah penaklukan di sana, dan datangnya kacang ini diperkirakan melalui Atlantik dan Pasifik. Ia kini tumbuh di seluruh wilayah tropika, termasuk subbenua India dan Afrika Selatan, kemungkinan abad ke-17 Masihi.[14][16]
Catatan-catatan lain menunjukkan bahwa kemungkinan ia memang datang dari India. Pusat persebarannya adalah bagian timur semenanjung India, termasuk wilayah Odisha, yang di sana ada kerabat liarnya (Mansi) yang dapat ditemui di hutan tropika.[17] Penemuan arkeologis terhadap kacang bali didapati dalam dua situs Neolitik di Odisha, Gopalpur dan Golbai Sassan yang bertanggal sekitar 3.400 dan 3.000 tahun lalu, dan sebuah situs di India Selatan, Sanganakallu dan Tuljapur Garhi bertarikh selama 3,400 tahun lalu.[18] Dari India, ia sampai ke Afrika Timur dan Afrika Barat. Penemuan semula kacang ini oleh orang Eropah memberi nama Congo pea ("kacang Congo").[16]
Penyebaran dalam Nusantara
[sunting | sunting sumber]Dalam kepulauan Nusantara pula, gude paling tidak sudah dibudiayakan di Pulau Jawa sejak abad ke-6 Masihi. Budidaya kacang ini secara luas belum pernah dilakukan, tapi kacang dal umumnya ditanam di Jawa, Bali, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Selatan, dan Wakatobi-Sulawesi Tenggara.[19] Di Jawa bagian timur, banyak ditemukan di huma-huma maupun kebun-kebun hingga pada ketinggian 2000 mdpl.[12] Heyne mengatakan tumbuhan ini ditanam 1650 mdpl.
bisa dibudidayakan baik di negara-negara beriklim tropika maupun subtropis. Dahulu, di wilayah Sunda, tumbuhan ini ditanam baik di lahan kering ataupun tanggul untuk mengairi sawah.[20] Di Jawa, gude ditanam sebagai tanaman pangan atau sebagai pupuk hijau. Dapat tumbuh dari dataran rendah hingga pada ketinggian 2000 mdpl dengan pH tanah 5-6,5. Kondisi suhu udara yang diperlukan adalah 18°—30 °C. Pertumbuhannya membutuhkan banyak cahaya matahari dan tidak tahan terhadap kondisi lembap.[21] Tanaman ini tahan kering.[13]
Kegunaan
[sunting | sunting sumber]Sebagai makanan
[sunting | sunting sumber]Polongnya yang masih muda dipergunakan sebagai lalap, sayur ataupun rujak. Bijinya yang sudah tua digoreng dan bisa pula digunakan sebagai ubat.[12] Biji dari polong tuanya bisa dijadikan bahan untuk membuat tempe dan tauhu menggantikan Kampung, ataupun dipanggang.[14][a] Ia merupakan salah satu bahan utama bagi membuat kuah dal yang biasanya dimakan bersama roti canai yang lazim dalam masakan masyarakat Melayu.
Pada masa Heyne dahulu (1916), dhal dianggap kurang berguna sebagai makanan asas tetapi lebih sebagai makanan pencuci mulutdengan rasa manis gurih.[20] Daun muda bisa dimakan mentah sebagai lalab, direbus atau dikukus.[21]
Di subbenua India, kacang dal diambil polongnya dan dijadikan suatu masakan bernama dhal. Bijinya yang segar dan bahkan putiknya dipakai untuk membuat suatu lauk sayur berempah sendirinya diberi nama sayor.
Dalam perubatan
[sunting | sunting sumber]Rebusan daun tumbuhan ini dimanfaatkan dalam perubatan.[12] Masyarakat Bogor diamati Heyne menggunakan rebusan ini untuk mengubati gatal-gatal.[20] Daun ini sendirinya boleh dipergunakan untuk merawat sakit kuning, sakit pada mulut, pernafasan, dan gangguan perut. Di Jawa, daun dipergunakan untuk mengubati demam dan herpes. Akar dan biji dimakan untuk merawat cacingan, batuk berdahak, dan luka. Sementara, bijinya dipergunakan utnuk mengubati memar.[14][21] Di beberapa wilayah di Afrika, tumbuhan ini dipakai untuk mengubati masalah pencernaan.
Di Madagaskar tumbuhan ini dipakai untuk membersihkan gigi. Selain itu pula, tumbuhan ini dipakai untuk mengubati infeksi mata, sakit telinga, dan akarnya dipakai untuk merawat sifilis. Bijinya bersifat antikanker.[13][22]
Kegunaan lain
[sunting | sunting sumber]Sisa cabang dan batang yang dituai boleh dijadikan bahan bakar api ataupun membuat bakul keranjang.
Tumbuhan dal banyak memanfaatkan dalam pertanian kerana kebolehannya menghasilkan teduhan sekaligus tanaman pangan, penahan angin atau tanaman peneduh orkid vanila seperti di Madagaskar. Ia juga mampu memperbaiki keadaan tanah kerana sistem perakarannya yang lebar serta mengikat nitrogen bersama Rhizobium dan yang disediakan oleh daun yang jatuh.
Ia turut digunakan sebagai bahan makanan ulat sutera dan pengusir kutu lak di Bengal Utara dan Thailand.[14]
Khasiat
[sunting | sunting sumber]Nilai pemakanan per 100 g (3.5 oz) | |
---|---|
Tenaga | 1,450 kJ (350 kcal) |
Karbohidrat | 36-65.8 g |
- Serabut diet | 5-9.4 g |
Lemak | 1-9 g |
Protein | 1430 g |
Air | 7-10.3 g |
Tautan ke entri Proseabase Peratusan dianggarkan menggunakan syor A.S. untuk orang dewasa. Sumber: PROSEA |
Untuk kandungan kimia dan gizinya, diketahui bahwa daun gude mengandung flavonoid, saponin, dan polifenol. Batang mengandung flavonoid, saponin, dan tanin.[21] Menurut situs Globinmed.com, disebutkan lebih lengkap kandungan gizinya: 2'-o-methylcajanone, 7-hydroxy-methoxyisolaflavone, alpha-copaene, beta-himachalene, cajaminose, cajanin, asam cajaninistilbene, cajaquinone, lupeol, orientin, asam fitat, pinostrobin, vitexin, dan lain-lain.[22] Tenaga yang terkandung berkisar 1450 kJ/100 g. Biji segar mengandung vitamin, terutama provitamin A dan vitamin B kompleks.[14]
Penanaman
[sunting | sunting sumber]Sebahagian kandungan di laman rencana ini menggunakan istilah atau struktur ayat yang terlalu menyebelahi gaya bahasa negara tertentu hasil penggunaan semula kandungan sumber tanpa pengubahsuaian. Anda diminta mengolah semula gaya bahasa rencana ini supaya penggunaan istilah di rencana ini seimbang, selaras serta mudah difahami secara umum dalam kalangan pengguna-pengguna bahasa Melayu yang lain menggunakan laman Istilah MABBIM kelolaan Dewan Bahasa dan Pustaka. Silalah membantu. Kata nama khas dan petikan media tertentu (seperti daripada akhbar-akhbar atau dokumen rasmi) perlu dikekalkan untuk tujuan rujukan. Sumber perkamusan dari Dewan Bahasa dan Pustaka Malaysia juga disediakan. Anda boleh rujuk: Laman Perbincangannya • Dasar dan Garis Panduan Wikipedia • Manual Menyunting |
Sebagai tanaman pangan yang multifungsi, gude mungkin bisa dipergunakan sebagai tanaman yang bisa ditanam di tempat kering di Indonesia (Jawa Timur, dan Kepulauan Sunda) serta Filipina. Bisa ditanam di tepian perkebunan dan sawah-sawah. Kemudian, ia juga diperbanyak baik dengan biji maupun setek. Ia ditanam dengan jarak antar baris 30–50 cm × 75–150 cm. Bisa ditanam secara bersamaan dengan sorgum, kacang tanah dan kapas.[14] Tiap hektar perlu 12–30 kg bibit unggul. Jarak tanam 100–120 cm perbaris, dan 30–50 cm dalam barisan. Sebaiknya, tanah dicangkul dahulu dengan pacul, agar dibentuk jadi selokan. Lebar bedengan 140–160 cm, dengan selokan 30 cm lebar. Pupuk kandang yang diperlukan ialah 10-12 ton/ha. Pupuk tersebut dihampar merata.[13]
Untuk menambah hasil, diperlukan pupuk KCl, TSP, dan urea. Diberikan 4 kali selang 3 bulan sekali, dan hendaknya gulma yang ada disiangi supaya tidak bersaing unsur hara dengan rerumputan.[13] Penggunaan mesin dipergunakan hanya untuk kultivar berumur pendek. Hama kacang ini yang dikenal adalah spesies Heliothis dan lalat buah Agromyza. Sedangakan, di Sulawesi Selatan, kacang dal diganggu oleh hama perusak polong, yakni Maruca testulalis dan Helicoverpa sp. Padahal, hasil panen daripada kacang dal ini merupakan sumber nilai tambah pada petani di sana.[19] Hendaknya dihindari pula, belalang daun hijau (Empoasca facialis). Diduga, belalang ini menulari virus keriting daun dan virus sapu. Pada kondisi tanah yang basah, hindari penyakit layu (Phoma cajani) yang menyerang leher batang, dan diberantas dengan fungisida.[13] Yang menarik, setelah adanya musim hujan -sebagaimana kata Rumphius dikutip Heyne- bahwa "ulat akan datang menghinggap di buah dan daun. Tumbuhan ini berbuah setengah tahun setelah ditanam.[20] Setelah tumbuhan dipanen, dan dalam sekali panen, bisa menghasilkan 716 kg/ha -untuk di India-. Di Indonesia, hasilnya dapat mencapai 2-6 ton/ha polong tua dan 0,6-1,2 ton/ha biji kering.[13] Setelah panen, hendaknya ia harus diletakkan di tempat kedap udara. Di Hindia Barat, kacang dal dikalengkan dan dibekukan untuk dijual dan diekspor hingga ke Amerika Serikat; dari situ, bisa didapat keuntungan mencapai miliaran-juta dolar.[14]
Nota
[sunting | sunting sumber]- ^ Catatan penggunaan kacang adal sudah lebih awal dibuat oleh Karel Heyne (1916 dalam De nuttige planten van Nederlandsch-Indië [Tumbuhan berguna dari Hindia Belanda]), dia mengutip pernyataan H.C.H. De Bie (Januari 1915) dari Pemimpin Pengoesaha Tanah (EYD:Pemimpin Pengusaha Tanah) yang mempergunakan daun kacang gude yang direbus dan polong mudanya yang dipakai untuk semacam tempe.[20]
Rujukan
[sunting | sunting sumber]- ^ Millspaugh, C.F. 1900. Publications of the Field Columbian Museum. Botanical series. 2(1): 53. Chicago, IL.
- ^ Linne, C. von. 1753. Species plantarum :exhibentes plantas rite cognitas, ad genera relatas, cum differentiis specificis, ... 2: 739. Holmiae : Impensis Laurentii Salvii
- ^ Jacquin, N.J. von. 1772. Hortus Botanicus Vindobonensis v. 2: 54. Vindobonae : Typis Leopoldi Joannis Kaliwoda, aulae imperialis typographi.
- ^ Sprengel, C.P.J.. 1826. Systema vegetabilium [Caroli Linnaei ... ]. Editio decima sexta. vol. III: 248. Gottingae, Sumtibus Librariae Dieterichianae.
- ^ Schumacher, H.C.F. 1827. Beskrivelse af Guineeiske Planter som ere Fundne af Danske Botanikere, Isaet af Etatsraad Thonning ved F. C. Schumacher. Kjöbenhavn p.349
- ^ The Plant List: Cajanus cajan (L.) Millsp.
- ^ a b c "Tanaman Sayuran Inigenous" (PDF). Pusat Kajian Hortikultura Tropika Institut Pertanian Bogor. 2012.
- ^ John Ayto (2012). The Diner's Dictionary: Word Origins of Food and Drink. Oxford University Press. m/s. 116. ISBN 978-0-19-964024-9.
- ^ a b c "Cajanus cajan Millspaugh" (PDF). Departemen Kesehatan. 14 November 2001. Diarkibkan daripada yang asal (PDF) pada 2008-12-07. Dicapai pada 27 April 2013.
- ^ a b c "Cajanus cajan Druce". Prosea - Prohati. Diarkibkan daripada yang asal pada 2016-04-13. Dicapai pada 27 April 2013.
- ^ a b "Gude". IPTEKnet. Diarkibkan daripada yang asal pada 2013-05-15. Dicapai pada 27 April 2013.
- ^ a b c d e f g Sastrapradja, Setijati; Lubis, Siti Harti Aminah; Djajasukma, Eddy; Soetarno, Hadi; Lubis, Ischak (1981). Proyek Penelitian Potensi Sumber Daya Ekonomi:Sayur-Sayuran 6:36 – 37. Jakarta: LIPI bekerja sama dengan Balai Pustaka. OCLC 66307472.
- ^ a b c d e f g h Ralat petik: Tag
<ref>
tidak sah; tiada teks disediakan bagi rujukan yang bernamasunarjono
- ^ a b c d e f g h van der Maesen, L.J.G. (1989)."Cajanus cajan (L.) Millsp". In: van der Maesen, L.J.G. & Somaatmadja, S. (Editor). "Plant Resources of South-East Asia No. 1: Pulses." Pudoc, Wageningen, The Netherlands, hal. 39-42 dalam "Cajanus cajan". E-Prosea Detail. Dicapai pada 1 Ogos 2013.
- ^ Van der Maeson, L. J. G. (1995). "Pigeonpea Cajanus cajan", pp. 251–5 in Smartt, J. and Simmonds, N. W. (eds.), Evolution of Crop Plants. Essex: Longman.
- ^ a b Carney, J. A.; Rosomoff, R. N. (2009). In the Shadow of Slavery. Africa’s Botanical legacy in the Atlantic World. Berkeley:University of California Press.
- ^ Van der Maeson, L. J. G. (1995). "Pigeonpea Cajanus cajan", hal. 251–5 dalam Smartt, J.; Simmonds, N. W. (eds.), Evolution of Crop Plants. Essex:Longman.
- ^ doi:10.1179/174963106x123232
Petikan ini akan disiapkan secara automatik dalam beberapa minit. Anda boleh memotong barisan atau mengembangkannya sendiri - ^ a b Mas'ud, Syharir Kajian Perusak Polong Sebagai Hama Utama pada Kacang Gude di Sulawesi Selatan[pautan mati kekal] hal.373 – 379. dalam Prosiding Pekan Serealia Nasional. ISBN 978-979-8940-29-3.
- ^ a b c d e Heyne, Karel (1916). De nuttige planten van Nederlandsch-Indië [Tumbuhan berguna dari Hindia Belanda]. 2:332. Batavia:Ruygrok.
- ^ a b c d Dalimartha, Setiawan (1999). Atlas Tumbuhan Obat Indonesia 1:65 – 67. Jakarta:Trubus Agriwidya. ISBN 979-661-051-5.
- ^ a b "Cajanus cajan". Globinmed. Dicapai pada 21 November 2013.